Lala turun dari mobil Glenn.
“Nggak bilang makasih dulu, Cil?” Glenn mulai menggoda Lala lagi, pasalnya sepanjang perjalanan gadis itu hanya diam.
“Terimakasih,” ucap Lala tanpa menatap Glenn sama sekali. Kemudian membiarkan mobil itu melesat pergi.
Nggak tahu sejak kapan tiba-tiba Alan sudah datang menghampirinya, sepertinya laki-laki itu menunggu kedatangan Lala.
“Maaf ya, Al. Soalnya tadi Glenn memaksa bareng,” ucap Lala tidak enak hati.
Alann mengangguk kemudian tersenyum, “Oh, ya nggak apa-apa La,”
“Eum tapi kelasku hampir dimulai, Al. Aku tidak mau terlambat,” ucap Lala sambil melihat arloji di tangannya dan sedikit bingung. Memang tadi kondisi jalan macet jadi memakan waktu lebih lama untuk sampai di kampus.
“Oke, La. Kamu masuk dulu saja, kebetulan aku juga ada kelas kok, nanti kita bertemu di tempat biasa ya,” jawab Alan.
Lala mengangguk kemudian menuju kelasnya dengan tergesa. Ya. Dirinya tidak boleh terlambat
Lala menarik tangannya perlahan bukan karena Ingin membuat Alan kecewa tapi dia harus masuk untuk mata kuliah selanjutnya. “Maaf, Al. Aku harus masuk kelas dulu,” putusnya dan berjalan meninggalkan Alan. Alan menyesal telah mempercayai Dewi. Saat Glenn memukulnya dua baru tersadar atas kesalahannya. Sepulang dari mall waktu itu Alan dan Dewi berantem. Alan menatap Dewi penuh kemarahan, dan mengajaknya pulang saat itu juga. “Kita pulang sekarang!” “Tapi, Al, aku belum selesai belanja,” ucap Dewi merengek. Alan tidak mendengar jawaban Dewi yang tidak penting itu. Dirinya memutar tubuh dan segera mengambil langkah lebar untuk segera menuju tempat parkir. “Al .... Tunggu!” Dewi tampak membuntutinya dengan langkah yang sama tergesa menyeimbangkan dengan langkah Alan. Hingga mereka berdua sudah sampai di tempat parkir. Dewi menarik tangan Alan yang hendak meraih helm. Sejenak Dewi mengatur nafasnya yang memburu.
Glenn mengajak Lala ke sebuah resto. Ini pertama kalinya Glenn mengajak makan siang Lala di luar. Sepertinya sebelumnya Glenn sudah reservasi tempat terlebih dahulu. Mengingat resto sedemikian ramai tapi Glenn langsung di arahkan pramusaji di meja sesuai nomor yang di pesan. “Hai ..., Glenn sekarang sombong, nih. Jarang ngumpul bareng,” Sapa seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengan Glenn. Laki-laki itu berdiri demi menyambut kedatangan Glenn. Rupanya mereka sudah membuat janji untuk bertemu siang ini. Glenn tertawa memamerkan gigi putihnya yang tampak rapi, seketika lesung Pipit tercetak bikin gemas siapapun yang memandangnya. “Aku sibuk Bro, akhir-akhir ini,” elak Glenn. Mereka berdua menyatukan kepalan tangannya. Laki-laki itu mengernyit demi memandang Lala, “Astaga! Yang baru nih ya?!” tanyanya kemudian. “Apaan sih ... Namanya Lala, Cil kenalin ini Rega temenku,” Ucap Glenn. Lala mengulurkan tangannya dan Rega menggengam jemari kecil
Mereka sudah tiba di sebuah butik dan rupanya Sabila sudah menunggu di sana. Lala menunduk dan memejamkan mata ketika sepasang kekasih itu berpelukan. “Hei, La. Gimana kabar,” tanya Sabila beramah-ramah, setelah melepas tubuh kekasihnya. Kemudian mereka berkonsultasi dengan pemilik butik, sepertinya ini adalah butik dipilih untuk mengerjakan busana pertunangan mereka nanti. Setelah berbasa-basi Lala memilih duduk di kursi tunggu dan untuk menghilangkan bosan Lala membuka ponselnya. Ngapain lagi kalau tidak menulis? Mulai hari ini Lala diwajibkan setor minimal seribu kata pada editor untuk novel onlinenya, dan Lala harus kejar deadline. “La, sini sebentar,” panggil Sabila. Lala bangkit kemudian mendekat. Sebenarnya dia merasa malas sekali tapi tetap saja tidak bisa menolak. “Ada yang bisa Lala bantu, Kak Bila?” tanya Lala kemudian. Sabila menyodorkan kebaya warna maroon untuk Lala, “Coba kamu pake, aku ingin melihatnya,” pinta S
Semakin mendekati akhir kontrak harusnya Lala senang, harusnya Lala lega. Sebentar lagi dirinya akan terbebas dari Kungkungan aturan Glenn. Tidak lagi harus mengurusi bayi besar beserta kerepotannya. Tidak lagi mendengar teriakannya dan segala kemarahannya. Tapi kenapa Lala semakin ke sini Lala malah semakin nyaman dengan laki-laki pemilik dada bidang itu? Pemilik lesung pipit dan pemilik mata hazel yang begitu Lala sukai. “Astaga, sadar La!” ucap Lala mengeplak kepalanya sendiri, kemudian dirinya memberi tanda silang merah di kalender untuk satu hari yang akan dilewatinya ini. Setiap pagi itu yang dia lakukan, dulu berharap silang itu segera berjumlah dua ratus. Tapi sekarang entahlah Lala sendiri bingung. Lala keluar kamar demi ingin menyelesaikan pekerjaannya, gunungan baju yang harus dia setrika tidak membuatnya malas, justru dirinya semangat. Suatu saat nanti dirinya pasti merindukan semua ini. Ini masih terlalu pagi, tapi Lala memang harus rajin
“Bersiaplah La, hari ini ikut aku! kita berangkat ke Singapura menemui, Papa” ucap Glenn meninggalkan ruangan itu. Bagi Glenn segala urusan yang menyangkut hubungannya dengan Sabila adalah prioritas. Setelah itu baru hidupnya bisa tenang. Apa pun perjuangan demi Sabila akan ia lakukan. “Glenn, tunggu dulu. Aku nggak mau ikut!” ucap Lala keberatan. “Jangan membuatku tambah pusing. Sudah seharusnya pembantu menuruti perintah majikannya. Ini juga termasuk kategori tugas pembantu!” Glenn bergegas bersiap diri, mandi dan berganti pakaian tidak lupa memesan tiket penerbangan ke Singapura pagi ini secara on line. Setelah di rasa cukup dirinya mencari Lala. “Cill!!! Apa kau sudah siap?” Teriaknya sambil berjalan ke kamar Lala. “Astaga! Kenapa belum siap?” tanya Glenn marah melihat Lala. Gadis itu begitu tenang, malah mengetik di depan laptopnya, bahkan tidak terganggu sedikit pun dengan kedatangan Glenn. Tubuh gadis itu masih terbungkus midi dre
Mereka sudah sampai di kediaman Herlambang. Fixs, kehidupan keluarga Glenn di Singapura bukan orang sembarangan. Hunian tersebut menggambarkan bungalow modern bergaya resort. Terletak di Caldecott hill, area kelas atas di dekat kawasan perbelanjaan Orchard Road yang terkenal. Glenn dan Lala di sambut Wina kepala asisten rumah tangga di rumah mewah tersebut. Wina adalah pengasuh Glenn ketika kecil, yang terpaksa ikut hijrah ke Singapura demi mengabdi pada orang tuanya. “Bibi Wina!!” Teriak Glenn pada wanita paruh baya itu, dirinya bahkan teramat rindu pada sosoknya. Jujur saja Glenn berkunjung ke Singapura bisa dalam hitungan jari. Glenn sadar diri jika orang yang dia sebut Papa itu kurang menyukainya. Wina sampai meneteskan air mata terharu demi pertemuan itu, bahkan dirinya tidak menyangka Glenn akan datang. Wina memeluk tuan mudanya begitu erat. “Mas Glenn! Astaga sekarang ganteng banget, ayoo silahkan masuk, Bibi kangen,” ucapnya ramah sembari meng
Glenn menerima setiap balasan dari makhluk cantik di atasnya, menyambut dan menyelaraskan dengan gerakannya sendiri, bagaimana pun Lala belum ahli melakukan itu semua. Kemudian Glenn membalik posisi, hingga dirinya berada di atas. Kedua tangganya bertumpu di sisi kanan kiri tubuh itu, agar tidak menimpanya. Glenn menatap wajah di bawahnya, “Berjanjilah! Kamu tidak akan menceritakan ini semua pada pasanganmu nanti dan aku pun demikian tidak akan bercerita apa pun pada Sabila. Cukup kita berdua yang rasa, dan aku berharap kelak kamu mendapat suami yang baik, asal jangan Alan!” “Kenapa begitu?” tanya Lala terkejut demi mendengar ucapan terakhir Glenn. Glenn, beralih merebahkan tubuh besarnya ke sisi sebelah kiri Lala, memandang langit-langit kamar itu, kemudian berucap, “Aku nggak rela,” ucapnya serak. Lala mengernyitkan kening, kemudian memiringkan tubuhnya, demi bisa melihat ekspresi wajah Glenn. Terusik dengan tatapan Lala Glenn memiringkan tu
“Mama sudah tidak tahu lagi, Glenn! Bagaimana cara membantumu berbicara pada, Papamu. Sebaiknya besok pagi kamu temui dia. Aku nggak yakin, mood dia baik malam ini. Bahkan mama punya pekerjaan baru buat menjelaskan ini semua!”“Jangan khawatir, Mah! Tidak akan ada apa-apa. Ini semua hanya salah paham,”“Sekarang jujurlah pada mama sebagai seorang laki-laki, sebelum pertunangan itu terjadi. Kamu memilih Sabila atau Lala?”“Mama ini aneh! Tentu saja aku memilih Sabila, dia calon tunanganku!”“Oke! Jauhi Lala, dan pecat dia!”“Ma, tapi Ma ....” ucap Glenn bingung.“Kenapa bingung? Kamu tidak bisa memainkan hati dua wanita sekaligus! Jika kamu ragu dengan keputusanmu, mama beri waktu sampai besok pagi! Pikirkan baik-baik malam ini!” ucap Sintia tegas dan meninggalkan Glenn, di kamarnya.Glenn membanting tubuhnya di kasur. Sulit ini akan menjadi sulit bagi
Setelah acara tiup lilin dilanjut acara pemotongan kue. Seperti biasa Lala memberi potongan pertama kue itu untuk Ayahnya. Harjito menerima suapan dari putrinya itu kemudian mengucapkan kalimat selamat diikuti rentetan doa.Acara cukup sederhana tetapi meriah dan keluarga inti datang semua. Setelah potong kue sudah selesai, Adrian yang bertindak seolah-olah menjadi MC. Memberitahukan acara selanjutnya yaitu hiburan yang akan diisi oleh bintang tamu.Lala bingung. Pasti Adrian hanya bercanda. Mana ada bintang tamu? Tetapi pandangan Lala seakan terkesima. Ketika dari pintu depan yang terbuka lebar datanglah rombongan tamu. di barisan paling depan Glenn, Sintia dan Herlambang. Setelah itu nampak Wijaya-Ririn, Alan-Dewi, Rega - Winda. Mereka memasuki ruangan dengan penuh senyum.Tampak para keluarga menyalami mereka sambil tersenyum."Lala maukah kamu menjadi istriku?" tanya Glenn lugas tanpa sedikitpun keraguan di depan keluarga besarnya. Pria itu mengeluarkan kotak berisi cincin yang ak
"Jadi, kamu dari mana saja?" hardik Harjito mengetahui putrinya baru saja pulang. Bahkan Lala baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah. "Euhm ...." "Jangan banyak alasan! Kamu pasti menemui laki-laki pengecut itu kan?" "Namanya Glenn, Yah!" sahut Lala pelan. "Bagiku dia laki-laki nggak punya nama, karena tidak berani menunjukkan nyalinya. Masuk ke dalam kamar dan mulai hari ini kamu di bawah pengawasan, Ayah!" perintah Harjito. "Tapi, Yah!" "Tidak ada tapi! Ayah sudah terlalu banyak memberimu kebebasan! Dan sekarang nggak! Orang yang kesana kemari bersamamu harus orang yang memiliki status jelas! Bukan para pengecut seperti yang sudah-sudah!" putus Harjito. Pria itu telah memantau aktifitas putrinya akhir-akhir ini dan sebagian besar waktunya habis bersama Glenn. Lala masuk ke dalam kamarnya. Dan memberi kabar Glenn bahwa beberapa hari ke depan mereka tidak bisa bertemu. Anehnya Glenn menanggapinya biasa saja. Semua pesan yang ia kirim panjang lebar hanya mendapat jawaban.
"Lala, Glenn, angin apa yang membawa kalian hingga sudi mampir ke gubug Bapak?" tanya Wijaya penuh haru seraya mengulurkan tangan pada dua tamunya.Lala segera menyambut uluran tangan Wijaya dan mencium punggung tangannya. Meskipun hubungannya dengan Alan kandas, beliau tetaplah calon mertuanya. Mengingat sekarang Lala menjalin hubungan dengan putranya yang lain.Melihat antusiasnya respon Lala dalam menyambut uluran tangan itu. Glenn pun melakukan hal yang sama. Kemudian Glenn kembali duduk seraya berucap, "Maaf jadi kedatanganku ke sini ingin memohon restu pada, Anda!" ucap Glenn kaku. Diperlakukan demikian Wijaya tidak sakit hati. Mungkin saja Glenn belum bisa mengakui jika dirinya adalah Ayah kandungnya. Wijaya yakin kedatangan putranya kali ini merupakan terbukanya jalan bagi hubungan mereka. Lambat laun pasti Glenn akan menerimanya."Ooh ... Apakah kamu akan menikahi, Lala?" tanya Wijaya. Sedikit banyak Wijaya tahu kisah cinta di antara mereka. "Benar! Saya akan melamarnya, se
Glenn mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dalam hatinya masih bimbang.Dia berpikir apakah keputusannya ini sudah benar? Atau dia hanya seorang robot yang mengiyakan keinginan dua orang yang sangat disayanginya, Lala dan Sintia."Kenapa wajahmu tegang sekali Glenn?" tanya Lala setelah menilik raut muka laki-laki di sampingnya yang begitu serius. Tampak banyak beban di sana sudah seperti mau mengerjakan tugas negara dan jika gagal maka hidup akan menjadi taruhan."Ehmm ... Nggak La, aku hanya bingung mau ngomong apa nanti, jika sudah sampai!" sahut Glenn."Astaga! Kita bukan ingin wawancara kerja! Juga bukan ingin presentasi proposal! Jadi jangan terlalu serius, biarlah dialog mengalir dengan sendirinya, nanti jika sudah sampai juga bakal tahu mau ngomong apa!" sahut Lala."Tapi, La! Aku nggak enak, pasalnya kemarin aku menolak mereka! Jujur saja aku kecewa pada mereka!
"Kalian curang! Aku nggak dipeluk?" Protes Glenn.Sintia melepaskan pelukannya, menatap gadis pilihan putranya itu. Gadis yang sudah mengembalikan putranya untuk lebih semangat untuk hidupnya."Ish ... Cemburu? Lihatlah nanti Mama bahkan lebih sayang sama mantu daripada sama anak sendiri!" ucap Sintia."Terserah Mama, deh! Jadi kapan kita melamar Lala, Ma?" tanya Glenn."Jadi kamu benar-benar mau kawin?!" Sintia terlihat kaget dengan keputusan Glenn."Nikah, Ma, bukan kawin!" protes Glenn."Iya maksud mama Nikah. Apa kalian tidak mau tunangan dulu mungkin. Lagipula Lala kan masih kuliah baru semester satu!" jawab Sintia.Glenn menggeleng tidak setuju dengan usul mamanya. "Nggak Ma, aku nggak yakin bisa menjaga diri!""Sudah kebelet banget ya?" goda Sintia."Bukan, Ma. Maksud ak
"Ma, nanya apaan sih!" sahut Glenn menyelamatkan keadaan. Laki-laki itu kemudian menyerahkan minuman dingin untuk Lala, Lala segera menerimanya karena memang haus."Bisa buka tutupnya nggak?"Glenn meminta kembali menyadari jika Lala sering kesulitan membuka tutup botol minuman dingin.Setelah membukanya Glenn menyerahkan kembali."EHEM!!" deheman Sintia mengusik kegiatan keduanya."Mama apa nggak ada acara pergi ke rumah nenek? Atau pergi ke mall?! Tumben betah amat?" tanya Glenn, sembari memberi kode buat mamanya agar meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.Tetapi sayangnya kode itu tidak diterima dengan baik, "Jadi apa lagi rencana kalian setelah kemarin main pembatu-pembantuan? Apa sekarang ada ide lain untuk mengelabuhi mama agar meninggalkan kalian berdua! Ingat jika sepasang manusia berlainan jenis bersama dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan!" Sintia menegaskan ag
"Kita mau ke mana Glenn?" tanya Lala penasaran. Benar saja, seusai kelas. Glenn sudah gerak cepat untuk menculik Lala. Lelaki itu sepertinya tidak mau hilang kesempatan lagi setelah menyadari perasaannya."Masa iya kamu lupa ini jalan ke mana?" Jawab Glenn sambil terus mengemudikan mobilnya."Ini jalan ke apartemenmu! Tapi mau apa kamu mengajakku ke sana?""Untuk membuat kesapakatan baru!""Kesepakatan apalagi Glenn?""Ingin mengontrakmu menjadi pembantu tuan tampan seumur hidupmu. Jadi maukah Aquilla Anaya Pribadi menjadi pembantu kaya tuan tampan, ha ha ...""Aku nggak mau menjadi pembantumu Glenn, itu namanya menjatuhkan harga diriku, dulu aku mau karena bertanggungjawab. Meskipun bukan sepenuhnya kesalahanku. Tapi kali ini untuk alasan apalagi?""Karena kamu telah bandel masuk dihatiku jadi kamu harus dihukum!"&nbs
Hari ini Lala masuk kuliah untuk yang pertama sejak peristiwa itu. Rasanya malas, karena mau tidak mau akan bertemu Alan dan Dewi. Jujur saja Lala masih sakit hati dengan perbuatan mereka berdua. Apalagi setelah semua itu tidak ada di antara mereka yang berinisiatif untuk datang dan minta maaf. Mungkin saja harga maaf sudah mahal, sehingga mereka tidak mau mengusahakan. Mungkin pula ini perkara harga diri atau rasa malu? Ahhh ... Sepertinya Lala tidak mau menduga-duga karena takut malah jadi prasangka buruk. "La ..." panggil seseorang dan suara itu siapa pemiliknya, bahkan Lala belum lupa. Sahabat yang sudah dianggapnya saudara sendiri sejak Lala berada di kota ini. Lala menoleh tetapi membatalkan senyumnya. "Wi, kamu pucat sekali. Apakah kamu sakit?" tanya Lala menatap wajah Dewi yang begitu pucat. "Nggak, La! Aku hanya kurang tidur," terang Dewi. "Ooh aku kira sakit,"
Lala menyelesaikan kunyahanya. Meletakkan sendok pelan-pelan kemudian meraih jus alpukat di hadapannya. Setelah selesai Lala menatap Glenn."Apa kamu menunggu jawabanku?" tanyanya kemudian."Tentu saja. Ngapain lagi aku menatapmu seperti ini jika tidak menunggu jawabanmu?" Jawab Glenn kesal."Oke, aku akan menjawab pertanyaanmu. Jadi jika ternyata kamu adalah saudara Alan itu sungguh tidak ada hubungannya dengan aku mau jadi pacarmu atau tidak," jawab Lala bijak."Mengapa demikian?""Kita lahir dari rahim siapa, kita lahir di hari apa, jam berapa, di tolongin siapa kemudian ternyata kita lahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan dan ternyata kita adalah saudaranya si a, b dan c. Itu mutlak kuasa Allah. Jadi kita hanya bisa terima dan tidak boleh menolak!""Kesimpulannya kamu tetap mau jadi pasanganku? Meskipun aku bersaudara dengan Alan?" tanya Glenn pen