Share

Bab 43

Author: Aong_Zee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Lihat itu, Mbak!"

Aku memandang ke mana jari telunjuk Mila mengarah. Mataku membelalak dengan mulut terperangah.

"Astaghfirullah," ucapku terkejut.

Seekor kucing tergeletak dengan bangian punggung menganga hingga nampak isi dalam perutnya. Cairan kental berwarna merah membasahi bulu-bulu halus berwarna kuning di sekujur tubuhnya.

Aku memejamkan mata, tak kuasa aku menatap mata bulat dengan wajah melas seperti ingin menangis, menjerit, bahkan meminta tolong.

"Mil, tolong geh, Aku enggak bisa lihat darah, Mil," ucapku sambil mengalihkan pandangan ke arah depan dengan mata berkaca-kaca.

"Mbak, pake apa, ya, nutupnya?" Tanya Mila sambil berjalan ke arah dapurku.

Aku ikut melangkah di belakang Mila, kubuka karung berisi baju bekas kami. Kuambil baju bekas milik Devan.

"Ini saja," ucapku sambi memberikan sehelai baju kaos oblong berwarna hitam yang sudah memudar warnanya.

"Mil, aku tunggu di depan, ya," ujarku sambil menutup pintu dapur.

Aku mengeluarkan motor dari dalam rumah dengan jantu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 44

    Kardus berisi seekor kucing yang tadi di letakkan di sudut teras rumahku, kini menghilang."Loh, tadi di sini loh, Mbak," sahut Mila setelah berada di sampingku.Kepalaku celingukan mencari ke sana sini, namun, tidak kutemukan jejaknya."Meaoo ...""Meaoo ..."Aku berlari kecil mendekati mila yang ada di teras saat aku mencari di samping rumah, telingaku mendengar suara kucing yang sedang mengeong."Mil, kamu dengar?""Meaoo ...""Meaoo ..."Terdengar jelas di telinga kalau kucing itu berada di dalam rumah Dareen, karena kosong dan besarnya rumah itu, suara kucing jantan itu menggema sampai ke luar."Mbak, kucingnya di rumah Mas Dareen," ucap Mila berbisik.Aku meraih lengan Mila, melangkah menuju rumah berjat biru langit yang kini sedang di renovasi.Aku dan Mila jalan mengendap-endap seperti pencuri yang akan masuk ke dalam rumahnya. Aku mencari celah di dinding yang bolong karena tirai jendela menghalangi pandanganku."Mil, iya, itu kucingnya," ucapku berbisik pada Mila ketika aku

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 45

    "Ya sudah, tidur sama-sama saja di rumahku, Mbak. Kebetulan Devan lagi enggak di rumah.""Makasih, ya, Mbak," sahutnya dengan semringah.* * *Malam ini kami memutuskan untuk tidur di ruang keluarga. Tikar besar terbentang dari pintu ke pintu. Aku di ujung kanan dan Mila di ujung kiri. Aku mematikan televisi setelah semua tertidur lelap. Tanganku meraih gawai yang ada di meja televisi untuk mencari kabar Devan.[Mas, betah di sana, ya? Kok enggak kasih kabar?]Pesanku untuk Devan hanya centang satu. Aku memandang layar sambil menghela nafas panjang lalu kuletakkan kembali di meja televisi.Samar-samar aku mendengar suara kokokan ayam jantan, setelah membuka mata kulirik jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul lima.Aku beranjak dan berlalu ke dapur. Langkahku di ikuti Mila dan ternyata Mila sudah membuka mata terlebih dahulu."Mbak, anteng aja malam ini?" Tanya Mila sambil membuka pintu kamar mandi."Iya, mungkin hantunya takut kalau kita rame," sahutku sambil membuka pintu be

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 46

    "Wulan," ucap bibi."Enggak tahu, tadi sih katanya mau datang duluan," sahutku sambil tersenyum.Bibi menganggukkan kepala dan berlalu. Tak sengaja aku menatap Mila, kini wajahnya merah merona. Setelah kupandang ke belakangku, ternyata ada paman berdiri di sana."Hmm, pantes," gumamku.Mila mengerti dengan gumammanku, wanita muda itu menyenggol lenganku, "Apaan sih, Mbak," ucapnya sambil meringis."Wulan, makasih loh, ya," ucap bibi saat membuka bingkisan dari Mila."Iya, Bik, wong cuman sedikit kok," sahut Mila sambil ngunyah."Sedikit, tapi ini lumayanloh. Daripada enggak bawa," celetuk bibi memandnag ke arahku.Wulan tersenyum sinis menatapku, wanita gendut itu yakin aku tidak membawa apa-apa.Bibi memang klub dengan Wulan, karena sebenarnya bibi enggak suka aku bermain sama Mila, mengingat Mila adalah mantan kekasih paman. Namun, aku tak bisa pungkiri kalau Mila adalah teman setia.Dreett ...Dreett ...Gawaiku bergetar.Kuambil gawai dari saku celana yang kukenakan, "Halo, Mas?"

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 47

    "Enggak, baju devan. Aku kadih bajuku enggak mau," sahutku sambil tersenyum, "Biarlah, Mil.""Mbak, kalau di biarkan malah ngelunjak nanti. Tengoklah kalau Mbak enggak percaya, jangan terlalu di sepelekan dia. Dia itu lebih kejam dari mafia, Mbak," ucap Mila dengan nada lirih.Aku cekikikan, geli rasanya mendengar ucapan Mila. Gadis masih belia, baru-barunya menyandang kata gadis sudah di samakan seperti mafia. Mafia itu kejam geng.Mila yang masih berdiri memandang ke arah rumahku, kepalanya celingukan ke arah dalam."Echa! Pulaaang!" Teriak Mila dengan suara agak keras.Echa keluar dengan wajah merengut, matanya memandang Mila dengan tatapan sinis."Apa sih, Mbak. Kaya nenek-nenek merepeeet saja kerjaannya. Kaya' enggak ada kerjaan lain saja.""Rumah abang kami itu di sana, bukan di sini," ucap Mila sambil memandang pergerakannya yang sedang memakai sendal."Iya. Aku tahu. Tapi rumah abangku itu jelek, gubuk. Dari luar saja sudah kelihatan gerahnya," ucap Echa ketus. Gadis itu melan

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 48

    "Bukan begitu, bi," ucapku sambil menoleh ke belakang. "Tadi suami tetanggaku ada yang sakit parah, msu lihat sebentar gimana keadaannya.""Hah? Siapa?""Suami Bu Endah, warung dekat rumahku itu loh," sahutku menjelaskan.Bibi mengangguk-anggukkan kepala, bibi mengenal Bu Endah saat dia main ke rumahku beberapa waktu lalu."Sakit apa, Ta?""Enggak tahu. Yang jelas tadi nampak parah, maka ini mau di jenguk."Devan, menatapku dengan kening mengerut. Mungkin banyak pertanyaan yang ada di benaknya, namun, tak mungkin di ucapkan di sini."Ya, sudah, aku pamit, ya, Bi," ucapku sambil menjabat tangannya."Nanti datang lagi 'kan, Ta?" Tangannya dengan ramah.Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum getir. Tiba di dekat paman saja dia bersikap seperti itu, tapi jika paman tak ada dia selalu cuek padaku.Aku dan Devan keluar dari rumah paman, Devan memutarkan motor dan aku naik di belakangnya.* * *"Dek, kita ke puskesmas apa ke rumah dakit mana?""Ke rumah kita, mas," sahutku singkat dengan

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 49

    "Ada apa ini?" Ucap mertua Mila dengan lantang. Wanita gendut itu berkacak pinggang di belakang anak gadisnya menatapku dengan mata melotot.Aku terhenyak sesaat setelah mendengar suaranya yang begitu keras. "Anak ibu ini, orang ngasih untuk Mila, malah dia yang ambil.""Mila siapanya? Iparnya 'kan? Jadi enggak salah kalau kakak ipar itu mengalah sama adiknya," ucapnya ketus. Mila hanya berdiri di samping ibu mertuanya. Wanita itu menganggukkan kepala saat menatapku.Ternyata benar, ibu mertuanya tinggal di sini hanya membuat musibah yang tiada henti untuk Mila karena sikap serakah dan egois kedua manusia itu."Mil, ta-tapi mbak Arshinta kasih itu untuk kamu," ujarku dengan nada lirih."Sudah, mbak. Enggak apa-apa kok," sahutnya dengan nada sumbang.Sebenarnya Mila tidak terima. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dulu Mila pernah tinggal bersama mertuanya waktu awal menikah dan akhirnya Mila tidak betah dan akhirnya pulang ke rumah ibunya.Aku mendengus kesal lalu meninggalkan Ec

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 50

    "Apa loh, mas?" Tanyaku saat sampai di kamar."Bajuku mana?""Sana minta di rumah Bu RT! Wong nyari baju kok susah kali kaya' nya. Baju di lemari segunung pun entah yang kaya' mana lagi yang di cari.""Yang kaos pakai kerah itu loh.""Walah, kok gaya kali cuman sini situ doang. Nih!" Ucapku kesal sambil mencampakkan baju ke pundak Devan."Ya, jangan marah-marah, Dek," sahut Devan ketar-ketir. Entah kenapa aku merasakan tidak enak hati hari ini, emosiku kok mendadak meluap-luap.Aku memandang suamiku yang tengah berjalan ke rumah Bu Endah, tangannya membenahi kerah baju berwarna hijau muda.Dari kejauhan, tampak Echa sedang tergesa-gesa berjalan menuju rumah. Suamiku berpapasan dengan Echa, namun, wajah Echa terus menunduk dengan tangan yang masuk ke dalam baju.* * *"Mas, tadi ramai 'kan yang jenguk. Mangkanya jadi orang itu yang baik, kaya' pakde. Jadi semua orang ikut merasakan sakitnya.""Ya, Mas kan baik loh, Dek," sahut Devan sambil mengutak-atik motornya.Malam ini aku dan Dev

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 51

    Mila memegang tanganku, "Mbak, kemarin, pas kita mau pulang itu 'kan aku di panggil sama ibu, terus aku di suruh manggil Echa. Enggak lama kemudian Echa pulang sambil memegang sesuatu di tangannya. Tangannya loh di masukkan ke dalam baju pas aku tanya apa yang kamu pegang, dia jawabnya, bukan urusan Mbak! Ya udah akunya diam aja.""Jangan-jangan ..." Kataku sambil termenung. "Astaghfirullah, Mil, jangan sampailah," ucapku."Jangan sampailah, Mbak. Kalau memang betul aku yang malu sama Bu Endah," sungut Mila.Pikiranku dan Mila sama, Jangan-jangan ini ulah mertua dan adik ipar Mila. Amit-amit."Yang enggak enaknya, Bu Endah itu beda lihat aku, Mil. Karena kemarin aku yang pegang tas itu, tapi langsungku kasih lagi ke dia tasnya," ucapku sambil menghela nafas. "Malah tadi dia ke sini nanyain itu, pas aku jawab dia rada gimana gitu.""Ya sudah, Mbak, kita cari tersangkanya. Kita selidik," ucap Mila sambil meringis.Tidak lama kemudian aku dan Mila keluar dari kamar, di sana sudah ada sua

Latest chapter

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 58

    Aku mengintai dari sudut ke sudut ternyata memang tidak ada suamiku di dalamnya. Hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi, tapi aku tidak pernah aku cek kamar mandinya. Baru hari ini aku kepo tentang ketenangannya dia di dalam kamar mandi, tapi malah enggak ada orangnya.Aku berjalan ke depan untuk melihat sendal miliknya, tapi kenapa sendalnya masih ada di depan? Aku balik lagi berjalan ke belakang.Bruk!Aku dan Devan bertabrakan di pintu tengah yang di tutupi oleh kain gorden."Aduh! Kalau jalan itu lihat-lihat!" Ucapnya dengan nada tinggi.Astaga, dia kenapa? Apa yang salah dariku sampai-sampai dia ketus seperti ini? Niatku yang ingin bertanya padanya, aku urungkan. Aku lebih memilih masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan tubuhku di ranjang ketika dia sedang mencari sesuatu di lemari."Mana ini kolor nya!" Ucapnya tanpa memandangku.Aku hanya mendengarkan tanpa menjawab, kalau sudah dengan cara seperti itu jangan harap aku akan memedulikannya.Devan keluar masuk kamar, ak

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 57

    "Iya, loh dek," sahutnya dengan nada marah.Aku menatap Devan yang pergi ke arah dapur dan masuk ke dalam kamar mandi. Sudah beberapa bulan ini Devan kerja di bengkel tidak membuahkan hasil. Malah semua jadi kacau.Tabunganku merosot, padahal aku ikut serta mencari uang. Apa aku kasih tahu saja ya pekerjaan yang di tawarkan Dareen beberapa bulan lalu? Toh Dareen belum mendapatkan seorang sopir sampai saat ini.Aku berjalan ke arah luar rumah, di sana tampak Dareen sedang mengemudi mobilnya. Di sisi lain ada sang istri sedang melambaikan tangan ke arahnya.Tidak lama Devan berjalan ke arah luar, suamiku melewatiku begitu saja sambil mengeluarkan motor miliknya."Enggak sarapan dulu, Mas?" Tanyaku heran."Enggak. Nanti saja di luar," ucapnya tanpa memandangku. Matanya fokus dengan ban yang akan turun dari teras."Kamu ini, ya. Sudah tahu gaji kecil malah makan di luar. Enggak kasihan apa sama anak kamu yang makan seadanya gitu? Heran deh," ucapku kesal.Devan tidak menjawab pertanyaanku

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 56

    "Ya, waktu itu Mas Harman pernah kerja bareng ayahku. Pas dilihat ayah, tenaganya kuat. Kerjanya rajin, tiba udah nikah, males, makin ke sini malah kaya' tahe," ucapnya kesal.Aku tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Mila. Aku pernah juga mendengar desas-desus nya dulu kalau Mila hamil duluan, tapi aku enggak pernah bertanya karena kau tidak mau mencari masalah yang bukan urusanku.* * *"Mas, gimana tadi kerjanya? Capek?" Tanyaku."Enggak, Dek. Apalah capeknya, cuman megang kunci terus di putar-putar," ucap Devan sambil menghela nafas.Nafasnya begitu berat, aku yakin pasti keadaan sedang tidak baik-baik saja.Aku memeluknya saat kami masih tiduran di ranjang. Anak-anak sudah pada tidur, tanganku melingkar merangkul bagian dada bidangnya."Mas, sebenarnya ada masalah apa?" Tanyaku memaksa Devan untuk menjawab."Enggak ada apa-apa loh, dek.""Gimana enggak ada? Aku istrimu, dan aku tahu bagaimana kamu," ucapku.Aku sangat mengenal suamiku sehingga dia tidak akan bisa menutupi masal

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 55

    "Makan—? Hmmm, Aku belum masak, Mas," ucapku lirih."Kok bisa sih dek? Seharian di rumah, ngapain?" Tanya Devan dengan nada datar.Aku menceritakan semua kejadian tadi, namun, aku belum bicara soal Dareen yang memberikannya pekerjaan sebagai sopir.Aku belum siap untuk di tinggal malam-malam oleh Devan karena masih trauma dengan kejadian beberapa malam yang lalu."Ya, sudah, beli mie instan aja dek, laper," ucapnya sambil merebahkan tubuhnya di depan TV."Bentar, ya, mas," ucapku sambil mengambil uang dari dalam dompet.Aku berjalan menuju rumah Bu Endah, rumah itu terlihat sangat sepi, sampai aku berada di depan pintunya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya."Buuu, Bu Endah," panggilku dengan suara sedikit agak keras. Bu Endah keluar dari arah belakang, "Ada apa, Ta? Tanyanya."Bu, mie instan, dua," ucapku sambil menunjuk sebuah kotak mie kesukaan suamiku yang terbungkus oleh plastik berwarna hijau.Dengan sigap, Bu Endah memasukkan dua bungkus mie instan ke dalam plastik be

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 54

    "Ini tas saya, jadi hak saya dong boleh di periksa atau tidak?" Ucap Bu Henna menahan."Bu, katanya tadi mau di selesaikan dengan cara baik-baik. Kalau tidak ada apa-apa di sana, ya, sudah jangan takut," timpalku.Bu Henna perlahan melepaskan tali tote bage dari lengannya. Namun, Echa mencoba menahan. "Bu, jangan! Ini kan punya ibu," ujar Echa mencoba ikut menahan.Aku tersenyum sinis menatap keduanya. Hari menjelang sore, terik matahari masih ikut serta menambah hawa panas keadaan.Bu Henna memberikan tote bage miliknya kepada Dareen. Perlahan Dareen menarik resleting untuk membukanya. Setelah terbuka, mata Dareen membelalak lebar melihat isi dalamnya lalu menatap Bu Henna dengan rasa penuh curiga.Tidak sungkan-sungkan, Dareen menumpahkan semua isi dalam tas Bu Henna dengan menungging kan. Sontak mata kami semua membelalak melihat setumpuk uang dan dua buah kotak perhiasan. Aku terperangah menatap uang yang masih tersusun rapi di ikat dengan sebuah karet gelang."Ya Allah, Bu, ter

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 53

    "Kok tanya saya, memangnya saya tukang emas?" Ucapnya ketus sambil mendengus, matanya memandangku dengan kesal. "Loh, kan saya tanya, Bu, siapa tahu ibu tau harganya," ucapku dengan nada santai.Mila masih cengengesan sambil melirik-lirik ke arahku. Wanita itu enggan ikut campur, aku pun tidak menyarankan Mila untuk ikut turun tangan mengenai hal ini.Henna—ibu mertua Mila yang sangat judes dan bengis. Semua yang di lakukan Mila pasti salah, mungkin memang karena faktor status menantu.Echa memberikan kunci motor padaku sambil menyelipkan rambut poni panjangnya ke belakang telinga."Nih, Mbak, kuncinya," ucap Echa."Aku hanya menengadah satu tangan, lalu kumasukkan ke dalam saku celana."Terima kasih, gitu loh, Cha! Wong sudah di pinjami kok enggak berterimakasih," sungut Mila kesal. Matanya melirik ke atas untuk menatap wajah Echa.Gadis itu tak menjawab apa pun, malah pergi meninggalkan kami di sana, tangannya membawa tiga tote bage berwarna coklat.Bu Henna masih berdiri sambil me

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 52

    "Nyembunyikan apa? Suamiku tuh di balik tirai," sahutku cekikikan. "Dia terpesona, Cha, sama kecantikan mu," ucapku tertawa kekeh. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain jujur.Echa tampak menyembunyikan senyumnya, matanya melirik ke sana sini tak tentu arah. Aku baru sadar ternyata Echa ada rasa juga sama suamiku. Tapi biarlah yang ku pentingkan uang Bu Endah dulu. Sisanya nanti."Ini, kuncinya, Cha," ucapku sambil mengangsur sebuah kunci motor.Echa mengambil kunci dari tanganku seperti kunci motor miliknya. Gadis itu mengambilnya begitu saja, seperti milik dia sendiri. Dasar!Aku dan Mila menyaksikan kepergian mereka, Mila menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata "Semoga aku betah mereka tinggal di rumahku, Mbak."Aku memandangnya sambil tersenyum, "Yuk!""Ke mana, Mbak?""Siap-siap, kita intai mereka dari dekat," ucapku.Aku masuk ke dalam rumah lalu mengambil kunci motor dan helm milik suamiku. Aku tersenyum saat melihat suamiku memakai baju yang kubeli kemarin. Dia terlih

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 51

    Mila memegang tanganku, "Mbak, kemarin, pas kita mau pulang itu 'kan aku di panggil sama ibu, terus aku di suruh manggil Echa. Enggak lama kemudian Echa pulang sambil memegang sesuatu di tangannya. Tangannya loh di masukkan ke dalam baju pas aku tanya apa yang kamu pegang, dia jawabnya, bukan urusan Mbak! Ya udah akunya diam aja.""Jangan-jangan ..." Kataku sambil termenung. "Astaghfirullah, Mil, jangan sampailah," ucapku."Jangan sampailah, Mbak. Kalau memang betul aku yang malu sama Bu Endah," sungut Mila.Pikiranku dan Mila sama, Jangan-jangan ini ulah mertua dan adik ipar Mila. Amit-amit."Yang enggak enaknya, Bu Endah itu beda lihat aku, Mil. Karena kemarin aku yang pegang tas itu, tapi langsungku kasih lagi ke dia tasnya," ucapku sambil menghela nafas. "Malah tadi dia ke sini nanyain itu, pas aku jawab dia rada gimana gitu.""Ya sudah, Mbak, kita cari tersangkanya. Kita selidik," ucap Mila sambil meringis.Tidak lama kemudian aku dan Mila keluar dari kamar, di sana sudah ada sua

  • Pembalasan untuk Sepupu Celamitan   Bab 50

    "Apa loh, mas?" Tanyaku saat sampai di kamar."Bajuku mana?""Sana minta di rumah Bu RT! Wong nyari baju kok susah kali kaya' nya. Baju di lemari segunung pun entah yang kaya' mana lagi yang di cari.""Yang kaos pakai kerah itu loh.""Walah, kok gaya kali cuman sini situ doang. Nih!" Ucapku kesal sambil mencampakkan baju ke pundak Devan."Ya, jangan marah-marah, Dek," sahut Devan ketar-ketir. Entah kenapa aku merasakan tidak enak hati hari ini, emosiku kok mendadak meluap-luap.Aku memandang suamiku yang tengah berjalan ke rumah Bu Endah, tangannya membenahi kerah baju berwarna hijau muda.Dari kejauhan, tampak Echa sedang tergesa-gesa berjalan menuju rumah. Suamiku berpapasan dengan Echa, namun, wajah Echa terus menunduk dengan tangan yang masuk ke dalam baju.* * *"Mas, tadi ramai 'kan yang jenguk. Mangkanya jadi orang itu yang baik, kaya' pakde. Jadi semua orang ikut merasakan sakitnya.""Ya, Mas kan baik loh, Dek," sahut Devan sambil mengutak-atik motornya.Malam ini aku dan Dev

DMCA.com Protection Status