Pakaian dalam berwarna merah mudanya menutupi kedua payudaranya yang sintal. Pemandangan ini sangat memikat. Yoga benar-benar tidak menyangka dada Hilda bisa semontok ini, padahal tubuhnya sangat kurus. Dadanya mungkin tidak akan bisa ditutupi dengan satu tangan ....Tiba-tiba Yoga membatin, 'Sialan, apa yang sedang kupikirkan.'Yoga mulai berkonsentrasi kembali. Namun, tak disangka Hilda malah menarik pakaian dalamnya yang tersisa sambil mengerang, "Panas, aku panas sekali .... Huhu .... Panas sekali. Kumohon tolonglah aku ... tolong aku .... Aku mau ....""Jangan!" Yoga langsung menahan tangan Hilda, tetapi malah tidak sengaja menyentuh payudaranya.'Hm, ternyata memang nggak bisa ditutupi dengan satu tangan .... Duh, ini pasti bukan pikiranku yang sesungguhnya. Pasti si Bimo sialan itu yang sedang memengaruhiku,' pikirnya.Yoga langsung membalikkan tubuh Hilda menghadap ke arah bawah. Dia berpikir bahwa dengan cara seperti itu, mungkin pikirannya tidak akan terganggu. Hilda memang t
Yoga merasa kewalahan. Adegan tadi memang sulit untuk dijelaskan, sepertinya tidak akan ada yang bisa memercayainya.Pada akhirnya, Yoga terpaksa mendorong Hilda dan berkata, "Pokoknya aku nggak bersalah, terserah kamu mau percaya apa nggak. Aku nggak punya banyak waktu untuk berdebat. Sampai jumpa.""Kusarankan sebaiknya kamu pulang ke Daruna secepatnya sebelum orang-orang Jepana kembali membuat masalah." Sambil berkata demikian, Yoga berbalik dan hendak pergi. Namun, mana mungkin Hilda akan membiarkannya pergi begitu saja?Hilda kembali menerjang ke arahnya. "Kamu cuma punya dua pilihan hari ini. Bunuh aku atau aku yang membunuhmu. Kalau nggak, kamu nggak akan bisa kabur."Yoga mulai panik. "Sialan, apa perlu sampai begitu? Memangnya seserius apa masalahnya?""Diam!" Hilda menangis terisak-isak. "Kesucianku cuma untuk Raja Agoy seorang. Memangnya kamu siapa sampai berani menyentuhku?"Yoga tercengang. "Raja Agoy? Kalau Raja Agoy yang merenggut kesucianmu, kamu nggak akan buat onar la
Keributan tadi telah menarik perhatian para penjaga di istana. Kapten para penjaga itu memimpin ratusan pasukan elite lainnya untuk mengadang di depan penjara bawah tanah. Dengan ekspresi dingin, kapten tersebut berkata, "Orang yang berani menerobos ke istana Jepana harus ...."Sebelum kapten itu melanjutkan kata "mati", kepalanya telah dipenggal dan terguling di lantai. Darah segar mengucur deras. Tubuhnya terhuyung beberapa kali sebelum akhirnya ikut terjatuh. Ratusan penjaga lainnya sontak terbengong.Astaga! Situasi macam apa ini? Hanya dalam sekejap, kenapa kepala kapten mereka telah menghilang?Apa yang terjadi sebenarnya? Tunggu, bukankah tadi ada sosok berpakaian hitam yang kabur dari penjara bawah tanah? Kenapa sekarang sudah menghilang?Para pasukan itu buru-buru mencari di sekitar dengan panik. Dalam sekejap, mereka menyadari bahwa entah sejak kapan, musuh telah berada di belakang mereka.Sialan! Sejak kapan dia berada di belakang? Kenapa gerakannya cepat sekali?Secara refl
"Kenapa?" tanya Dirga yang keheranan.Kamal menjawab, "Dulu semua orang menjaga kerja sama dengan Negara Daruna karena mendengar rumor bahwa Raja Agoy adalah warga Negara Daruna. Mereka bersahabat dengan negara kita demi menghargai Raja Agoy.""Sekarang Raja Agoy sudah meninggal, mereka nggak mungkin mengambil risiko untuk melawan Persatuan Negara-Negara dan Jepana.""Dasar sekumpulan pengkhianat!" Dirga mengepalkan tangan dengan kesal, "Saat mereka kesulitan, Negara Daruna berusaha keras membantu mereka. Kita mengirimkan sumber daya dan teknologi untuk membantu mereka melewati banyak sekali masa-masa sulit.""Sekarang saat negara kita kesulitan, mereka malah berpangku tangan ...."Kamal tersenyum getir, "Masih lumayan kalau cuma berpangku tangan. Bahkan ada beberapa yang ikut membantu sekutu mereka diam-diam mengirimkan bantuan pada Jepana."Dirga semakin emosi dan mengumpat, "Bajingan!"Pada saat ini, pemimpin Pasukan Imperial, Emran, menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. "Pak Dirg
"Aku juga nggak bisa memberi penjelasan pada rakyat Jepana," ucap Kaisar Jepana.Dirga bertanya, "Lalu apa maumu?"Kaisar Jepana menjawab, "Mudah saja. Kalau mau ganti rugi, berilah kompensasi 10 kali lipat. Mengenai permintaan maaf, aku mau kamu mengumumkannya di Persatuan Negara-Negara dan bersujud pada kami sehari semalam. Nggak keterlaluan, 'kan?"Semua pasukan Negara Daruna langsung marah besar. Jangankan benar-benar menyuruh Dirga untuk bersujud pada mereka, hanya diucapkan saja hal itu sudah merupakan sebuah penghinaan besar bagi mereka! Negara Daruna sudah pasti tidak akan menyetujuinya.Emran memakinya, "Kamu nggak usah berharap. Kalaupun harus mati perang di sini, aku nggak akan biarkan Dirga untuk berlutut pada kalian!"Kaisar Jepana menghela napas. "Kalau begitu sayang sekali. Kalau Dirga nggak mau melakukannya, aku terpaksa harus membunuh kalian semua. Dirga, menurutmu, harga dirimu lebih penting atau nyawa? Kamu ambil keputusan sendiri saja."Emran langsung menimpali, "Pa
Kaisar Jepana bertanya dengan nada dingin, "Dirga, apa maksudmu?"Dirga menjawab, "Dulu, Jepana yang duluan menginvasi Daruna dan melakukan berbagai kejahatan. Jumlah warga Negara Daruna yang tewas di tangan kalian bahkan melebihi populasi rakyat Jepana. Justru rakyat kalian yang seharusnya mati untuk menebus kesalahan!""Bodoh!" Kaisar Jepana marah besar, "Dirga, kamu mempermainkanku? Sepertinya kamu sudah bertekad mau mati bersama."Dirga melepas pakaiannya dengan perlahan. Di tubuhnya telah terpasang penuh bahan peledak. "Kaisar, kalau kamu nggak berlutut, terpaksa aku akan membawamu ke neraka.""Tidak. Aku nggak melakukan kejahatan, seharusnya aku akan ke surga. Kamu ke neraka sendirian saja," timpalnya."Bodoh!" Emosi semua pasukan Jepana langsung memuncak dan bergegas menjauhi Dirga. Saat Kaisar Jepana juga hendak melarikan diri, Dirga langsung menyentuh pemicu ledakannya."Berhenti! Kalau kamu berani mundur selangkah lagi, aku akan tarik pemicunya sekarang," ancam Dirga."Kamu .
Orang itu tidak bergerak sama sekali, tetapi auranya terkesan sangat berwibawa. Bak dewa yang turun dari langit, reaksi pertama semua orang saat melihatnya adalah langsung merasa takjub!Orang-orang Jepana tak kuasa bergidik. Mereka bertanya-tanya, siapa orang itu? Sejak kapan dia ada di sini? Padahal mereka tidak menyadari apa pun tadi .... Apakah orang ini manusia atau hantu?Kaisar Jepana bergegas menenangkan diri. "Aku nggak peduli siapa pun identitasmu. Ini adalah dendam antara aku dan Negara Daruna, mohon jangan ikut campur kalau nggak mau membahayakan dirimu sendiri.""Cepat pergi. Aku nggak akan mempersulitmu."Tanpa sadar, Kaisar Jepana telah menganggap orang ini sebagai seorang ahli bela diri. Menyinggung seorang ahli di saat seperti ini jelas bukan sebuah keputusan yang bijaksana. Oleh karena itu, Kaisar Jepana berinisiatif memberi alasan pada orang itu untuk pergi.Yoga bertanya dengan ketus, "Dendamku saja belum dibalas, mau pergi gimana?""Dendam?" Kaisar Jepana melihat s
Apa orang ini sadar dengan apa yang dikatakannya? Dia menahan peluru meriam dari tank, tapi tangannya hanya "kesakitan"?Sementara itu, seluruh tank hancur hanya karena dia seorang. Bukan hanya itu, dia bahkan ingin membantai mereka semua untuk menebus kesalahan karena telah "menyakiti" tangannya. Bukankah orang ini terlalu tidak masuk akal?Kaisar Jepana merasa terancam dan buru-buru mundur untuk menghindari Yoga. Dia memerintahkan semua senjata untuk membidik Yoga dan menyerangnya. Namun, begitu orang-orang Jepana membidik Yoga, dia tiba-tiba menghilang dari tempatnya.Pada detik berikutnya, sebuah kendaraan berlapis baja di dekatnya terlempar jauh dan menghantam kendaraan lapis baja lainnya. Kemudian, kedua kendaraan itu meledak secara bersamaan. Orang itu berubah menjadi "bayangan" dan menerjang ke kerumunan pasukan Jepana.Setiap tempat yang dilewatinya menjadi kacau dan penuh ledakan. Bagaikan sebuah nuklir, Yoga menyerang semua orang dengan habis-habisan. Suara ledakan, jeritan,
Yogi berbicara sambil menghela napas dengan tak berdaya, sepertinya teringat dengan semua hal yang penuh dengan air mata kesedihan yang pernah terjadi. Itu adalah masa lalu yang tidak ingin diingatnya lagi."Bagus sekali, tapi aku nggak akan membiarkanmu hidup dengan tenang," kata Jordi yang tiba-tiba merobek pakaiannya, lalu memukul dadanya dengan keras.Boom!Darah menyembur dan terlihat banyak serangga hitam kecil yang keluar dari tubuhnya. Seperti kawanan nyamuk, serangga itu terbang naik turun dan bergerak menuju satu arah."Gawat!" teriak Yogi yang tiba-tiba terkejut, lalu segera maju dan terus menyerang satu per satu serangga itu sampai jatuh ke lantai.Agnes dan Markus juga berlarik keluar dan membunuh serangga-serangga hitam itu secara bersamaan.Namun, mereka tetap tidak bisa menangani semuanya dan beberapa serangga hitam itu berhasil lolos. Ukuran serangga itu sangat kecil, bahkan sulit untuk terlihat mata."Aduh!" kata Yogi sambil menghela napas dan menatap ke kejauhan. Pad
"Kenapa kamu lagi? Kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya Jordi dengan ekspresi terkejut dan menatap orang di depannya dengan ketakutan.Jordi berpikir jelas-jelas Yoga masih berada di dalam formasi, tidak mungkin bisa muncul di sana dengan begitu cepat. Meskipun formasinya hancur, Yoga juga membutuhkan waktu untuk tiba di sana. Namun, orang di depannya ini sepertinya sudah menunggunya cukup lama. Ini benar-benar hal yang mustahil."Sepertinya sudah berlalu cukup lama, jadi kamu sudah melupakan siapa aku," kata Yogi sambil tersenyum dan memancarkan hawa dingin. Tatapannya itu penuh dengan niat membunuh."Kamu? Bukankah kamu ini Yoga?" tanya Jordi dengan tercengang dan merasa aneh. Saat ini, dia benar-benar merasa bingung.Yogi berkata, "Saat itu kamu yang membocorkan keberadaanku dan istriku, jadi istriku dikurung selama bertahun-tahun. Sekarang kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya, 'kan?"Jordi bertanya sambil mengernyitkan alisnya, "Istrimu? Dikurung?"Setelah mengingat kembali deng
Awalnya, Jordi mengira formasi ini pasti bisa membunuh Bimo, tetapi tetap tidak ada kemajuan sedikit pun. Bimo ini masih tetap sulit untuk dibunuh, bahkan hampir berhasil menghancurkan formasinya. Jika formasi ini gagal, apa lagi yang bisa digunakannya untuk melawan Bimo?Dalam sekejap, Jordi berdiri diam di tempat dan tidak bergerak sedikit pun. Dia benar-benar sangat ketakutan dan merasa putus asa.Yoga tetap melawan boneka-boneka mayat itu sampai tidak bisa bergerak lagi dan tubuh mereka berserakan ke mana-mana."Kamu sudah siap untuk mati?" tanya Yoga sambil tersenyum sinis dan menatap Jordi dengan dingin."Kamu ...," teriak Jordi yang benar-benar kehilangan semangat bertarungnya, lalu mengendalikan semua benang merah dan menyuntikkannya ke dalam tubuh 15 boneka mayat itu. Boneka-boneka mayat yang langsung terlilit benang merah itu pun terlihat seperti mumi. Setelah itu, dia langsung berbalik dan melarikan diri.Yoga berniat untuk mengejar Jordi, tetapi dia langsung dihentikan oleh
"Apa ... yang telah kamu lakukan?" tanya Jordi yang tercengang saat melihat fenomena aneh di langit. Dia sama sekali tidak menyangka akan melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Formasinya ini sepertinya benar-benar sudah tidak akan bertahan lagi."Aku sudah bilang formasimu ini nggak akan bisa melindungimu lagi," kata Yoga dengan dingin."Nggak, ini nggak mungkin," kata Jordi sambil menatap langit dengan bengong. Melihat satu per satu celah yang muncul di langit, hatinya merasa gelisah.Krak!Pada saat itu, muncul satu celah lagi dan seluruh formasinya pun mulai berguncang sampai ruangan di sekitar bergetar hebat.Jordi seolah-olah mulai menyadari kemampuan Bimo benar-benar luar biasa."Bagaimana kamu bisa melakukan ini?" tanya Jordi."Kamu pernah melihat kekuatan sebenarnya dari seorang kultivator raja?" kata Yoga dengan ambigu."Apa? Kultivator raja?" seru Jordi yang merasa terkejut serta panik dan ekspresinya juga makin muram.Kultivator raja adalah sosok yang sangat kuat, sehi
Setelah itu, mata semua orang membelalak dan tiba-tiba hidup kembali. Saat ini, mereka semua sudah menjadi boneka mayat. Jordi pun tertawa terbahak-bahak karena merasa sangat puas saat melihat hasil karyanya ini."Mana mungkin orang-orang yang pengecut ini pantas untuk mengikutiku. Kalau nggak ingin mati, aku sendiri yang akan membunuh kalian dan akhirnya kalian menjadi boneka mayatku. Mulai sekarang, tugas kalian adalah membunuh Bimo," kata Jordi sambil tertawa terbahak-bahak dan menunjuk ke arah Yoga.Dalam sekejap, 15 orang itu langsung berbaris dengan rapi. Mata mereka yang merah terlihat kosong dan menatap tajam ke arah Yoga. Satu per satu dari mereka penuh dengan aura membunuh dan siap untuk menghabisi target mereka di depan."Benar-benar ... sangat kejam," kata Yoga sambil menghela napas. Dia mengira mereka akan bersatu dan menyerangnya bersama-sama. Pada akhirnya, mereka memang bersatu, tetapi karena mereka semua dibunuh oleh Jordi."Serang!" perintah Jordi.Setelah itu, 15 bon
Jordi muncul di atas menara lonceng dan mengamati ke arah bawah dengan tenang. Tatapannya terlihat datar dan ekspresi tenang, seolah-olah meremehkan segalanya.Dalam sekejap, mata semua orang yang berada di sana membelalak dan melihat ke atas dengan ekspresi tidak percaya."Tuan Jordi, kenapa kamu keluar?""Bimo ini benar-benar luar biasa, kamu harus hati-hati.""Sebagai pusat informasi, kamu adalah sosok yang sangat penting dan nggak boleh terjadi apa-apa padamu."Semua orang segera membujuk Jordi dengan sangat cemas."Singkirkan wajah kalian itu, membuatku merasa jijik," marah Jordi dengan dingin. Dia sudah melihat segalanya tadi, termasuk dengan sekelompok orang ini yang bertindak dengan sangat memalukan demi bertahan hidup. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan semangat seorang Pelindung Kebenaran.Mendengar perkataan itu, para tetua dan jenderal besar yang berada di sana semuanya menundukkan kepala. Mereka semua merasa gugup, tetapi mereka juga tidak berdaya. Bagaimanapun juga, m
"Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai
"Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah
Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t