"Hanya dengan satu perintah dariku, tempatmu ini akan rata! Jadi, sebaiknya kamu lepaskan aku. Kalau terjadi sesuatu padaku, kalian semua hanya akan mati!" ancam Gading."Baiklah, kamu berhasil membujukku," ujar Yoga sambil menghela napas. Kemudian, dia melempar sebutir pil kepada Gading dan berkata, "Makanlah."Gading merasa senang. Dia tidak menyangka Yoga akan begitu penakut. Gading mengira Yoga takut dirinya mati, jadi memberinya pil tingkat tinggi untuk mempertahankan nyawanya.Jadi, Gading pun menelan pil itu tanpa ragu sedikit pun. Alhasil, dia merasa ada yang tidak beres. Aroma pil ini sepertinya agak familier.Gading menatap Yoga. Tatapan Yoga seperti sedang menatap seorang idiot. Jantung Gading seketika berdetak kencang.Sebelum Gading sempat bersuara, Yoga bertanya, "Gimana rasanya?"Gading bertanya balik, "A ... apa yang kamu berikan padaku?""Kamu seharusnya pernah dengar tentang Sarang Ribuan Serangga, 'kan?" balas Yoga.Sarang Ribuan Serangga! Kepala Gading seolah-olah a
Yoga bertanya, "Lalu kenapa bukan Leluhur Jahanam Langit yang turun tangan sendiri, malah ngutus pecundang seperti kalian untuk cari mati?"Gilang menjawab, "Kurang tahu juga. Tapi kalau didengar dari perkataannya, sepertinya dia dilarang oleh suatu aturan, jadi nggak bisa turun tangan sesuka hati pada orang awam.""Pertanyaan terakhir. Belakangan ini, ada orang yang mencurigakan memata-matai Sekte Hagisana, apa kamu yang mengutus mereka?"Gilang menggelengkan kepalanya. "Aku juga baru tahu di sini markasmu. Mana mungkin aku ngutus orang ke sini?"Aneh sekali. Kalau bukan anak buah Gilang, lalu siapa lagi? Mungkin anggota dari Aula Digdaya?Gilang berkata, "Aku sudah katakan semua yang kutahu. Sekarang, cepat akhiri penderitaanku ini."Yoga menoleh pada Raja Naga. "Bagaimanapun, dia ini murid kalian. Kamu saja yang tangani."Gilang buru-buru menimpali, "Guru, aku tahu kesalahanku sangat besar dan aku memang pantas mati. Tapi, kumohon beri aku kematian yang tidak menyiksa."Raja Naga me
Setelah menerima jarum ketujuh, lawannya langsung pingsan karena syok. Yoga merasa puas dengan hasilnya. Dia kemudian membangunkan orang itu, "Jangan buru-buru pingsan, masih ada tiga jarum lagi menunggumu.""Gimana kalau kita bertaruh? Kalau kamu bisa tahan jarum berikutnya, aku akan melepaskanmu dan kau bisa melakukan apa saja padaku.""Nggak, nggak!" Orang itu berteriak, "Ampuni aku, kumohon ampuni aku!"Tawanan itu benar-benar merasa sangat tersiksa sekarang. Setiap sel di tubuhnya terasa hampir meledak. Organ dalam dan kulitnya terbakar sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.Jika ditambahkan satu jarum lagi, rasa sakitnya akan meningkat sepuluh kali lipat .... Dia tidak bisa menahan penderitaan ini lagi. Bahkan membayangkannya saja sudah membuatnya hancur.Yoga berkata dengan tidak sabar, "Bukannya sudah kubilang? Tahan jarum kedelapan ini, aku akan melepaskanmu dan nyawaku ada di tanganmu." Sambil berkata demikian, Yoga hendak menusukkan jarum kedelapan."Akan kuberi ta
Yoga mengangguk. "Orang dari Aula Digdaya.""Aula Digdaya!" Ekspresi Raja Naga langsung menjadi muram. "Yoga, belakangan ini Aula Digdaya banyak melakukan aksi. Kamu harus hati-hati pada mereka.""Oh ya?" Yoga bertanya, "Apa yang dilakukan Aula Digdaya?"Raja Naga menjawab, "Belakangan ini Aula Digdaya banyak memodifikasi ahli bela diri kuno. Mereka telah mengutus banyak orang untuk mengumpulkan harta berharga. Aku dapat kabar, mereka bakal menyerang Pulau Neraka dalam waktu dekat dan merebut sumber daya ahli bela diri kuno, bahkan menjajah pulau itu."Yoga tertawa sinis, "Mau serang Pulau Neraka? Langkahi dulu mayatku."Setelah meninggalkan Sekte Hagisana, Yoga memutuskan untuk mencari Winola. Yoga sudah punya Nadya, jadi tentu saja dia tidak akan menjalankan pernikahan dengan Winola. Dia mau membatalkan perjodohan ini.Selain itu, Winola telah berulang kali ingin mencelakai Yoga. Sudah saatnya Yoga memberinya peringatan. Kalau tidak, Winola pasti akan terus mengganggunya.Tak lama ke
Namun begitu melihat mobilnya, gadis itu langsung terperangah. Kap mesinnya yang keras telah penyok. Selain itu, di bagian dasarnya terlihat jelas bekas tinju seseorang. Pria itu menghentikan mobilnya dengan sekali pukulan!Sepertinya dia bertemu dengan seorang ahli tadi!Menyadari hal ini, gadis itu langsung melemparkan pandangan ke arah Yoga. Sosok Yoga terpatri jelas dalam benaknya. Saat gadis itu masih sedang bengong, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya. "Hilda, kamu lihat apa? Ada pria tampan ya?"Gadis itu langsung berbalik. Ternyata orang yang menyapanya adalah sahabatnya sendiri, Wenny. Dia terkejut sejenak melihat Hilda."Hilda, kenapa wajahmu berdarah? Ada apa sebenarnya?"Gadis yang bernama Hilda itu mengusap darah di wajahnya. "Aku terlibat sedikit kecelakaan tadi, nggak usah cemas.""Kecelakaan?" Wenny terkejut, lalu buru-buru memegang tangan dan mengelus kepalanya. "Kamu nggak terluka, 'kan?"Hilda menggeleng. "Nggak apa-apa kok. Nggak usah khawatir. Kak, ayo j
"Sudah lama aku ingin batalin pernikahan sama dia, tapi si berengsek itu sudah terbiasa hidup bergantung pada wanita. Dia terus menempel padaku dan nggak mau putus, buat kesal saja.""Oh ya, dia juga sudah pernah nikah. Mantan istrinya menceraikannya karena nggak tahan dengan kemalasannya," timpal Wenny.Hilda terkejut mendengar hal itu. Pria itu ternyata lebih buruk dari yang dibayangkannya. Dia ternyata sudah pernah menikah dan hanya bisa menumpang hidup pada wanita. Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata dia juga tunangan Wenny.Bahkan menyebutnya sebagai pria berengsek sejati sekalipun, Hilda merasa tidak keterlaluan. Apa yang sebenarnya telah dilakukan pria itu sampai membuat kakeknya begitu terpesona?Hilda mengepalkan tinjunya dengan marah. "Huh! Aku harus cari orang untuk beri dia pelajaran. Kalau dia berani menghancurkan masa depanku, akan kuhancurkan juga hidupnya."Wenny menasihati, "Hilda, sebaiknya kamu jauh-jauh dari pria itu. Sejak aku mengenalnya, nasib buruk terus da
Pengawal itu marah besar. "Percaya nggak, hanya karena kata-katamu itu, aku akan membunuhmu!""Nggak percaya!" balas Yoga sambil menggeleng."Mati sana!" Ucapan Yoga telah memicu amarah kedua pengawal itu. Mereka langsung menyerbu Yoga dan Yoga juga membalas serangan mereka.Kedua pengawal itu adalah ahli bela diri kuno, tapi tingkatan mereka masih yang paling rendah. Kini Yoga sudah mencapai tingkat bentala, mereka berdua sama sekali bukan lawan Yoga. Hanya dalam sekejap, Yoga telah menghabisi kedua orang itu.Keributan besar ini telah menarik perhatian lebih banyak pengawal lagi. Belasan pengawal lainnya muncul tiba-tiba untuk mengepung Yoga."Berani-beraninya menerobos ke kamar Nona, cari mati!""Katakan siapa namamu! Kami harus tahu dulu sebelum membunuhmu!"Yoga pun menyebutkan namanya. Saat mendengar nama tersebut, reaksi para pengawal lainnya semakin agresif. Tentu saja mereka kenal dengan nama ini. Pria ini adalah tunangan nona mereka. Sudah lama nona mereka ingin membunuhnya u
Keindahan wanita itu membuat jantung berdegup kencang. Terlepas dari lekuk tubuhnya yang menggoda, kulit wanita itu juga tampak sangat mulus bagaikan ukiran giok. Tidak ada sedikit pun cela di tubuh wanita itu. Dia benar-benar tampak sempurna.Di dunia ahli bela diri kuno, wanita seperti Winola memang sangat langka dan menakjubkan! Namun, sesempurna apa pun Winola, dia tetap tidak bisa dibandingkan dengan Nadya dan Karina. Apa Winola benar-benar mencoba untuk memanipulasi Yoga dengan kecantikannya?Yoga menggelengkan kepala untuk menepis pemikiran itu. Wanita sesombong ini mana mungkin akan menggunakan kecantikan untuk memikat orang?Yoga memperhatikan sebuah energi api yang bergerak liar di dalam tubuh Winola. Energi tersebut menabrak titik meridian di seluruh tubuhnya. Winola mungkin pingsan karena terganggu oleh energi "api" ini.Entah mengapa, Yoga merasa bahwa energi ini memiliki daya tarik alami terhadap dirinya, seolah-olah ... energi itu seharusnya menjadi miliknya. Tanpa senga