Yoga melarikan diri terbirit-birit ke lantai bawah dengan jantung yang masih berdegup kencang. Dia menunggu selama belasan menit sebelum Roselia selesai mengganti pakaiannya dan turun ke lantai bawah. Roselia mengenakan gaun bunga-bunga dengan belahan paha yang tinggi. Gaun itu menampakkan kakinya yang ramping dan mulus, serta menarik perhatian. Tubuhnya terlihat sangat menggoda.Dengan nada menggoda, Roselia berkata, "Dik, kenapa wajahmu merah sekali? Kamu demam?"Yoga buru-buru melambaikan tangannya, "Nggak, nggak apa-apa. Cuma demam karena flu."Roselia tertawa terbahak-bahak, "Lucu sekali adikku ini kalau malu-malu. Sepertinya kamu masih anak kecil."Yoga mengalihkan pembicaraan, "Kak, bukannya kamu bilang kamu sedang nggak di vila?"Roselia menjawab, "Kita sudah lama nggak bertemu, memangnya Kakak nggak boleh bercanda denganmu?""Bercanda? Sepertinya kamu sengaja, 'kan?" tanya Yoga.Roselia menggodanya lagi, "Oh ya? Kalau begitu, menurutmu kenapa Kakak sengaja melakukannya?"Yoga
Sementara itu, fisik dingin sangatlah langka ....Yoga buru-buru bertanya, "Kak, di mana kamu letakkan obat penawarmu?"Roselia menjawab dengan bersusah payah, "Obatnya sudah habis. Kali ini aku turun dari gunung adalah untuk membeli obat. Tadinya kukira penyakitnya baru akan kambuh seminggu lagi, nggak disangka malah kambuh lebih cepat ...."Yoga menghiburnya, "Jangan panik dulu, mungkin saja aku bisa menyembuhkanmu.""Nggak ada gunanya." Roselia menggelengkan kepalanya, "Bahkan Guru saja nggak bisa menyembuhkan penyakitku, apalagi kamu. Aku ... akan telepon sekarang untuk suruh orang antarkan obatnya."Obat yang dibutuhkan Roselia adalah Pil Penyejuk Darah yang hanya bisa diproduksi oleh keluarga kerajaan Negara Jepana. Tak disangka, saat Roselia baru saja mau menelepon, pintu vilanya telah ditabrak hingga terbuka. Sebuah mobil Hummer menerobos ke rumahnya.Saat Yoga baru mau marah, Roselia telah mencegahnya, "Itu mobil Ryota, aku selalu beli obat penawarku dari dia. Cepat papah aku
"Kamu ...." Ryota marah besar. "Sebaiknya kalian pikirkan dengan baik. Ichiro hanya salah satu dari puluhan ribu pasukanku yang biasa. Kalaupun dia mati, nggak ada ruginya bagiku. Tapi kalau Roselia mati, kalian akan rugi besar. Apa pantas menggunakan nyawa Roselia untuk menukarkan nyawa salah satu bawahanku?"Yoga menjawab, "Aku nggak percaya Ryota itu bawahan biasamu. Kalau nggak, mana mungkin keluarga kerajaan sepertimu akan datang untuk menebus orangnya secara langsung?"Ryota menggertakkan giginya. "Bagus, hebat sekali kamu! Aku mau lihat sampai kapan kamu bisa bertahan." Usai bicara, Ryota langsung menginjak pil itu hingga hancur. "Kuberi waktu satu menit bagi kalian untuk pertimbangkan. Setiap lima detik sekali, aku akan menghancurkan satu pil ini. Setelah semenit kemudian, semua pilnya akan hancur dan nggak ada gunanya lagi kalian menyesal. Tentu saja, Roselia bisa juga memilih untuk menjilat pil yang sudah hancur ini. Mungkin saja masih ada efeknya. Hahaha!"Tindakannya ini be
Terdengar suara Ichiro dari ujung telepon berteriak, "Jangan bunuh aku. Kumohon jangan bunuh aku, aku nggak mau mati .... Aku salah, aku benar-benar tahu salah. Aku berlutut untuk minta maaf pada kalian. Aku rela menebus kesalahanku, aku masih nggak boleh mati ...."Mendengar hal ini, ekspresi Ryota langsung berubah drastis.Roselia berkata di telepon, "Beri dia kesempatan untuk menebus kesalahan, coba kita dengarkan apa yang mau dikatakannya?"Ichiro menangis tersedu-sedu, "Aku akan beri kalian informasi. Aku janji, informasi ini pasti akan berguna bagi kalian. Aku jamin kalian akan untung besar kalau menukar informasi ini dengan nyawaku."Roselia langsung setuju, "Oke, sepakat."Ryota langsung terkejut, "Ichiro berengsek. Kalau kamu berani bicara sembarangan, aku nggak akan memaafkanmu!"Ichiro berteriak, "Maafkan aku Tuan Ryota! Kamu nggak bisa melindungi nyawaku, terpaksa aku yang harus melindungi diriku sendiri.""Dasar bodoh!" Ryota langsung berkata, "Roselia, aku berubah pikiran
Mereka mencari tahu tentang informasi mengenai Aula Kirin di Restoran Floran, terutama mengenai keberadaan anggota Aula Kirin setelah dibubarkan. Setelah membaca semua laporan itu, Yoga mengerutkan dahinya.Aula Kirin adalah salah satu dari empat aula terbesar di Negara Daruna dulu, pendirinya adalah ayah Yoga, yaitu Raja Kirin. Namun, untuk apa orang Negara Jepana mencari tahu tentang Aula Kirin?Yoga menanyakan kepada Ichiro, "Apa tujuan kalian mencari tahu tentang Aula Kirin?"Namun, Ichiro sudah setengah sadar saat ini sehingga tidak bisa menjawabnya. Yoga akhirnya menyiramkan seember air dingin ke tubuh Ichiro. Ichiro langsung terbangun, "Aku ... aku nggak tahu ... aku benar-benar nggak tahu ....""Sepertinya kamu masih kurang disiksa? Kalau aku yang turun tangan, kujamin kamu lebih memilih untuk mati daripada hidup."Ichiro langsung menjawab, "Aku ... benar-benar nggak tahu. Aku cuma sebuah alat bagi Ryota, informasi sepenting itu nggak bisa kuakses ...."Yoga yang menyiksa Ichir
Di saat dia tidak tahu lagi harus bagaimana, Yoga tiba-tiba melihat sebuah sosok di kejauhan. Orang itu sedang berlutut sambil membakar uang kertas untuk orang meninggal dengan beberapa sesajen yang diletakkan di hadapannya. Yang lebih anehnya lagi, di depannya tidak ada batu nisan apa pun. Untuk siapa orang itu membakar uang kertas?Firasat Yoga yang kuat memberitahunya bahwa pasti ada sesuatu yang aneh dengan orang ini. Mungkin saja dia berkaitan dengan makam Raja Kirin? Oleh karena itu, Yoga memutuskan untuk menghampirinya. Setelah jarak mereka cukup dekat, Yoga baru bisa melihat dengan jelas wajah orang itu.Orang itu adalah seorang pria tua yang berambut dan berjanggut putih. Pakaiannya compang-camping dan rambutnya berantakan, penampilannya tidak berbeda jauh dengan seorang pengemis. Kedua matanya tampak keruh dan sembap. Sepertinya dia baru saja menangis.Saat menyadari ada yang mendekatinya, pria tua itu langsung menghapus air matanya dan buru-buru hendak pergi.Yoga langsung m
"Sialan!" Pria tua itu mengumpat dan memelesat dengan cepat. Yoga juga terus mengikutinya. Sepuluh menit kemudian, pria tua itu akhirnya berhenti dengan napas terengah-engah dan bermandikan keringat. Namun, Yoga malah terlihat santai-santai saja.Dengan perhatian, Yoga bertanya, "Pak, kamu nggak apa-apa? Masih bisa jalan? Apa mau kugendong?""Enyah kamu!" Pria tua itu memelototi Yoga. "Pantas saja kamu nggak takut terus mengikutiku, ternyata kamu seorang ahli bela diri. Tapi dengan kemampuanmu ini, mungkin kamu hanya akan ditindas di desa kami."Yoga menjawab, "Aku hanya ingin minta segelas air, kamu jangan salah paham."Pria tua itu terkekeh-kekeh, "Kamu kira aku bakal percaya? Sudahlah, terus terang saja. Aku tahu apa tujuan kedatanganmu, tapi kamu menyerah saja. Itu hal yang mustahil!"Yoga bertanya dengan bingung, "Oh? Kalau begitu, coba kamu katakan apa tujuan kedatanganku?"Pria tua itu menjawab, "Kamu tahu sendiri, apa perlu kukatakan dengan jelas? Kuperingatkan kamu, kalaupun k
Padahal semua itu hanya buah-buahan liar. Namun, gadis kecil itu malah menganggapnya sebagai makanan terlezat. Kehidupan seperti apa yang telah mereka jalani? Apa yang telah terjadi pada mereka selama ini? Kebetulan Yoga membawa sekantong dendeng sapi saat ini. Dia memberikannya pada gadis kecil itu."Dik, Paman beri hadiah untukmu. Coba kamu cicipi rasanya."Shanaz membelalakkan matanya melihat dendeng itu dengan penasaran. "Benda apa ini? Kakek, apa aku ... boleh makan?"Pria tua itu menatap Yoga dengan tatapan berterima kasih. "Tentu saja, ayo dimakan, Shanaz.""Terima kasih Paman!" Gadis itu mengambil dendeng tersebut dan mulai melahapnya. Baru saja menggigitnya, kedua mata gadis itu langsung berbinar. "Paman, ini enak sekali! Sepertinya ini makanan terenak di dunia ini! Terima kasih Paman!"Shanaz makan dengan lahap hingga tersedak. Namun, dia tetap menyantapnya dengan gigitan besar karena takut para orang jahat itu akan merebut dendeng mereka.Yoga berkata pada pria tua itu. "Pak