Padahal semua itu hanya buah-buahan liar. Namun, gadis kecil itu malah menganggapnya sebagai makanan terlezat. Kehidupan seperti apa yang telah mereka jalani? Apa yang telah terjadi pada mereka selama ini? Kebetulan Yoga membawa sekantong dendeng sapi saat ini. Dia memberikannya pada gadis kecil itu."Dik, Paman beri hadiah untukmu. Coba kamu cicipi rasanya."Shanaz membelalakkan matanya melihat dendeng itu dengan penasaran. "Benda apa ini? Kakek, apa aku ... boleh makan?"Pria tua itu menatap Yoga dengan tatapan berterima kasih. "Tentu saja, ayo dimakan, Shanaz.""Terima kasih Paman!" Gadis itu mengambil dendeng tersebut dan mulai melahapnya. Baru saja menggigitnya, kedua mata gadis itu langsung berbinar. "Paman, ini enak sekali! Sepertinya ini makanan terenak di dunia ini! Terima kasih Paman!"Shanaz makan dengan lahap hingga tersedak. Namun, dia tetap menyantapnya dengan gigitan besar karena takut para orang jahat itu akan merebut dendeng mereka.Yoga berkata pada pria tua itu. "Pak
Begitu melihat Yoga, ekspresi orang-orang seketika menjadi masam. Mereka berkata dengan nada menyalahkan, "Pak Ekky, kenapa kamu membawa orang luar kemari?""Bocah, sebaiknya kamu cepat pergi dari sini. Jangan sampai kamu menyesal nanti."Ekky menghela napas dan berucap, "Ceritanya panjang, aku akan menjelaskannya nanti. Nak, kamu benar-benar bisa menyembuhkan mereka?"Yoga mengangguk dan membalas, "Tenang saja, serahkan semuanya kepadaku."Luka lama yang ditambah luka baru membuat kondisi para orang tua ini terlihat sangat mengerikan. Bahkan, banyak luka yang bernanah dan tidak ada permukaan kulit yang terlihat bagus.Yoga mengobati mereka sambil bertanya, "Pak, siapa yang membuat kalian terluka sampai begini?"Ekky mendesah sebelum menyahut, "Penguasa desa ini. Kami menyebut mereka Orang-Orang Putih.""Kenapa kalian nggak melawan atau meninggalkan tempat ini?" tanya Yoga lagi."Hidup dan mati kami ada di tangan mereka. Kami nggak berani melawan. Lagian, kami hanya akan mati kalau mel
Yoga menyahut, "Tenang saja, aku pasti bisa membantu kalian menetralisasi racun itu."Para pria tua itu tersenyum getir. Mereka mengira Yoga terlalu muda sehingga tidak memahami apa yang mereka katakan. Bahkan, Yoga mungkin tidak mengerti apa itu serangga beracun dan Raja Serangga.Saat ini, terdengar teriakan Shanaz yang diiringi tangisan dari luar. "Dasar penjahat! Cepat lepaskan ibuku! Cepat ....""Sialan!" Orang-orang tiba-tiba memaki, lalu bergegas berlari ke luar. Terlihat pria berpakaian putih menarik seorang wanita paruh baya. Dahi wanita itu terluka dan terus mengalir darah. Dia pun sudah tidak sadarkan diri.Shanaz menarik lengan wanita itu dengan sekuat tenaga sambil berteriak tanpa henti, "Ibu, cepat bangun."Pria berpakaian putih itu akhirnya kehilangan kesabaran. Dia menendang kepala Shanaz. Shanaz pun berteriak kaget, lalu akhirnya jatuh pingsan."Dasar cari mati!" Yoga menggertakkan gigi dan menyerbu ke luar. Dia langsung menendang pria itu hingga terpental jauh. Kemudi
Para pria tua itu terus membujuk Yoga untuk cepat pergi sebelum si pendeta datang. Yoga malah bergeming dan berkata, "Tenang saja, dia nggak bakal bisa melukaiku."Segera, Orang-Orang Putih itu dijatuhkan semuanya. Meskipun terluka parah, para pria tua itu tetap dipenuhi semangat. Mereka sudah menahan diri selama bertahun-tahun. Hari ini, mereka akhirnya berkesempatan melampiaskan amarah."Berhenti!" Tiba-tiba, terdengar suara yang menggelegar. Semua orang memandang ke arah sumber suara.Terlihat seorang pria tua bertubuh tegap dan memegang tongkat emas menghampiri. Ada sebuah tanda yang aneh di dahi pria tua itu. Kalau tebakan Yoga tidak salah, dia seharusnya adalah pendeta yang disebut oleh Orang-Orang Putih.Begitu melihat pendeta itu, Orang-Orang Putih seketika dipenuhi antusiasme. Mereka berseru, "Kita akan selamat! Pak Pendeta sudah datang!""Berani sekali sekelompok orang tua ini melawan kita. Benar-benar dosa besar! Mereka harus diberi hukuman berat!"Pendeta itu memelototi Ora
Setelah dilihat dengan cermat, ternyata itu adalah si pendeta. Para tetua Aula Kirin tercengang dengan hasil ini. Si pendeta adalah ahli bela diri tingkat kaisar master sekaligus tokoh besar, tetapi dikalahkan Yoga begitu saja.Bisa dilihat, betapa menakutkannya kemampuan Yoga. Yoga masih muda. Seiring berjalannya waktu, dia hanya akan menjadi makin kuat! Semua orang tak kuasa bergidik membayangkannya.Pendeta itu menatap Yoga dengan tidak percaya sambil berkata, "Bocah, ternyata aku sudah meremehkanmu. Di atas langit masih ada langit, ternyata peribahasa ini benar. Tapi, karena kamu sudah bertemu denganku hari ini, kamu nggak akan bisa lolos dari kematian. Basis kultivasimu hebat, tapi semua itu nggak ada gunanya di depan serangga beracunku."Kemudian, pendeta itu memberi isyarat mata kepada Orang-Orang Putih dan menginstruksi, "Cepat gunakan Racun Sukma.""Ya!" Si pendeta dan Orang-Orang Putih menepuk dada masing-masing untuk memuntahkan darah. Racun Sukma bersembunyi di darah mereka
Di perjalanan, Yoga bertanya, "Sebenarnya di mana makam ayahku? Kenapa aku nggak bisa menemukannya?"Ekky menyahut, "Sebenarnya Gunung Nazabra adalah makam ayahmu.""Terima kasih atas kerja keras kalian. Pasti sulit untuk membangun makam sebesar itu," ujar Yoga.Ekky melambaikan tangan dan membalas, "Tuan Muda, kamu sudah salah paham. Bukan kami yang membangunnya, tapi orang lain.""Itu artinya, kalian nggak pernah melihat jasad ayahku? Apa mungkin dia masih hidup?" tanya Yoga.Ekky menyahut, "Kami memang nggak pernah melihat jasad Raja Kirin, tapi kemungkinan Raja Kirin masih hidup sangat kecil, bahkan nihil! Dia dikepung oleh begitu banyak ahli bela diri dan akhirnya melompat dari tebing. Sehebat apa pun Raja Kirin, dia tetap sulit bertahan di situasi seperti itu.""Sebelum melihat jasad ayahku, aku nggak akan percaya kalau dia sudah mati," gumam Yoga.Setibanya di Gunung Nazabra, mereka pun tercengang. Tempat ini sangat kacau, dipenuhi jejak kaki serta bekas ban, bahkan terdapat bek
Untungnya, reaksi Yoga cepat. Dia langsung menghindari serangan itu. Setelah melihat dengan saksama, dia mendapati sekujur tubuh lawan dipenuhi bom. Saat berikutnya, pihak lawan menekan tombol untuk meledakkan tubuh masing-masing.Yoga sontak melepaskan energinya untuk mengempaskan beberapa orang itu. Tubuh mereka pun meledak di udara, membuat langit turun hujan darah.Yoga mengamati beberapa musuh yang masih hidup sambil berkata, "Kalau tebakanku nggak salah, mereka seharusnya petarung dari Jepana."Para tetua Aula Kirin sungguh terkejut melihat situasi ini. Petarung Jepana ahli dalam penyergapan. Jika tidak ada Yoga, mungkin mereka sudah mati sekarang. Mereka pun merasa malu karena tidak sanggup membantu Yoga.Ekky berucap, "Mereka seharusnya diutus oleh orang Jepana yang mengurung kita. Token Suci Kirin pasti di tangan mereka."Yoga bertanya, "Pak, apa kamu tahu identitas orang Jepana yang mengurung kalian?"Ekky membalas, "Nama pemimpin mereka Ryota. Tapi, kami nggak tahu identitas
"Dasar cari mati!" Penjaga pintu itu sungguh murka sehingga langsung menyerbu ke arah Yoga.Yoga pun berkelebat dan mencengkeram leher pria itu. Krek! Saat berikutnya, leher pria itu patah, menyebabkannya tewas begitu saja.Ekspresi para tetua Aula Kirin sontak berubah. Membunuh orang Jepana di hutan belantara dengan membunuh orang Jepana di kantor kedutaan jelas adalah 2 hal yang berbeda.Pertarungan bela diri memang bebas sehingga tidak peduli siapa yang hidup dan mati. Namun, jika membunuh orang Jepana di kantor kedutaan, Yoga sama saja dengan menantang prestise Negara Jepana dan memicu perang.Tindakan seperti ini terlalu ceroboh. Aula Kirin yang sedang berjaya pada masa itu saja tidak berani melakukan hal seperti ini.Seketika, seluruh orang Jepana di kantor kedutaan berlari ke luar. Mereka sangat terkejut dan murka atas kejadian ini."Dasar rakyat Daruna yang rendahan! Beraninya kamu membunuh orang Jepana yang mulia! Sialan!""Daruna harus memberi kami penjelasan yang memuaskan.