Share

Bab 589

Penulis: Vodka
Mereka mencari tahu tentang informasi mengenai Aula Kirin di Restoran Floran, terutama mengenai keberadaan anggota Aula Kirin setelah dibubarkan. Setelah membaca semua laporan itu, Yoga mengerutkan dahinya.

Aula Kirin adalah salah satu dari empat aula terbesar di Negara Daruna dulu, pendirinya adalah ayah Yoga, yaitu Raja Kirin. Namun, untuk apa orang Negara Jepana mencari tahu tentang Aula Kirin?

Yoga menanyakan kepada Ichiro, "Apa tujuan kalian mencari tahu tentang Aula Kirin?"

Namun, Ichiro sudah setengah sadar saat ini sehingga tidak bisa menjawabnya. Yoga akhirnya menyiramkan seember air dingin ke tubuh Ichiro. Ichiro langsung terbangun, "Aku ... aku nggak tahu ... aku benar-benar nggak tahu ...."

"Sepertinya kamu masih kurang disiksa? Kalau aku yang turun tangan, kujamin kamu lebih memilih untuk mati daripada hidup."

Ichiro langsung menjawab, "Aku ... benar-benar nggak tahu. Aku cuma sebuah alat bagi Ryota, informasi sepenting itu nggak bisa kuakses ...."

Yoga yang menyiksa Ichir
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 590

    Di saat dia tidak tahu lagi harus bagaimana, Yoga tiba-tiba melihat sebuah sosok di kejauhan. Orang itu sedang berlutut sambil membakar uang kertas untuk orang meninggal dengan beberapa sesajen yang diletakkan di hadapannya. Yang lebih anehnya lagi, di depannya tidak ada batu nisan apa pun. Untuk siapa orang itu membakar uang kertas?Firasat Yoga yang kuat memberitahunya bahwa pasti ada sesuatu yang aneh dengan orang ini. Mungkin saja dia berkaitan dengan makam Raja Kirin? Oleh karena itu, Yoga memutuskan untuk menghampirinya. Setelah jarak mereka cukup dekat, Yoga baru bisa melihat dengan jelas wajah orang itu.Orang itu adalah seorang pria tua yang berambut dan berjanggut putih. Pakaiannya compang-camping dan rambutnya berantakan, penampilannya tidak berbeda jauh dengan seorang pengemis. Kedua matanya tampak keruh dan sembap. Sepertinya dia baru saja menangis.Saat menyadari ada yang mendekatinya, pria tua itu langsung menghapus air matanya dan buru-buru hendak pergi.Yoga langsung m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 591

    "Sialan!" Pria tua itu mengumpat dan memelesat dengan cepat. Yoga juga terus mengikutinya. Sepuluh menit kemudian, pria tua itu akhirnya berhenti dengan napas terengah-engah dan bermandikan keringat. Namun, Yoga malah terlihat santai-santai saja.Dengan perhatian, Yoga bertanya, "Pak, kamu nggak apa-apa? Masih bisa jalan? Apa mau kugendong?""Enyah kamu!" Pria tua itu memelototi Yoga. "Pantas saja kamu nggak takut terus mengikutiku, ternyata kamu seorang ahli bela diri. Tapi dengan kemampuanmu ini, mungkin kamu hanya akan ditindas di desa kami."Yoga menjawab, "Aku hanya ingin minta segelas air, kamu jangan salah paham."Pria tua itu terkekeh-kekeh, "Kamu kira aku bakal percaya? Sudahlah, terus terang saja. Aku tahu apa tujuan kedatanganmu, tapi kamu menyerah saja. Itu hal yang mustahil!"Yoga bertanya dengan bingung, "Oh? Kalau begitu, coba kamu katakan apa tujuan kedatanganku?"Pria tua itu menjawab, "Kamu tahu sendiri, apa perlu kukatakan dengan jelas? Kuperingatkan kamu, kalaupun k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 592

    Padahal semua itu hanya buah-buahan liar. Namun, gadis kecil itu malah menganggapnya sebagai makanan terlezat. Kehidupan seperti apa yang telah mereka jalani? Apa yang telah terjadi pada mereka selama ini? Kebetulan Yoga membawa sekantong dendeng sapi saat ini. Dia memberikannya pada gadis kecil itu."Dik, Paman beri hadiah untukmu. Coba kamu cicipi rasanya."Shanaz membelalakkan matanya melihat dendeng itu dengan penasaran. "Benda apa ini? Kakek, apa aku ... boleh makan?"Pria tua itu menatap Yoga dengan tatapan berterima kasih. "Tentu saja, ayo dimakan, Shanaz.""Terima kasih Paman!" Gadis itu mengambil dendeng tersebut dan mulai melahapnya. Baru saja menggigitnya, kedua mata gadis itu langsung berbinar. "Paman, ini enak sekali! Sepertinya ini makanan terenak di dunia ini! Terima kasih Paman!"Shanaz makan dengan lahap hingga tersedak. Namun, dia tetap menyantapnya dengan gigitan besar karena takut para orang jahat itu akan merebut dendeng mereka.Yoga berkata pada pria tua itu. "Pak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 593

    Begitu melihat Yoga, ekspresi orang-orang seketika menjadi masam. Mereka berkata dengan nada menyalahkan, "Pak Ekky, kenapa kamu membawa orang luar kemari?""Bocah, sebaiknya kamu cepat pergi dari sini. Jangan sampai kamu menyesal nanti."Ekky menghela napas dan berucap, "Ceritanya panjang, aku akan menjelaskannya nanti. Nak, kamu benar-benar bisa menyembuhkan mereka?"Yoga mengangguk dan membalas, "Tenang saja, serahkan semuanya kepadaku."Luka lama yang ditambah luka baru membuat kondisi para orang tua ini terlihat sangat mengerikan. Bahkan, banyak luka yang bernanah dan tidak ada permukaan kulit yang terlihat bagus.Yoga mengobati mereka sambil bertanya, "Pak, siapa yang membuat kalian terluka sampai begini?"Ekky mendesah sebelum menyahut, "Penguasa desa ini. Kami menyebut mereka Orang-Orang Putih.""Kenapa kalian nggak melawan atau meninggalkan tempat ini?" tanya Yoga lagi."Hidup dan mati kami ada di tangan mereka. Kami nggak berani melawan. Lagian, kami hanya akan mati kalau mel

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 594

    Yoga menyahut, "Tenang saja, aku pasti bisa membantu kalian menetralisasi racun itu."Para pria tua itu tersenyum getir. Mereka mengira Yoga terlalu muda sehingga tidak memahami apa yang mereka katakan. Bahkan, Yoga mungkin tidak mengerti apa itu serangga beracun dan Raja Serangga.Saat ini, terdengar teriakan Shanaz yang diiringi tangisan dari luar. "Dasar penjahat! Cepat lepaskan ibuku! Cepat ....""Sialan!" Orang-orang tiba-tiba memaki, lalu bergegas berlari ke luar. Terlihat pria berpakaian putih menarik seorang wanita paruh baya. Dahi wanita itu terluka dan terus mengalir darah. Dia pun sudah tidak sadarkan diri.Shanaz menarik lengan wanita itu dengan sekuat tenaga sambil berteriak tanpa henti, "Ibu, cepat bangun."Pria berpakaian putih itu akhirnya kehilangan kesabaran. Dia menendang kepala Shanaz. Shanaz pun berteriak kaget, lalu akhirnya jatuh pingsan."Dasar cari mati!" Yoga menggertakkan gigi dan menyerbu ke luar. Dia langsung menendang pria itu hingga terpental jauh. Kemudi

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 595

    Para pria tua itu terus membujuk Yoga untuk cepat pergi sebelum si pendeta datang. Yoga malah bergeming dan berkata, "Tenang saja, dia nggak bakal bisa melukaiku."Segera, Orang-Orang Putih itu dijatuhkan semuanya. Meskipun terluka parah, para pria tua itu tetap dipenuhi semangat. Mereka sudah menahan diri selama bertahun-tahun. Hari ini, mereka akhirnya berkesempatan melampiaskan amarah."Berhenti!" Tiba-tiba, terdengar suara yang menggelegar. Semua orang memandang ke arah sumber suara.Terlihat seorang pria tua bertubuh tegap dan memegang tongkat emas menghampiri. Ada sebuah tanda yang aneh di dahi pria tua itu. Kalau tebakan Yoga tidak salah, dia seharusnya adalah pendeta yang disebut oleh Orang-Orang Putih.Begitu melihat pendeta itu, Orang-Orang Putih seketika dipenuhi antusiasme. Mereka berseru, "Kita akan selamat! Pak Pendeta sudah datang!""Berani sekali sekelompok orang tua ini melawan kita. Benar-benar dosa besar! Mereka harus diberi hukuman berat!"Pendeta itu memelototi Ora

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 596

    Setelah dilihat dengan cermat, ternyata itu adalah si pendeta. Para tetua Aula Kirin tercengang dengan hasil ini. Si pendeta adalah ahli bela diri tingkat kaisar master sekaligus tokoh besar, tetapi dikalahkan Yoga begitu saja.Bisa dilihat, betapa menakutkannya kemampuan Yoga. Yoga masih muda. Seiring berjalannya waktu, dia hanya akan menjadi makin kuat! Semua orang tak kuasa bergidik membayangkannya.Pendeta itu menatap Yoga dengan tidak percaya sambil berkata, "Bocah, ternyata aku sudah meremehkanmu. Di atas langit masih ada langit, ternyata peribahasa ini benar. Tapi, karena kamu sudah bertemu denganku hari ini, kamu nggak akan bisa lolos dari kematian. Basis kultivasimu hebat, tapi semua itu nggak ada gunanya di depan serangga beracunku."Kemudian, pendeta itu memberi isyarat mata kepada Orang-Orang Putih dan menginstruksi, "Cepat gunakan Racun Sukma.""Ya!" Si pendeta dan Orang-Orang Putih menepuk dada masing-masing untuk memuntahkan darah. Racun Sukma bersembunyi di darah mereka

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 597

    Di perjalanan, Yoga bertanya, "Sebenarnya di mana makam ayahku? Kenapa aku nggak bisa menemukannya?"Ekky menyahut, "Sebenarnya Gunung Nazabra adalah makam ayahmu.""Terima kasih atas kerja keras kalian. Pasti sulit untuk membangun makam sebesar itu," ujar Yoga.Ekky melambaikan tangan dan membalas, "Tuan Muda, kamu sudah salah paham. Bukan kami yang membangunnya, tapi orang lain.""Itu artinya, kalian nggak pernah melihat jasad ayahku? Apa mungkin dia masih hidup?" tanya Yoga.Ekky menyahut, "Kami memang nggak pernah melihat jasad Raja Kirin, tapi kemungkinan Raja Kirin masih hidup sangat kecil, bahkan nihil! Dia dikepung oleh begitu banyak ahli bela diri dan akhirnya melompat dari tebing. Sehebat apa pun Raja Kirin, dia tetap sulit bertahan di situasi seperti itu.""Sebelum melihat jasad ayahku, aku nggak akan percaya kalau dia sudah mati," gumam Yoga.Setibanya di Gunung Nazabra, mereka pun tercengang. Tempat ini sangat kacau, dipenuhi jejak kaki serta bekas ban, bahkan terdapat bek

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1233

    "Hahaha! Bimo, akhirnya kamu mengalami ini juga!""Sekarang, gimana kamu bisa bertarung? Bersiaplah untuk mati!""Nggak peduli apa yang kamu lakukan, hari ini kamu nggak akan bisa kabur. Kematian sudah pasti menjadi akhirmu!"Suara-suara penuh keyakinan itu terdengar jelas di telinga Yoga. Dia agak mengernyit dan menatap dingin ke arah mereka.Yoga agak memiringkan kepala, lalu mengejek sambil menyeringai, "Kalian ini benar-benar terlalu berisik. Sepertinya kalian juga mau jadi boneka ya?"Sekejap kemudian, suasana berubah drastis. Semua orang terdiam, tak ada yang berani bicara lagi. Mereka tahu betul bahwa mereka tidak ingin mati.Sebab begitu mati, mereka akan dikendalikan oleh formasi ini. Mereka akan menjadi makhluk mengerikan yang tak bisa mati dan dihancurkan, kecuali semua makhluk hidup di dalam formasi ini sudah kehilangan nyawa.Yoga mengalihkan targetnya. Dia langsung menuju ke arah orang-orang yang tersisa sambil berujar, "Ya sudah. Kalau begitu seperti yang kalian inginkan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1232

    Di dalam formasi, sepuluh tetua dan tiga jenderal berdiri dengan kewaspadaan penuh. Mereka menatap tajam ke arah Yoga.Tatapan mereka yang dingin tertuju pada Yoga. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak. Mereka yakin bahwa pertempuran berikutnya akan berlangsung sesuai dengan rencana.Melihat itu, Yoga sedikit mengernyit. Dia bisa merasakan bahwa mereka sepertinya sedang menunggu sesuatu. Perasaan seperti itu sungguh membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Akhirnya, Yoga mulai menyadari sesuatu. Dia segera mengalihkan pandangannya ke satu arah. Di sana, dia melihat tubuh jenderal yang sebelumnya telah dia bunuh.Jenderal itu kini seperti boneka yang dikendalikan oleh benang-benang merah. Tubuhnya mulai berubah menjadi makin besar dan berotot. Ini semua adalah hasil dari formasi, yang mengubah mayat itu menjadi lebih kuat dari sebelumnya.Yoga mendengus sebelum berujar, "Sepertinya, mereka mau menguji aku dulu."Yoga tahu betul bahwa orang-orang ini takut mati sehingga berh

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1231

    Kraaak!Tubuh jenderal itu seketika meledak di satu bagian. Separuh tubuhnya berlumuran darah dan terlihat begitu mengerikan. Luka parah di bagian luar tubuhnya bercampur dengan dampak serangan di dalam tubuh. Hal itu membuatnya berada di ambang kematian.Dengan ekspresi datar, Yoga perlahan menoleh dan menatap dingin ke arah yang lain. Dia berujar, "Selanjutnya, giliran kalian!"Kalimat itu penuh dengan aura dominasi, seakan-akan dalam sekejap mampu membekukan seluruh wilayah di sekitar. Kesepuluh tetua dan tiga jenderal yang tersisa terdiam sejenak, lalu raut wajah mereka berubah menjadi garang."Bimo, kamu pasti nggak tahu betapa menakutkannya Formasi Pembantai Dewa ini, 'kan?""Di dalam formasi ini, satu-satunya jalan bagimu adalah mati!""Hmph! Memangnya kenapa kalau kamu bunuh dia? Setelah bunuh kami semua, terus apa?"Dalam sekejap, mereka semua menunjukkan sikap yang sombong dan melontarkan ejekan terhadap Yoga.Di sisi lain, Yoga mengernyit karena bingung. Apa mereka sudah gil

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1230

    Kedua orang itu merasa bahwa jurus yang baru saja mereka lihat sangat mirip dengan gaya Yoga. Hanya saja setelah berpikir dengan saksama, mereka yakin bahwa itu tidak mungkin.Sutrisno dan Winola lebih percaya bahwa jurus itu diajarkan oleh Bimo kepada Yoga. Sebab, mana mungkin Yoga memiliki kemampuan sehebat itu?Winola bertanya dengan serius, "Tapi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Sudah begitu banyak orang yang mati!"Sutrisno membalas, "Banyak orang mati, bukannya itu malah bagus? Kalau para Pelindung Kebenaran mati, Tuan Bimo yang diuntungkan. Kalau orang-orang dari empat keluarga besar ikut mati, itu malah menguntungkan kita."Winola hanya terdiam mendengar ucapan itu. Dia menatap Sutrisno dengan pandangan penuh arti sambil mengernyit. Momen itu membuatnya seketika merasa bahwa Sutrisno adalah seorang pengkhianat. Bagaimanapun, orang-orang yang mati berasal dari keluarga mereka sendiri.Melihat ekspresi Winola, Sutrisno coba meyakinkannya dengan berucap, "Kamu lupa dengan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1229

    Pada saat yang bersamaan, seluruh langit berubah menjadi merah dan benang-benang yang memerah juga terus melayang.Saat ini, semua orang merasa sangat terkejut dan tatapan mereka penuh dengan ketakutan. Orang-orang dari empat keluarga besar yang tersisa dan para Pelindung Kebenaran yang masih hidup pun tercengang dengan pemandangan itu."Astaga. Apa yang mereka inginkan? Jangan-jangan ingin membunuh kami?""Kami adalah Pelindung Kebenaran, kita ini satu kelompok. Apa mereka benar-benar ingin membunuh tanpa pandang bulu?""Sialan! Padahal hanya perlu membunuh Bimo saja, kenapa harus membunuh kami juga? Organisasi Pelindung Kebenaran benar-benar akan hancur."Banyak Pelindung Kebenaran yang berteriak dengan marah dan emosi mereka makin meledak karena merasa menderita. Mereka semua tahu mereka akan segera mati.Orang-orang dari empat keluarga besar pun sudah benar-benar putus asa dan terus berlari ke segala arah.Namun, benang-benang merah itu langsung menyerang satu per satu orang di san

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1228

    "Hancur!" teriak Yoga dan tiba-tiba melayangkan satu pukulan. Pukulan itu langsung memelesat maju, seolah-olah seluruh dunia terbuka hanya dengan satu pukulan.Boom!Benang-benang yang tidak terhitung jumlahnya langsung mencekung karena pukulan Yoga dan makin membesar. Hanya dalam sekejap, benang-benang itu langsung hancur berkeping-keping di tanah.Sepuluh tetua dan empat jenderal besar itu pun semuanya memuntahkan darah. Ekspresi mereka terlihat sangat terkejut serta ketakutan dan menatap Yoga dengan bengong."Ini ... kekuatan Bimo sebenarnya berada di tingkat apa? Kenapa aku merasa dia punya kekuatan seorang kultivator raja?""Nggak mungkin. Bagaimana mungkin ada kultivator raja di dunia bela diri kuno?""Benar-benar nggak masuk akal. Kalau dia benar-benar sudah menjadi kultivator raja, dia pasti akan terkena serangan balik dari hukum alam."Semua orang kebingungan dan mata mereka membelalak. Kekuatan tertinggi di dunia bela diri kuno adalah kultivator jenderal, ini sudah diakui sem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1227

    Tak lama kemudian, semua orang segera bergerak kembali dan mengendalikan formasinya. Kali ini, benang-benangnya bergerak dengan makin kuat dan rapat, sehingga para Pelindung Kebenaran dan orang-orang empat keluarga besar yang terbelah menjadi dua bertambah makin banyak. Mereka semua menjadi korban mengenaskan dengan tubuh berserakan dan darah mengalir di mana-mana.Bahkan para penyintas dari kejadian itu pun merinding karena ketakutan. Mereka segera melarikan diri ke segala arah karena takut menjadi korban dari formasi ini.Tak lama kemudian, medan pertempuran menjadi kosong dan hanya tersisa sepuluh tetua serta lima jenderal besar yang mengepung Yoga. Benang-benang itu juga masih terus bergerak dan terus menghantam ke arahnya.Sebuah benang yang sangat tipis melayang karena tertiup angin dan langsung menyerang ke arah kening Yoga. Namun, dia tetap tenang dan hanya bergeser sedikit ke samping.Plak!Terdengar suara keras dan sebuah jurang yang dalam pun terbentuk di samping Yoga. Ini a

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1226

    Dalam sekejap, seluruh tempat itu berubah menjadi seperti neraka dengan bau amis darah dan kekejaman di mana-mana. Terlihat sangat mengerikan saat satu per satu tubuh terpotong oleh benang hitam itu. Makin banyak benang yang bergerak dengan tidak teratur dan memotong ke segala arah, tidak ada seorang pun bisa menghindar. Meskipun dewa yang datang, mereka juga akan tewas.Di salah satu deretan bangunan, Winola dan Sutrisno sedang berdiri di depan jendela dan melihat pemandangan itu dengan ketakutan. Ekspresi mereka terlihat sangat muram dan wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang menyangka semuanya akan menjadi begitu mengerikan.Winola tiba-tiba berkata, "Aku akhirnya mengerti kenapa Tuan Bimo menyuruh kita datang ke sini."Sutrisno menambahkan, "Ternyata dia ingin melindungi kita. Kalau kita berada di medan perang, kita pasti sudah mati."Winola kembali berkata, "Harus diakui, Tuan Bimo memang bijak. Bukan hanya memperhatikan kita, dia juga ingin melindungi kita."Sutrisno menghela na

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1225

    Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status