Yoga tidak memberi tahu Raja Naga tentang orang yang menyamar menjadi dirinya. Bagaimanapun, siapa yang akan menolak seorang petarung top sebagai murid?Yoga berkata, "Raja Naga, ibu kandungku dikurung di Penjara Jahanam. Sebulan lagi, aku mau menerobos ke sana untuk menyelamatkannya. Apa kamu bersedia memimpinku ke Penjara Jahanam?"Raja Naga menarik napas panjang, lalu menyahut, "Menerobos Penjara Jahanam, ya? Ini sedikit rumit."Jantung Yoga berdegup kencang saat dia bertanya, "Kenapa? Apa dengan menggabungkan kekuatan kita sekalipun, Penjara Jahanam tetap sulit ditembus?"Raja Naga mengangguk, lalu menjelaskan, "Ada banyak sekali petarung yang menjaga Penjara Jahanam. Hampir mustahil untuk menerobos ke sana, apalagi membawa tawanan keluar.""Mereka seharusnya adalah orang-orang Aula Digdaya dan Empat Keluarga Besar Kultivator Kuno, 'kan? Saat ini aku sudah mengumpulkan pasukan besar. Ditambah kekuatanmu dan aku, seharusnya kita berpeluang mengalahkan mereka," ujar Yoga.Raja Naga m
Meskipun mereka berada di ruangan yang berbeda, Yoga bisa mendengar gumaman Ayu dengan jelas. Sudahlah, berhubung ibunya tidak mau bicara, dia tidak akan memaksa sekarang. Nanti, Yoga bisa pelan-pelan bertanya padanya lagi.Saat ini, ponsel Yoga menerima panggilan dari sebuah nomor asing. Dia menekan tombol jawab dan bertanya, "Siapa, ya?""Aku perawat dari Rumah Sakit Wellnes. Apa kamu mengenal Wina Suteja?" ujar orang di seberang telepon. Wina Suteja adalah nama lengkap Wina.Yoga menjawab, "Ya, aku kenal. Kenapa, ya?""Biaya pengobatan Bu Wina masih belum dibayar. Apa kamu bisa melunasi tagihan dalam waktu setengah jam supaya perawatan medis pasien bisa segera dilakukan?" tutur perawat itu.Jantung Yoga sontak berdegup kencang. Dia bertanya lagi, "Ada masalah apa dengan Nenek Wina? Kenapa dia bisa di rumah sakit?"Perawat itu menjelaskan, "Dada pasien ditusuk benda tajam, tapi dia sudah melewati masa kritis. Keluarga yang membawanya ke sini nggak bisa dihubungi, jadi kami hanya bisa
Desi menjelaskan, "Sejujurnya aku ini pembantunya. Aku baru kerja selama seminggu. Kalau dia mati, aku bisa mendapat gaji sebulan cuma-cuma. Enam jutaan, lho! Kalau dia hidup, aku harus terus melayaninya. Sial sekali, 'kan?""Iya, sial sekali," sahut Endang.Desi berkata lagi, "Kamu tahu siapa yang melukainya? Aku yakin kamu nggak akan bisa menebaknya.""Oh? Siapa?" tanya Endang. Hasrat bergosipnya seketika bangkit."Putra dan menantunya!" ujar Desi."Mana mungkin! Kamu pasti bohong," sergah Endang kaget.Desi memperingatkannya, "Kecilkan suaramu, jangan sampai ada yang dengar. Aku mana mungkin berani bohong soal masalah seperti ini. Aku lihat kejadiannya dengan mataku sendiri, kok! Tadinya aku kira dia sudah mati, tak kusangka nyawanya panjang juga. Tahu begini, seharusnya aku menusuknya sekali lagi."Setelah terdiam beberapa saat, Desi berbisik lagi, "Endang, aku mau minta bantuanmu."Endang bertanya, "Bantuan apa?""Waktu kamu bersih-bersih di ICU nanti, tolong bantu aku cabut selan
"Apa yang kamu lakukan!" seru Desi dengan berang.Duk! Yoga menendang Desi dan berujar, "Aku lagi menghajar orang bejat!"Desi merasakan tubuhnya remuk redam. Rasa sakit itu begitu menyiksa hingga membuatnya sesak napas. Butuh beberapa saat baginya untuk sadar.Desi lantas berjongkok di lantai dan berteriak keras-keras, "Tolong! Tolong aku! Ada yang melakukan kekerasan di siang bolong. Dia mau memukuli aku sampai mati! Huhuhu .... Tolong aku!"Keributan yang dibuat Desi langsung menarik perhatian banyak orang. Ratapan memilukan Desi membangkitkan rasa iba semua orang. Mereka pun mulai menyerang Yoga secara verbal."Pria ini kejam sekali, dia memukuli wanita.""Iya. Dilihat dari luka berat korban, dia setidaknya akan dihukum penjara 10 tahun!""Telepon polisi! Cepat telepon polisi! Pria itu sudah bosan hidup. Bisa-bisanya dia berbuat seperti ini di rumah sakit."Beberapa orang di sana segera mengeluarkan ponsel untuk menelepon polisi.Desi puas sekali melihat begitu banyak orang yang me
Agus kebingungan karena ditampar. Dia memegang wajahnya sambil bertanya, "Paman Darmo, kenapa kamu menamparku? Kenapa kamu juga bilang bahwa aku membela Bibi Desi?"Darmo menatapnya dengan tajam, lalu memproyeksikan rekaman kamera CCTV ke layar besar. Layar besar mulai memutar percakapan antara Desi dan Endang.Begitu melihat rekaman, kerumunan langsung heboh. Wanita tua yang tampaknya tak berbahaya ini, bisa-bisanya ingin membunuh seseorang hanya demi gaji sebulan. Ini bukan kali pertama Desi melakukan hal itu. Sebelumnya, dia setidaknya telah membunuh puluhan orang. Dia melakukannya hanya demi mendapatkan tambahan gaji sebulan. Bagaimana bisa ada manusia sejahat itu di dunia ini? Desi benar-benar aib bagi umat manusia.Orang-orang di sekitar mengalihkan perhatian mereka dan mulai mengecam Desi.Sementara itu, Agus amat terpukul sekarang. Dia membeku di tempatnya. Ibunya sangat mungkin mati keracunan karena Desi. Namun, Agus baru saja membelanya. Dia memang pantas dituduh telah memih
Berkat nutrisi dari pil tingkat tinggi, kini Bruno bukan hanya memiliki kekuatan pertempuran yang kuat. Anjing itu juga meningkatkan satu naluri alaminya secara tak terbatas, yaitu indra penciuman yang luar biasa peka. Bahkan, Bruno bisa mencium bau dari jarak ratusan kilometer.Kebetulan sekali, belakangan ini Jeje selalu berurusan dengan Pasukan Hewan. Jadi, Bruno mengingat bau wanita itu. Yoga memerintahkan Bruno untuk melacak bau tersebut. Tidak disangka Bruno akhirnya membawa Yoga ke daerah pegunungan selatan Kota Pawana.Sebelumnya, Yoga telah mengetahui dari Raja Naga bahwa Penjara Jahanam berada di daerah pegunungan selatan Kota Pawana. Sementara itu, Aula Digdaya dan Empat Keluarga Besar Kultivator Kuno juga berada di sana.Jangan-jangan, Arya bekerja sama dengan mereka? Apakah dia akan membawa Jeje ke Penjara Jahanam? Kalau Jeje benar-benar ditahan di Penjara Jahanam, situasinya akan gawat.Yoga dan Bruno berusaha keras mengejarnya. Tidak lama setelah memasuki pegunungan, mer
"Haha!" Arya tertawa terbahak-bahak sebelum berucap, "Yoga, jangan kira aku nggak tahu. Terakhir kali, kamu hampir mati karena formasi sihir Zahira di Kota Pawana. Kalau bukan karena Jeje yang muncul tepat waktu, sekarang kamu sudah menghilang dari muka bumi.""Semua orang yang kubawa ini adalah murid elite Sekte Torkas. Teknik sihir mereka jauh melampaui sampah dari Keluarga Tanaka di Kota Pawana. Karena kekuatan sihir Jeje sudah hilang, dia sama sekali nggak bisa membantumu. Dengan cara apa kamu akan melawanku?" tanya Arya.Yoga menjawab, "Sudah kubilang, hanya kami yang akan melawanmu."Mendengar ini, Arya pun melambaikan tangan seraya berucap, "Dasar nggak tahu diri! Bunuh mereka!"Puluhan murid Sekte Torkas segera mengelilingi Yoga. Mereka mulai mengucapkan mantra dan menggunakan gerakan tangan.Pikiran Yoga sontak terpengaruh oleh sihir. Dia mulai bingung dan mengalami halusinasi. Dia bergegas mengucapkan "Mantra Iblis Hati" untuk menstabilkan pikirannya. Sayangnya, mantra itu ti
Berhubung Yoga sudah memutuskan untuk membunuhnya, Arya terpaksa menunjukkan kartu trufnya. Dia mengeluarkan sebuah token emas dari lengan bajunya, lalu berseru, "Yoga, Raja Naga mungkin nggak bisa menakutimu. Tapi, aku yakin ini bisa."Yoga memandang token emas itu dengan ragu-ragu. Pria itu bertanya, "Itu token bebas kematian?"Arya berucap dengan sombong, "Ya. Ini adalah token bebas kematian yang dikeluarkan sendiri oleh Pak Karno. Melihat token ini sudah seperti melihat Pak Karno. Yoga, kamu harus segera berlutut!"Sayangnya, Yoga malah membantah sambil tersenyum, "Bagi orang lain ini mungkin token bebas kematian, tapi bagiku itu cuma logam rongsokan. Sekalipun kamu punya 10 token bebas kematian, aku tetap akan membunuhmu.""Kamu ...." Arya memarahi saking kesalnya, "Yoga, tindakanmu ini sama saja dengan melawan Daruna. Ini adalah bentuk pengkhianatan!"Yoga merespons, "Demi membalaskan dendam Jeje, apa salahnya kalaupun aku harus melawan seluruh dunia?"Jeje tampak menjilat bibirn