Nicky memekik kesakitan, lalu mengumpat kasar, "Bajingan, mati kamu! Aku akan membunuhmu!""Hei, kalian! Masuklah!" seru Nicky lagi.Sekelompok besar orang bergegas masuk ke ruangan. Mereka adalah para prajurit yang menangkap Nadya sebelumnya. Mulan juga berada di antara orang-orang itu. Saat melihat situasi di sana, lututnya seketika terasa lemas. Yoga menghancurkan kaki Nicky!Yoga bakal tamat, lalu mereka juga akan memikul akibatnya. Pria itu lagi-lagi membuat masalah besar! Dia benar-benar pembawa bencana yang hanya bisa membuat kekacauan!Nicky segera memerintah sekelompok prajurit itu, "Si berengsek ini mematahkan lututku. Tangkap dia, aku mau mematahkan setiap tulang di tubuhnya!""Baik!" sahut para prajurit itu dengan setia.Para prajurit itu bergegas maju dan menyerang Yoga sekuat tenaga. Namun, mereka sama sekali tidak berdaya di hadapan Yoga. Pada akhirnya, mereka semua ditundukkan dengan begitu mudah."Sialan! Beraninya kamu memukul prajurit aktif. Kamu akan dihukum seberat
Nicky kelewat gembira dan segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Anies.Nadya berujar dengan wajah cemas, "Yoga, lebih baik jangan biarkan dia menelepon. Kita pakai kesempatan ini buat kabur saja.""Tenang saja, Anies nggak akan berani datang," hibur Yoga.Mulan melempar tatapan tajam pada Yoga dan mencibir, "Nggak berani datang? Dari mana kamu dapatkan kepercayaan diri untuk berkata begitu? Mereka berani datang waktu menghadapi Arya. Kenapa mereka nggak berani datang kalau cuma kamu yang di sini?"Mulan menoleh pada Nadya dan meneruskan, "Apa kubilang? Yoga nggak bisa apa-apa selain mencelakai kita! Sekarang bukan cuma dia yang bakal tamat, kita berdua juga ikut terlibat."Saat ini, Anies akhirnya menjawab panggilan telepon. Demi membuat Yoga gentar, Nicky sengaja menyalakan pengeras suara. Dia berkata pada ayah angkatnya, "Ayah, tolong aku. Yoga berengsek itu mau membunuhku! Vini juga berkomplot dengannya. Mereka berdua mematahkan kedua kakiku. Bawa banyak orang ke sini, bajin
Yoga berkata, "Aku sudah pernah bilang, 'kan? Pabrik senjata itu milikku sekarang. Aku hanya tinggal kasih perintah buat mencopot posisi Nicky.""Pabrik senjata itu fondasinya Jenderal Anies. Gimana dia bisa menyerahkannya padamu? Kamu juga nggak pernah bilang kalau kamu kenal Jenderal Anies sebelumnya," ujar Nadya dengan nada ragu.Yoga menjelaskan, "Aku menyelamatkan nyawa Jenderal Anies dengan menyembuhkan penyakitnya. Dia memberikan pabrik senjata itu sebagai imbalannya.""Serius?" tanya Nadya, masih sedikit tidak percaya."Tentu saja. Kapan aku pernah berbohong padamu?" sahut Yoga.Nadya tidak tahu apakah dia harus memercayai kata-kata Yoga. Dia mengamatinya baik-baik, tetapi bagaimanapun dia tidak bisa menembus isi hati pria itu.Di dalam ruang privat kelab malam, Mulan terbengong melihat Nicky dipukuli hingga babak belur oleh para prajurit. Apa yang terjadi? Apa Yoga benar-benar menjadi penanggung jawab pabrik senjata dan berteman baik dengan Anies? Benarkah panggilan teleponnya
Yoga tidak dapat mengenali Mulan karena wanita itu duduk membelakanginya. Dia langsung berjalan ke sana, lalu menyapa, "Halo."Mulan sontak merasa pening. Dia terpaksa menoleh ke arah Yoga sembari bertanya, "Yoga, kenapa kamu ada di sini?"Yoga menjawab, "Ini perusahaanku, memangnya aku nggak boleh datang?"Apakah wanita ini sedang bercanda?Sayangnya, Mulan malah mengolok-olok, "Jangan kira aku nggak tahu bahwa Perusahaan Farmasi Hansa adalah milik Pak Kusuma. Apa kamu pantas menganggap tempat ini sebagai perusahaanmu?"Yoga mengangkat bahunya. Dia mengalihkan topik dengan bertanya, "Baiklah. Kalau gitu, apa yang kamu lakukan di sini?"Mulan menjawab, "Tentu saja untuk mencari Pak Kusuma.""Untuk apa kamu mencarinya?" tanya Yoga.Mulan membalas, "Yoga, aku sudah tahu sejak awal. Sebenarnya orang yang dua kali menyelamatkan kita di klub ibu kota adalah Pak Kusuma dari Perusahaan Farmasi Hansa. Kamu cuma berpura-pura jadi dia, 'kan?"Sambil mengamati reaksi Yoga, Mulan ingin memastikan
"Oke," balas Wina. Ketika melihat pelanggan datang, senyuman sontak terukir di wajahnya. Wina segera menghidangkan dua porsi bubur goreng.Jeje menyapa, "Nenek Wina, lama nggak jumpa."Wina baru menyadari bahwa orang yang datang adalah Jeje. Dia berucap sambil tersenyum, "Ternyata kamu. Nak, kamu sudah menemukan keluargamu?"Jeje segera menjawab, "Nek, biar kuperkenalkan, ini adalah kakakku."Wina merespons seraya tersenyum, "Baguslah kalau kamu sudah menemukan keluargamu. Beberapa hari ini, aku sangat khawatir."Yoga menimpali, "Nenek Wina, terima kasih sudah merawat adikku selama ini.""Nggak masalah, itu cuma hal kecil. Omong-omong, gimana rasa bubur gorengnya? Apakah sesuai dengan selera kalian?" tanya Wina.Jeje mengangkat mangkuk dan mencicipinya. Dia memuji dengan ekspresi sangat puas, "Ini dia rasanya, aku sudah ngidam banget."Yoga juga mencicipinya. Rasanya mungkin tidak autentik, tetapi bahan-bahannya sangat segar. Pria itu memuji, "Nenek Wina jago masak."Senyuman Wina menj
Leona mengamati Yoga dari atas ke bawah. Kemudian, dia mengejek, "Datang berterima kasih, tapi nggak bawa apa-apa? Tua Bangka Sialan, kalau mau tolong orang setidaknya cari yang kaya. Kamu ini malah tolongin orang miskin. Mereka jelas bukan datang untuk berterima kasih. Mereka pasti mau makan dan minum gratis lagi."Yoga menimpali dengan nada dingin, "Kami mau kasih hadiah uang, tapi uang ini nggak ada hubungannya denganmu.""Cuih!" Leona memaki, "Kamu mau kasih hadiah uang? Sekalipun kalian berdua dijual, nggak mungkin bisa laku dengan harga tinggi. Tinggalkan barang berharga kalian dan pergi dari sini. Jangan sampai aku melihat kalian berdua lagi." Usai berkata demikian, Leona menarik Wina dengan kasar. Dia lanjut memarahi, "Tua Bangka, cepat bangun dan pergi jualan."Wina tersandung oleh tarikan itu dan jatuh di atas tumpahan bubur goreng."Minggir!" seru Yoga yang emosi. Dia langsung mendorong Leona. Alhasil, wanita itu mundur beberapa langkah dan jatuh terduduk. Amarahnya pun maki
Anies memerintahkan, "Periksa semua sudut!" Setelah itu, bawahannya segera menyerbu masuk ke dalam rumah. Mereka membongkar setiap sudut untuk mencari sesuatu.Leona dan Valdi amat ketakutan. Salah satu dari mereka bertanya dengan suara gemetar, "Pak Anies, boleh kami tahu apa yang kalian cari?"Anies menjawab, "Kami lagi mencari seseorang. Aku tanya pada kalian, apa ada orang mencurigakan muncul di rumah kalian dalam beberapa hari ini?""Orang mencurigakan?" Pasangan suami istri itu saling memandang, lalu menunjuk Yoga dan Jeje. Valdi segera berucap, "Pak Anies, apakah mereka orang yang kamu cari? Mereka sangat mencurigakan.""Benar. Mereka sangat nggak tahu malu. Sudah tinggal dan makan di rumah kami, tapi nggak tahu terima kasih. Mereka bahkan memukul kami. Pak Anies, cepat tangkap mereka."Saat itulah, Anies baru menyadari keberadaan Yoga. Ekspresinya langsung berubah. Dia segera menghampiri Yoga. Wina sangat ketakutan sehingga buru-buru menjelaskan, "Pak Anies, jangan dengarkan o
Yoga menjelaskan, "Kami memang datang untuk balas budi pada Nenek Wina, tapi beda cerita kalau ke kalian. Anies, mereka berdua durhaka dan nggak bermoral. Mereka bahkan memukul ibu kandung sendiri. Kedua orang ini lebih hina dari binatang. Cepat tangkap mereka dan hukum seberat-beratnya."Anies juga emosi mendengarnya. Dia bertanya, "Apa? Mereka bahkan berani memukul ibu sendiri? Benar-benar berengsek. Di dalam militer kami, orang seperti ini biasanya langsung ditembak mati. Cepat tangkap mereka!""Baik!" Pengawal pribadi Anies segera maju dan menangkap kedua orang itu.Leona dan Valdi sontak ketakutan hingga lemas. Apalagi Leona yang bahkan pipis di celana. Kalau sampai tertangkap, mana mungkin mereka akan berakhir dengan baik? Kalaupun tidak mati, mereka juga pasti akan disiksa. Saat ini, mereka bergegas berlutut untuk memohon ampun.Leona berucap, "Pak Yoga, Jeje, kami benaran sudah tahu kesalahan kami. Tolong beri kami kesempatan sekali lagi. Ke depannya, kami pasti akan berbakti p