Yoga tidak dapat mengenali Mulan karena wanita itu duduk membelakanginya. Dia langsung berjalan ke sana, lalu menyapa, "Halo."Mulan sontak merasa pening. Dia terpaksa menoleh ke arah Yoga sembari bertanya, "Yoga, kenapa kamu ada di sini?"Yoga menjawab, "Ini perusahaanku, memangnya aku nggak boleh datang?"Apakah wanita ini sedang bercanda?Sayangnya, Mulan malah mengolok-olok, "Jangan kira aku nggak tahu bahwa Perusahaan Farmasi Hansa adalah milik Pak Kusuma. Apa kamu pantas menganggap tempat ini sebagai perusahaanmu?"Yoga mengangkat bahunya. Dia mengalihkan topik dengan bertanya, "Baiklah. Kalau gitu, apa yang kamu lakukan di sini?"Mulan menjawab, "Tentu saja untuk mencari Pak Kusuma.""Untuk apa kamu mencarinya?" tanya Yoga.Mulan membalas, "Yoga, aku sudah tahu sejak awal. Sebenarnya orang yang dua kali menyelamatkan kita di klub ibu kota adalah Pak Kusuma dari Perusahaan Farmasi Hansa. Kamu cuma berpura-pura jadi dia, 'kan?"Sambil mengamati reaksi Yoga, Mulan ingin memastikan
"Oke," balas Wina. Ketika melihat pelanggan datang, senyuman sontak terukir di wajahnya. Wina segera menghidangkan dua porsi bubur goreng.Jeje menyapa, "Nenek Wina, lama nggak jumpa."Wina baru menyadari bahwa orang yang datang adalah Jeje. Dia berucap sambil tersenyum, "Ternyata kamu. Nak, kamu sudah menemukan keluargamu?"Jeje segera menjawab, "Nek, biar kuperkenalkan, ini adalah kakakku."Wina merespons seraya tersenyum, "Baguslah kalau kamu sudah menemukan keluargamu. Beberapa hari ini, aku sangat khawatir."Yoga menimpali, "Nenek Wina, terima kasih sudah merawat adikku selama ini.""Nggak masalah, itu cuma hal kecil. Omong-omong, gimana rasa bubur gorengnya? Apakah sesuai dengan selera kalian?" tanya Wina.Jeje mengangkat mangkuk dan mencicipinya. Dia memuji dengan ekspresi sangat puas, "Ini dia rasanya, aku sudah ngidam banget."Yoga juga mencicipinya. Rasanya mungkin tidak autentik, tetapi bahan-bahannya sangat segar. Pria itu memuji, "Nenek Wina jago masak."Senyuman Wina menj
Leona mengamati Yoga dari atas ke bawah. Kemudian, dia mengejek, "Datang berterima kasih, tapi nggak bawa apa-apa? Tua Bangka Sialan, kalau mau tolong orang setidaknya cari yang kaya. Kamu ini malah tolongin orang miskin. Mereka jelas bukan datang untuk berterima kasih. Mereka pasti mau makan dan minum gratis lagi."Yoga menimpali dengan nada dingin, "Kami mau kasih hadiah uang, tapi uang ini nggak ada hubungannya denganmu.""Cuih!" Leona memaki, "Kamu mau kasih hadiah uang? Sekalipun kalian berdua dijual, nggak mungkin bisa laku dengan harga tinggi. Tinggalkan barang berharga kalian dan pergi dari sini. Jangan sampai aku melihat kalian berdua lagi." Usai berkata demikian, Leona menarik Wina dengan kasar. Dia lanjut memarahi, "Tua Bangka, cepat bangun dan pergi jualan."Wina tersandung oleh tarikan itu dan jatuh di atas tumpahan bubur goreng."Minggir!" seru Yoga yang emosi. Dia langsung mendorong Leona. Alhasil, wanita itu mundur beberapa langkah dan jatuh terduduk. Amarahnya pun maki
Anies memerintahkan, "Periksa semua sudut!" Setelah itu, bawahannya segera menyerbu masuk ke dalam rumah. Mereka membongkar setiap sudut untuk mencari sesuatu.Leona dan Valdi amat ketakutan. Salah satu dari mereka bertanya dengan suara gemetar, "Pak Anies, boleh kami tahu apa yang kalian cari?"Anies menjawab, "Kami lagi mencari seseorang. Aku tanya pada kalian, apa ada orang mencurigakan muncul di rumah kalian dalam beberapa hari ini?""Orang mencurigakan?" Pasangan suami istri itu saling memandang, lalu menunjuk Yoga dan Jeje. Valdi segera berucap, "Pak Anies, apakah mereka orang yang kamu cari? Mereka sangat mencurigakan.""Benar. Mereka sangat nggak tahu malu. Sudah tinggal dan makan di rumah kami, tapi nggak tahu terima kasih. Mereka bahkan memukul kami. Pak Anies, cepat tangkap mereka."Saat itulah, Anies baru menyadari keberadaan Yoga. Ekspresinya langsung berubah. Dia segera menghampiri Yoga. Wina sangat ketakutan sehingga buru-buru menjelaskan, "Pak Anies, jangan dengarkan o
Yoga menjelaskan, "Kami memang datang untuk balas budi pada Nenek Wina, tapi beda cerita kalau ke kalian. Anies, mereka berdua durhaka dan nggak bermoral. Mereka bahkan memukul ibu kandung sendiri. Kedua orang ini lebih hina dari binatang. Cepat tangkap mereka dan hukum seberat-beratnya."Anies juga emosi mendengarnya. Dia bertanya, "Apa? Mereka bahkan berani memukul ibu sendiri? Benar-benar berengsek. Di dalam militer kami, orang seperti ini biasanya langsung ditembak mati. Cepat tangkap mereka!""Baik!" Pengawal pribadi Anies segera maju dan menangkap kedua orang itu.Leona dan Valdi sontak ketakutan hingga lemas. Apalagi Leona yang bahkan pipis di celana. Kalau sampai tertangkap, mana mungkin mereka akan berakhir dengan baik? Kalaupun tidak mati, mereka juga pasti akan disiksa. Saat ini, mereka bergegas berlutut untuk memohon ampun.Leona berucap, "Pak Yoga, Jeje, kami benaran sudah tahu kesalahan kami. Tolong beri kami kesempatan sekali lagi. Ke depannya, kami pasti akan berbakti p
Yoga berkata, "Tenang saja. Sekarang Raja Naga sangat aman, tapi mentalnya sedikit terganggu. Sebaiknya kalian jangan cari dia dulu. Takutnya dia emosi. Aku akan mengobatinya secara perlahan. Nanti kalian baru cari dia setelah kesehatannya pulih."Setelah beberapa saat, Anies baru menenangkan dirinya. Kemudian, dia berlutut kepada Yoga sembari berucap, "Pak Kusuma, tolong sembuhkan Raja Naga. Kelak nyawa semua anggota Aula Naga ada di tanganmu. Kamu bisa menghabisi kami kapan saja."Yoga mengangguk seraya menimpali, "Jangan khawatir. Aku bisa sembuhkan penyakit Raja Naga. Hanya saja, aku butuh waktu.""Terima kasih," sahut Anies.Setelah masalahnya beres, Yoga kembali ke pondok nadi obat. Pengemis tua masih fokus mengamati papan catur. Kondisinya sudah membaik sesudah dirawat oleh nadi obat. Namun, kesehatan mentalnya belum sepenuhnya pulih.Begitu melihat Yoga, pengemis tua tersenyum lebar dan berujar, "Kamu sudah datang. Cepat duduk. Aku sudah temukan cara untuk memecahkan kebuntuan
Yoga mengembuskan napas lega karena bisa mempertahankan pondok nadi obat. Setelah bertarung beberapa saat, buah catur mereka hanya tersisa sedikit. Akhirnya, Yoga melancarkan strategi yang mematikan lagi. Kali ini, kemungkinan Raja Naga untuk menang sangat kecil.Raja Naga berujar seraya mengernyit, "Nak, besok kamu baru datang lagi di waktu seperti ini. Kalau besok aku nggak bisa memecahkan kebuntuan ini, aku akan mengaku kalah."Yoga menyahut, "Oke."....Di vila Kompleks Rivera. Wina tidak terbiasa tinggal di vila semewah ini. Meskipun Jeje sudah menyiapkan pembantu, Wina tetap merindukan keluarganya. Jadi, dia menelepon Valdi dan menyuruhnya untuk pindah ke vila ini.Valdi dan Leona sangat antusias. Mereka memang ingin tinggal di vila mewah. Keduanya membeli suplemen yang banyak, lalu pergi ke vila. Alhasil, sebuah mobil mewah mencegat mereka di tengah perjalanan. Pemilik mobil mewah ini adalah Arya.Valdi memang tidak kenal dengan Arya. Namun, orang yang bisa mengendarai mobil mew
"Oke, Bu!" seru Valdi dengan mesra. Dia segera menghampiri Wina dan berucap, "Bu, biar kami bantu kamu bungkus pangsit.""Oke," sahut Wina dengan gembira. Mereka bertiga membungkus pangsit sambil mengobrol dengan asyik. Suasananya dengan harmonis, seperti keluarga biasa. Ini adalah momen paling membahagiakan bagi Wina.Tiba-tiba, Leona menunjuk ke belakang Wina dan bertanya, "Bu, siapa dia?"Wina langsung berbalik, tetapi tidak ada seorang pun. Dia bergumam, "Nggak ada orang ...."Wina berbalik lagi. Tidak disangka, Leona menusuk dada Wina dengan gunting. Ekspresi Leona tampak galak. Wina sama sekali tidak sempat merespons. Dia menjerit dan darah mengalir dari dadanya.Untung saja, pakaian Wina agak tebal. Ditambah lagi, gunting juga tidak terlalu tajam sehingga tusukannya tidak terlalu dalam. Wina berusaha memberontak. Dia berteriak seraya memegang gunting, "Apa yang kamu lakukan?"Leona menimpali, "Bu, ada orang yang mau bayar 600 miliar untuk membeli nyawamu. Ternyata nyawamu begitu