Ambar juga menimpali, "Sekarang Gatot dan Zahira sudah memutuskan untuk bersama selamanya. Jadi, mulai sekarang dia adalah bagian dari Keluarga Atmaja. Nggak ada yang boleh menyakitinya lagi."Yoga sungguh kehabisan kata-kata dengan keluarga aneh ini. Dia hanya bisa menoleh ke arah Karina, lalu bertanya, "Karina, gimana menurutmu?"Karina juga terkena Racun Ilusi. Dia memang merasa iba pada Zahira, tetapi dia memilih untuk memercayai Yoga. Karina menjawab, "Yoga, aku percaya padamu. Gatot, serahkan Zahira pada Yoga. Aku yakin dia nggak akan menuduh orang baik dan juga nggak akan melepaskan orang jahat begitu saja."Gatot memelototi Karina dengan kesal seraya berucap, "Kak, dia itu calon adik iparmu. Bagaimana bisa kamu tega menyerahkannya pada Yoga?"Kepercayaan Karina membuat Yoga sedikit lega. Dia berjalan perlahan menuju Zahira, lalu berujar, "Serahkan Zahira padaku. Kalau nggak, kalian semua akan dalam bahaya."Zahira gemetar ketakutan dan meringkuk dalam pelukan Gatot. Wanita itu
Zahira memandangnya dengan ekspresi menghina, lalu bertanya, "Bisa-bisanya kamu percaya dengan omong kosong itu? Otakmu pasti sudah rusak. Tapi untungnya kalian begitu, jadi berhasil mengusir Yoga dan menyelamatkan nyawaku.""Hah?" Menyadari bahwa mereka tertipu lagi, Gatot, Ambar, dan Karina langsung merasa hancur.Terutama Ambar yang langsung menampar dirinya sendiri. Dia benar-benar sangat bodoh. Kenapa dia terus tertipu oleh omong kosong wanita ini? Kenapa dia tidak bersedia memercayai Yoga sekali saja? Dialah yang telah mencelakai Keluarga Atmaja. Hidupnya selama ini sudah sia-sia.Ambar tiba-tiba bangkit dengan kesal dan coba mencakar wajah Zahira. Dia memaki, "Dasar jalang. Hari ini, aku akan melawanmu."Bagi orang biasa, Zahira adalah petarung yang sangat tangguh. Hanya dengan satu tendangannya, Ambar sudah terpental dan hampir kehilangan nyawa."Tua Bangka, tadi kamu bilang nggak ada yang boleh menyakitiku. Sekarang, kamu malah ingin melawanku? Haha," ucap Zahira. Kata-kata it
Ucapan Ambar membuat Ayu dan Lili kebingungan. Kalau ini terjadi sebelumnya, mereka pasti akan setuju untuk membiarkan Yoga rujuk dengan Karina.Namun sekarang, Yoga sudah sangat dekat dengan Nadya. Bahkan, mereka telah memutuskan untuk menikah. Apabila Yoga memilih untuk meninggalkan Nadya dan menikahi Karina lagi, itu akan sangat tidak adil bagi Nadya. Selain itu, Ayu dan Lili juga sangat menyukai Nadya. Mereka tidak rela melihatnya sedih.Melihat ekspresi keduanya, Ambar langsung kesal. Dia bertanya, "Kenapa ekspresi kalian begini? Kalian nggak setuju mereka rujuk? Sekarang, Karina lebih kaya daripada Yoga. Dia sudah menurunkan harga diri loh. Jangan nggak tahu diri."Ayu segera menjelaskan, "Kak Ambar, kamu salah paham. Aku nggak bermaksud seperti itu. Aku cuma merasa, sekarang Yoga sudah dewasa. Pernikahan dia sebaiknya diputuskan sendiri olehnya."Ambar bertanya, "Oke. Kalau gitu, di mana Yoga? Kenapa nggak terlihat?""Aku akan menelepon Yoga sekarang dan suruh dia segera pulang,
Raka menambahkan, "Pak Yoga, kamu tenang saja. Kami bahkan bersedia mengorbankan nyawa untuk melindungimu."Yoga berucap sambil tersenyum sinis, "Orang yang seharusnya kamu lindungi adalah Raja Naga."Raka tersenyum kecut, tetapi tidak memberikan tanggapan yang jelas. Dia tidak percaya bahwa Yoga bisa mengalahkan Raja Naga. Orang itu adalah dewa perang yang tak terkalahkan.Pada saat itu, ponsel Yoga berdering. Itu adalah telepon dari ibunya, Ayu.Yoga menjawab, "Ibu, ada apa?"Ayu menjelaskan, "Yoga, Kak Ambar dan Gatot datang ke rumah kita. Di mana kamu sekarang? Bisakah kamu pulang?"Yoga bertanya seraya mengernyit, "Hm? Kenapa mereka ke rumah kita?""Mereka mencarimu karena ada sesuatu. Kalau nggak terlalu sibuk, pulanglah sekarang," ucap Ayu.Yoga pun membalas, "Oke, aku akan segera pulang."Setelah menutup telepon, Yoga segera kembali ke rumah. Begitu dia tiba, Ambar dan Ayu sedang mengobrol dengan gembira. Hanya saja, masih ada kesan sombong dan superioritas yang tidak disengaj
Baru saja meninggalkan rumah Yoga, Gatot langsung menelepon Zahira, "Zahira, kami sudah meracuni Yoga sesuai dengan instruksimu. Sekarang kamu sudah bisa lepaskan kakakku, 'kan?"Gatot menaburkan racun bubuknya di atas tisu, lalu melumurkannya ke gelas anggur Yoga saat membantu menyeka gelas tersebut. Zahira menjawab, "Semoga saja kamu nggak membohongiku. Kalau nggak, bukan hanya Karina saja, semua keluargamu akan kubantai."Setelah itu, Zahira kembali menelepon Yoga, "Yoga, kalau kamu nggak mau Karina mati, segera datang ke kediaman Keluarga Tanaka."Hati Yoga tersentak sejenak. Zahira sialan itu bukannya bertobat setelah diberi kesempatan. Sekarang malah menangkap Karina pula. Kalau orang yang ditangkap adalah Gatot atau Ambar, Yoga pasti tidak akan peduli. Siapa suruh mereka tidak percaya pada dirinya? Memang pantas kalau mereka ditangkap.Namun, Karina sangat percaya pada Yoga. Yoga tidak boleh tinggal diam. Akhirnya, dia bertanya, "Mana Karina? Aku mau bicara dengannya."Zahira me
Zahira menjawab, "Kamu akan tahu sebentar lagi. Pelayan, keluarkan altar."Di belakangnya, langsung ada petugas yang membawakan sebuah tungku perunggu. Di dalam tungku perunggu itu terlihat ada beberapa tulang berwarna putih yang tampak seperti tulang manusia."Matikan lampu!" perintah Zahira lagi.Begitu lampu dimatikan, ruang tamu itu langsung menjadi gelap gulita. Zahira melambaikan tangannya sekilas. Tiba-tiba, muncul api berwarna biru dari tulang-tulang di dalam tungku perunggu tersebut yang terlihat seperti bara api dari roh halus.Suasananya menjadi sangat aneh dan dingin.Zahira berkata, "Persilakan keluarga Yoga untuk keluar."Dari belakangnya, kembali muncul sesosok bayangan hitam. Gerakan bayangan itu sangat kaku dan perlahan-lahan mengelilingi Yoga. Setelah dilihat dengan saksama, Yoga langsung terperangah. "Bayangan hitam" itu semuanya adalah mayat yang sudah kering, semuanya adalah anggota keluarganya. Ayahnya, kakek, nenek, paman ketiga, bibi ketiga, adik sepupu ....Sem
Para "anggota keluarga" Yoga menangis dengan semakin histeris untuk menghasut Yoga mengikuti jejak mereka. Hanya dalam sekejap, suara rintihan itu telah menutupi suara "Mantra Iblis Hati". Yoga kembali kehilangan kesadaran, hatinya tertutupi oleh emosi negatif dan merasa sangat menderita.Pada saat yang genting ini, terdengar suara lonceng yang jernih dan suara tawa seorang wanita dari luar ruang tamu.Zahira mengerutkan alisnya melihat ke luar. Terlihat seorang gadis berusia sekitar 16 tahun yang sedang melangkah dengan gambir ke dalam ruang tamu. Rambut gadis itu dikuncir dan wajahnya terlihat sangat imut. Sepasang matanya sangat cerah dan tebersit kilatan berwarna biru muda.Dia mengenakan kemeja putih kecil di bagian atas dan rok pendek setinggi lutut di bagian bawah. Penampilannya seperti seorang murid. Dia berkaki telanjang, tetapi kakinya tidak kotor sama sekali dan malah terlihat sangat putih mulus.Di leher, pergelangan tangan, dan kakinya tergantung serangkaian lonceng perak.
Sambil berbicara, Jeje mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata Yoga. Yoga merasa agak malu, sehingga dia juga menyeka air matanya sendiri. "Nggak apa-apa, tadi aku melihat hal yang nggak seharusnya kulihat."Jeje bertanya, "Oh ya? Benda apa yang nggak seharusnya dilihat? Kakak senior lainnya sedang mandi, ganti baju, atau masalah privasi kakak senior lainnya?"Yoga kehabisan kata-kata. Dia menjentikkan jarinya ke dahi Jeje. "Dasar, apa saja yang dipikirkan otakmu ini!"Jeje langsung kesal hingga berlinang air mata, "Sakit tahu! Pelan sedikit dong!""Hahaha!" Yoga tertawa terbahak-bahak. Adik juniornya ini masih saja sama seperti dulu, dia masih takut sakit dan mudah menangis.Yoga berkata, "Dik, bukannya kamu diculik pengkhianat Pulau Neraka, Arnos, lalu dikurung di Aula Digdaya? Kamu melarikan diri?"Jeje menjawab, "Orang itu mau menculikku? Mimpi! Sudah lama aku ingin menyelinap keluar untuk main-main, tapi Guru nggak izinkan aku. Jadi, aku pura-pura diculik Arnos dan kabur. Men