Baru keluar dari penjara, Naga Air langsung melakukan hal kotor seperti ini. Kelihatannya dia belum benar-benar bertobat.Anggota Geng Azamat segera mengelilingi tempat kejadian. Begitu melihat Naga Air datang, pria itu menjadi lebih percaya diri. Dia berlari ke arah Naga Air, lalu menyapa, "Bos, kamu sudah datang."Naga Air memandang sekilas pria itu. Kemudian, dia bertanya, "Kenapa kamu babak belur? Apa yang terjadi?"Pria itu menjawab, "Bos, kami lagi nyetir seperti biasa. Tiba-tiba, mereka belok kiri dan menabrak kami. Tapi mereka bukan cuma nggak mau ganti rugi, bahkan memukuli kami. Benar-benar nggak tahu aturan."Naga Air tidak langsung memercayai cerita satu sisi dari bawahannya. Begitu melihat pecahan porselen di jalan, dia segera memahami situasinya dan menjadi murka.Naga Air tanpa ragu menampar bawahannya, lalu memaki, "Sialan! Kamu mau memeras orang lain dengan pecahan porselen lagi? Aku sudah berkali-kali mengancam bakal mengusirmu kalau diulangi lagi. Kamu ini benaran ma
Seandainya tahu bahwa Yoga mengenal Naga Air, dia tidak akan berani menantangnya.Bilal perlahan mendekat dengan gemetar. Segera setelah itu, Naga Air tanpa ragu menamparnya lagi. Dia memarahi, "Cepat berlutut dan minta maaf pada Pak Yoga."Bilal merasa sangat terhina, tetapi dia tidak berani menolak. Dia langsung berlutut seraya berujar, "Pak Yoga, semua ini salahku. Aku nggak seharusnya mengusikmu, maafkan aku. Tolong jangan perhitungan denganku. Aku mohon, ampunilah aku."Yoga merespons dengan dingin, "Naga Air, bawa dia ke Penjara Lawas untuk bertobat. Setelah benar-benar bertobat, kamu baru boleh membebaskan dia."Naga Air berucap sambil mengangguk, "Oke, aku mengerti."Namun, Bilal malah kebingungan. Dia pernah mendengar tentang "Penjara Lawas". Tempat tersebut dihuni oleh iblis yang sangat kejam. Ketika dipenjara, bosnya saja hanya bisa menjadi yang terlemah di sana. Itu artinya, dia mungkin akan kehilangan nyawa bahkan sebelum dipenjara.Bilal sangat ketakutan. Dia segera memoh
Naga Air memandang Bilal dengan kesal. Dia membulatkan tekad sebelum berucap, "Bilal, aku nggak pantas lagi disebut pria kalau nggak bunuh kamu hari ini."Namun Bilal mengangkat pistol ke arahnya, lalu mengancam, "Kalau berani maju lagi, aku bakal tembak kepalamu." Pada saat yang sama, dia juga mengancam anggota Geng Azama.Bilal berujar, "Jangan ada yang gerak. Kalau kalian berani gerak, jangan salahkan aku yang nggak berbelaskasihan."Situasi menjadi tegang seketika.Karina ketakutan hingga wajahnya memucat. Dia berbicara dengan suara rendah, "Yoga, ayo kita pergi. Situasinya sudah jadi pertarungan hidup mati antara geng. Nggak ada yang bisa kita lakukan di sini."Namun, Yoga malah menjawab dengan tenang, "Jangan khawatir. Karina, nggak akan ada masalah selama ada aku. Pertarungan besar seperti ini jarang terjadi. Sayang kalau kita nggak nonton."Karina kehabisan kata-kata. Situasinya sudah menjadi seperti ini, tetapi Yoga bisa-bisanya masih ingin menonton. Pria ini sungguh tak kenal
"Cepat buang semua anggota Geng Azamat ke sungai!" perintah Agra.Ekspresi Naga Air tampak dipenuhi keputusasaan. Dia menatap Yoga untuk memohon, "Pak Yoga, tolong bantu aku. Asalkan kamu menolong mereka, aku akan menuruti semua perintahmu mulai sekarang."Agra melirik Yoga sambil berujar, "Oh, ternyata masih ada yang ketinggalan. Cepat tangkap dia! Dia juga harus dilempar ke sungai."Bilal yang bertubuh kekar dan bertato berkata, "Serahkan saja kepadaku."Agra mengangguk dan berpesan, "Akhiri semua ini secepat mungkin.""Oke!" Bilal menghampiri Yoga, lalu mengarahkan pistol ke kepalanya dan mengejek, "Hehe. Siapa suruh kamu sombong? Ayo, perlihatkan kemampuanmu kepadaku. Kenapa memangnya kalau kamu mengenal Naga Air? Di depan Balai Perwira, kamu cuma pecundang.""Mulutmu benar-benar busuk!" Seusai melontarkan itu, Yoga bertindak. Dia meraih tangan Bilal dan menekannya sedikit.Krek, krek, krek! Tulang lengan Bilal sontak hancur berkeping-keping. Pistol pun terjatuh ke lantai. "Argh!"
Jumlah pendatang ini jauh lebih banyak dari Geng Azamat ataupun Balai Perwira. Selain itu, para tentara ini terlatih dan senjata mereka canggih. Jika dibandingkan, Geng Azamat dan Balai Perwira tidak ada apa-apanya di hadapan mereka.Kerumunan segera menyadari para pendatang ini. Suasana seketika menjadi makin gempar."Itu Pasukan Imperial!""Yang memimpin adalah jenderal bintang lima, Emran!""Astaga, apa ini bala bantuan yang dipanggil pemuda itu? Koneksinya mengerikan sekali!""Sejujurnya, dia nggak perlu memanggil Pasukan Imperial kemari. Ini seperti membunuh nyamuk dengan bom!"Ketika melihat Pasukan Imperial makin dekat, Agra dan anggota Balai Perwira pun ketakutan. Yang penakut bahkan pipis di celana. Mereka tidak menduga akan tewas dibunuh oleh Pasukan Imperial. Bagaimanapun, mereka tidak pantas.Agra menatap Bilal lekat-lekat sambil membentak, "Berengsek! Siapa sebenarnya orang yang kamu usik ini? Balai Perwira binasa gara-gara kamu!"Bilal ketakutan hingga sekujur tubuhnya ge
Karena situasi yang kritis, teriakan Gatot menjadi makin lantang. Hanya dengan cara ini, dia bisa menarik perhatian bos Perusahaan Farmasi Hansa. Dia menegur, "Aku memang mencari bos kalian! Dia kakak iparku! Nyawa kakakku dalam bahaya! Cepat kabari dia untuk membantu kami!"Apa? Bos mereka adalah keluarga orang-orang ini? Meskipun tidak percaya, mereka tetap harus berhati-hati. Hanya saja, resepsionis tidak berani mengambil risiko sehingga berkata dengan sopan, "Maaf, tapi bos kami lagi nggak ada di perusahaan.""Lagi-lagi pergi? Dia ke mana?" tanya Gatot segera."Gimana kalau aku membantu kalian meneleponnya?" usul resepsionis itu. Dia ingin memastikan, apakah orang-orang ini memang keluarga bosnya atau bukan.Gatot menyetujuinya. "Oke, cepat telepon dia. Masalah ini nggak boleh ditunda lagi."Resepsionis itu segera menghubungi Yoga. "Pak, ada dua orang yang mengaku sebagai keluargamu. Mereka datang ke perusahaan untuk mencarimu. Katanya, ada masalah besar dan butuh bantuan.""Keluar
Harus diakui bahwa trik ini sangat berguna. Jantung Gatot berdebar-debar. Kalau bisa meniduri wanita secantik ini, dia rela melakukan apa pun, sekalipun harus menyerahkan separuh nyawanya.Gatot segera mengiakan. "Serahkan saja kepadaku. Aku sangat dekat dengan bosmu. Dia pasti akan menuruti permintaanku.""Syukurlah! Kalau begitu, apa aku boleh meminta nomor teleponmu?" tanya Ashila.Gatot menyahut dengan senang hati, "Tentu saja. Berapa nomormu?"Gatot menyimpan kontak Ashila. Sementara itu, Ashila bisa melihat nama Yoga di daftar panggilan Gatot. Setelah menyebutkan namanya, dia bertanya dengan hati-hati, "Pak, apa aku boleh meminta nomor Pak Kusuma?"Gatot seketika merasa canggung. Dia membalas, "Eh ... aku nggak punya nomor teleponnya."Ashila menunjuk nama Yoga sambil bertanya lagi, "Ini nomor telepon Pak Kusuma, 'kan?""Oh, kamu sudah salah paham. Marganya saja yang sama. Orang ini dari keluarga besar yang sudah bangkrut. Dia menumpang di rumahku selama 5 tahun. Dia nggak pantas
"Serius? Yoga, bukan kamu yang memanggil Pasukan Imperial untuk datang?" tanya Karina seraya menatap Yoga dengan heran.Ketika Emran datang, pria itu sama sekali tidak berbicara dengan Yoga. Ini sempat membuat Karina agak curiga. Dia tentu tidak tahu bahwa Emran melakukan semua ini untuk menghindari kecurigaan.Yoga menyahut, "Sudahlah, kalian juga nggak bakal percaya. Biar waktu yang membuktikan semua. Karina, aku antar kamu ke rumah sakit dulu."Karina tidak familier dengan tempat ini, jadi seharusnya tidak tahu rumah sakit ada di mana. Yoga memutuskan untuk mengantarnya sendiri.Karina pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Dia mengiakan. "Baiklah.""Karina, kamu benar-benar nggak melihat Pak Kusuma?" tanya Ambar lagi."Untuk apa aku menipu kalian?" balas Karina sambil menggeleng.Ambar menatap Yoga dengan galak dan membatin, 'Huh! Ini pasti karena Yoga bersama Karina, jadi Pak Kusuma bersembunyi. Kalau nggak, suasana akan menjadi canggung nanti. Yoga ini memang penghalang terbesa