Wenny membuka matanya lebar-lebar dan jantungnya berdebar makin kencang. Orang yang berjalan keluar dari tengah kekacauan itu seharusnya adalah pemilik Vila Kintamani No. 1. Apa dia sudah mengalahkan Rigel?Namun, mata Wenny membola seperti hendak keluar dari rongganya ketika dia melihat sosok itu. Orang itu ternyata Yoga! Mengapa dia bisa berada di arena tempur?Wenny teringat akan beberapa kesempatan saat dia bertemu Yoga di sekitar vila. Sebuah tebakan yang mengerikan perlahan terbit di benaknya. Jangan-jangan Yoga adalah pemilik Vila Kintamani No. 1? Gagasan ini seketika membuat Wenny merasa frustrasi.Tanpa memedulikan bahaya di sana, Wenny segera menghampiri Yoga dan bertanya padanya, "Yoga, kenapa kamu bisa di sini?""Kenapa aku nggak boleh di sini?" tanya Yoga balik.Wenny membalas, "Setahuku, Rigel kemari untuk balas dendam pada pemilik Vila Kintamani No. 1. Kamu ... apa kamu pemilik Vila Kintamani No. 1?"Yoga menyahut, "Kalau aku jawab iya, apa kamu bakal percaya?"Wenny men
Saat melihat Pil Tujuh Indra terakhir yang dikeluarkan Yoga dari sakunya, mata Ridho dan Reynald sontak bersinar cerah.Hanya saja, Yoga malah memberikan Pil Tujuh Indra itu pada Lucy sambil berkata, "Lucy, ini buatmu."Lucy berujar dengan ekspresi bahagia, "Kak Yoga, aku akan menyimpannya sebagai pusaka seumur hidupku."Sepeninggal Yoga, Ridho buru-buru menghampiri Lucy dan berkata, "Lucy, Pil Tujuh Indra ini terlalu berharga, biar aku yang simpankan untukmu."Alhasil, Lucy memelototi Ridho dan membalasnya, "Maaf, kurasa kita nggak cocok, pernikahan ini kita batalkan saja. Kamu bisa pergi dengan cincin berlianmu!""Hah?" Ridho sontak tertegun.Reynald segera menegur dengan nada sedikit mengancam, "Pak Yanto, pernikahan bukan sesuatu yang bisa dijadikan permainan. Bagaimana bisa dibatalkan begitu saja? Ini adalah pernikahan yang diatur secara pribadi oleh Pak Lidun. Kamu nggak takut membuat Pak Lidun marah?"Lidun adalah sosok yang mendukung Yanto selama ini. Namun, Yanto sama sekali t
Dahulu, Hagi mungkin hanya akan menganggap Yoga sedang membual. Namun, Yoga sudah membuktikan bahwa dia sanggup memberikan stok tak terbatas pil tingkat enam. Jika begitu, dia pasti juga bisa menyediakan pil tingkat tujuh.Hagi berujar penuh haru, "Bocah, terima kasih, ya."Hagi tidak pernah menyangka bisa melihat Sekte Hagisana bangkit kembali. Kini, Sekte Hagisana bahkan berkesempatan untuk menyatukan dunia seni bela diri Daruna. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam mimpi terliarnya sekalipun."Oh iya, Yoga, kamu masih ingat dengan anjing kampung yang kamu beri Pil Peremajaan? Kali ini, dia menghabisi tiga petarung tingkat elite master!" ujar Hagi lagi.Yoga yang sedikit kaget pun berkata, "Nggak kusangka, Pil Peremajaan juga berpengaruh pada binatang. Terus berikan pil tingkat tinggi pada anjing itu, aku mau lihat dia berkembang sejauh apa."Hagi menyahut, "Aku juga berpikiran begitu. Yoga, aku berniat membuat pasukan binatang, bagaimana menurutmu?"Yoga memba
Dewa Digdaya puas dengan inisiatif putranya. Azhar kuat dan cerdas, dia pasti sanggup menyelesaikan misi ini.Dewa Digdaya berujar sambil tersenyum, "Azhar, kamu memang nggak pernah mengecewakanku. Baiklah, misi ini kuserahkan padamu. Ingatlah untuk menjaga keselamatan."Azhar menyahut, "Tunggulah kabar baik dariku, Ayah. Aku nggak akan mengecewakan Ayah." Usai berkata begitu, Azhar segera berangkat menjalankan tugas.Setelah Azhar pergi, seorang pelayan mendekat dengan tergopoh-gopoh dan melapor, "Dewa Digdaya, ada seorang ahli bela diri di luar yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?" tanya Dewa Digdaya.Pelayan itu menjawab, "Dia berkata kalau namanya Arnos dari Pulau Neraka."Arnos! Dewa Digdaya segera berkata dengan mata berbinar, "Cepat persilakan dia masuk!"....Yoga kembali ke pondok nadi obat dan lanjut memurnikan pil tingkat delapan. Berkat nadi obat, semua berjalan dengan lancar. Yoga juga menggunakan Pil Peremajaan dan Pil Tujuh Indra sebagai semacam penyubur. Bahan obat tin
Yoga mendorong Ambar ke tepi dan berjalan menuju UGD dengan langkah-langkah lebarnya.Seorang perawat yang berjaga di depan pintu UGD segera menghentikan Yoga dan berkata, "Berhenti! UGD bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang orang."Yoga berkata padanya, "Minggir, aku harus masuk untuk menyelamatkan Karina.""Nggak bisa! Ruangan di dalam berada dalam keadaan steril. Kamu bisa membunuh pasien kalau masuk ke dalam," ujar perawat tadi sambil memblokir pintu UGD.Yoga menarik perawat itu menjauh tanpa basa-basi. Tahu bahwa dirinya tidak mampu menghentikan Yoga, perawat itu akhirnya mengalah dan berkata, "Berhenti, tahan dulu sebentar! Kalau kamu memang ingin masuk, ganti ke pakaian sterilku dulu. Kalau nggak, aku nggak bisa membiarkanmu masuk."Setelah menenangkan diri sejenak, Yoga melepas mantelnya. Dia memakai pakaian steril perawat tadi, lalu segera masuk ke UGD.Perawat itu mengulum senyum licik yang tidak kentara. Usai mendapatkan mantel Yoga, dia buru-buru berjalan ke luar rumah
Gupta merasa separuh jiwanya seolah melayang saat terhempas.Yoga berkata kepada Helen, "Cepat suntikkan adrenalin ke pasien.""Baik," jawab Helen segera menyuntikkan adrenalin ke tubuh Karina. Sementara itu, Yoga juga melakukan akupunktur untuk menyelamatkan nyawa Karina. Setelah usaha yang dilakukan oleh mereka berdua, Karina akhirnya melewati masa kritis. Saat ini, kondisinya mulai stabil.Helen menyeka keringat di dahinya sembari berucap, "Akhirnya dia tertolong. Terima kasih, ya."Yoga membalas, "Aku yang seharusnya berterima kasih padamu."Saking merasa kesal, Gupta berseru dengan raut wajah muram, "Kamu sudah menerobos ke UGD tanpa izin dan memukuli dokter bedah! Aku akan memenjarakanmu!"Yoga membalas dengan dingin, "Memangnya kamu pantas menjadi dokter? Kamu membahayakan nyawa orang lain untuk mendapatkan kekayaan. Kejahatanmu sangat besar. Kamu yang seharusnya mendekam di penjara!"Selesai melontarkan perkataannya, Yoga hendak menghubungi Danesh untuk memintanya menyelidiki t
Gupta membatin, 'Sial! Sebenarnya seberapa besar kekuasaan Yoga sampai bisa mendatangkan Kemiliteran Provinsi dan Badan Keamanan Nasional?'Gupta akhirnya ketakutan. Dia menangis sembari memohon, "Aku sudah tahu kesalahanku. Pak Yoga, aku mohon berikan aku kesempatan untuk berubah ...."Yoga tidak menggubrisnya, melainkan berbicara kepada pasukan penegakan hukum, "Hukum dia dengan tegas. Kalau berani meringankan hukumannya, kalian juga akan dihukum.""Baik!" sahut pasukan penegakan hukum.Sekujur tubuh Gupta gemetaran. Bau urine menyeruak memenuhi ruangan. Gawat. Kali ini, nyawanya mungkin tidak akan terselamatkan. Akhirnya Gupta dibawa pergi.Direktur rumah sakit itu berkata kepada Helen, "Helen, aku barusan mendapatkan pemberitahuan dari Lembaga Medis Provinsi Sadali. Saat ini, posisi direktur di sana sedang kosong. Mereka ingin kamu memegang jabatannya. Terimalah jabatan itu."Helen sontak tercengang saat mendengar ini. Dia tidak menyangka hanya dengan bertelepon, Yoga bisa mempromo
"Sudah, tapi cara ini membutuhkan bahan obat tingkat delapan," timpal Hagi."Aku sudah menyiapkan bahan obat tingkat delapan. Kemarilah," ucap Yoga.Di ujung telepon, Hagi merasa sangat lega. Beberapa waktu yang lalu, bahan obat tingkat enam adalah benda legendaris yang sulit didapatkan. Namun sekarang, Yoga malah bisa membuat bahan obat tingkat delapan. Benar-benar luar biasa.Setelah melihat Yoga mengakhiri panggilan, Ambar bertanya, "Yoga, kamu mau menyembuhkan kanker Karina?"Yoga mengangguk.Jujur saja, Ambar tidak yakin bahwa Yoga bisa menyembuhkan kanker. Akan tetapi, dia tidak punya pilihan lain selain membiarkan Yoga mencobanya.Ambar berucap, "Yoga, kalau kamu bisa menyembuhkan kanker paru-paru Karina, aku akan mengizinkan kalian menikah lagi tanpa meminta mahar darimu. Tapi, kamu jangan coba-coba menginginkan aset keluargaku. Kalian tetap harus membuat perjanjian pranikah."Yoga tidak menggubris ucapan Ambar, melainkan berbalik masuk ke ruang operasi. Dia mengingatkan, "Jang