Yoga menjawab, "Memang sudah saatnya menepati janji taruhan kita. Tapi, aku yang menang. Jadi seharusnya, semua anggota Sekte Tawang yang bunuh diri untuk menebus kesalahan.""Omong kosong!" Eko memakinya, "Mana obat penawarmu? Coba tunjukkan pada kami."Yoga menjawab, "Obat penawarku sedang diuji coba di laboratoriummu."Eko menjawab, "Ekstrak Akar Nertera itu nggak ada efeknya, untuk apa lagi diuji coba! Sepertinya kamu mau ingkar janji ya?"Wenny juga ikut mencelanya dengan lantang, "Yoga, apa kamu masih ingat apa yang kukatakan padamu sebelumnya? Aku mau kamu merobek perjanjian nikah itu dan berlutut minta maaf pada guruku. Mungkin aku bisa bantu menyuruh guruku untuk memaafkanmu."Yoga memutar bola matanya pada Wenny. "Buat onar saja.""Kamu ...." Wenny kesal hingga wajahnya memucat.Eko membalas, "Huh! Ternyata kamu memang mau ingkar janji. Kalau begitu, jangan salahkan aku pakai cara paksaan.""Semuanya, ambil alih nadi obat dan bahan obat tingkat delapan ...."Pada saat ini, po
Dengan suara gemetaran, Dirga berujar, "Teruskan laporanmu."Petugas itu melanjutkan, "Sampai saat ini, korban yang meninggal akibat efek samping Okreotida mencapai puluhan ribu orang. Angka ini jauh melebihi angka kematian akibat virus. Selain itu, virusnya sekarang sudah bermutasi, sehingga Okreotida tidak efektif lagi melawan virus tersebut ...."Dirga memandang Eko dengan tatapan tajam, "Pak Eko, kamu nggak berencana mau memberi penjelasan?"Pikiran Eko langsung menjadi kacau. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menjelaskan, "Aku sudah melakukan uji klinis dan tidak terlihat ada efek samping apa pun. Selain itu, kalian yang memberi izin edar obat ini ke pasaran ...."Dirga dan beberapa orang lainnya langsung terdiam. Memang benar, mereka juga tidak bisa melemparkan kesalahan untuk kejadian kali ini. Pada saat ini, terdengar suara keributan dari luar.Dirga bertanya, "Ada apa di luar sana?"Salah seorang petugas langsung melaporkan, "Keluarga korban telah mengerumuni lembaga medis d
Yoga buru-buru mengalihkan topik, "Selain itu, jangan umumkan ke publik bahwa aku yang menemukan obat penawar ini. Aku suka ketenangan, jadi nggak suka diganggu orang."Jika publik mengetahui bahwa obat penawar ini ditemukan oleh Yoga, rumahnya pasti akan dikerubungi wartawan."Nggak masalah," sahut semua orang.Pada akhirnya, tatapan Yoga jatuh pada Eko. "Pak Eko, aku memenangkan taruhan ini. Semoga kamu bisa menepati janjimu. Sebelum besok malam, aku harap semua anggota Sekte Tawang bunuh diri massal untuk menebus kesalahan. Kalau nggak, jangan salahkan aku yang akan mencabut nyawa kalian sendiri."Saat ini pikiran Eko seketika menjadi kosong. Dia sama sekali tidak mendengar ucapan Yoga. Sampai saat ini, dia masih belum bisa menerima kenyataan yang kejam ini. Setelah pulang, Yoga langsung menelepon Foniks Biru, "Foniks Biru, pulang dan bantu aku menangani lisensi agen Ekstrak Akar Nertera."Di ujung telepon, Foniks Biru tertegun mendengar ucapannya. "Sungguh sebuah kehormatan bagiku
"Tidak masalah," jawab Foniks Biru sambil menerima resep itu dengan hormat.Yoga melanjutkan, "Antarkan pesanan kepada Perusahaan Farmasi Sehat Abadi, Avanti, dan Magani. Selain itu, kelak juga nggak boleh berhenti memasok barang untuk pesanan mereka."Foniks Biru menjawab, "Baik." Setelah itu, Foniks Biru melaporkan berbagai data terkait Ekstrak Akar Nertera. Setelah Yoga memberikan beberapa instruksi singkat, dia bersiap untuk pergi."Raja Agoy, tunggu dulu. Aku punya sebuah permintaan yang mungkin agak lancang. Apakah Anda punya waktu luang malam ini? Aku ingin mentraktir Anda makan malam," ujar Foniks Biru.Entah seberapa besar keberanian yang dibutuhkan Foniks Biru untuk mengajukan permintaan itu. Yoga awalnya ingin menolak, tapi saat melihat sorot mata Foniks Biru yang penuh penantian, dia terpaksa berkata, "Lain kali saja, malam ini aku sudah ada janji."Wajah Foniks Biru langsung memerah karena kegirangan. "Terima kasih atas izin Raja Agoy."Setelah mengantarkan kepergian Yoga,
"Nggak kusangka ternyata idolaku itu Kak Vania! Aku senang sekali."Vania tersenyum saat berkata, "Wenny, aku sudah lihat berkasmu. Kariermu sekarang juga lumayan ...."Ada banyak hal yang dibicarakan saat kedua kenalan lama bertemu kembali. Setelah mengobrol sejenak, Vania bertanya, "Wenny, kali ini kamu datang demi Ekstrak Akar Nertera, 'kan?"Wenny menjawab dengan hati-hati, "Kak Vania, apa aku berhak mengambil pesanan untuk obat itu?""Tentu saja!" jawab Vania. "Sekarang aku memang butuh mitra kerja sama. Dengan kemampuan perusahaanmu, tentu saja kamu berhak mengambil pesanan ini.""Syukurlah!" Wenny langsung memeluk Vania. "Kak Vania, kamu benar-benar sudah menolongku."Di saat Vania hendak pergi mengambil kontrak, Wenny tiba-tiba bertanya, "Kak Vania, tadi Yoga datang untuk meminta pesanan padamu juga, 'kan?"Vania bertanya dengan kaget, "Wenny, kamu kenal dengannya?"Wenny menjawab, "Tentu saja kenal.""Haeh, Kak Vania. Kuberi tahu Kakak saja, dia itu tunangan yang diatur oleh K
Yoga tidak peduli lagi terhadap Wenny. Terserah dia mau berdiri di sana sampai kapan. Dengan bantuan dari Raja Kegelapan, Yoga langsung menaiki pesawat pribadi Raja Agoy menuju Swich. Sementara itu di Negara Swich, semua rakyatnya bergembira saat mendengar bahwa Raja Agoy hendak berkunjung.Saat Raja Agoy tiba di Negara Daruna, dunia bisnis Negara Daruna yang telah lama terbengkalai bisa dibangkitkan kembali. Kini Raja Agoy hendak mengunjungi Swich, negara mereka juga tentunya akan mendapat banyak keuntungan.Di dalam pesawat pribadi, Yoga menerima banyak sekali undangan dari politikus ternama dan kaum bangsawan. Di antaranya juga ada direktur dari Bank Swich. Yoga hanya menyetujui undangan dari Bank Swich, lalu menolak undangan yang lainnya.Pemerintah Swich memberikan sambutan yang formal kepada Yoga. Namun, baru saja pesawat pribadi Yoga mendarat, Yoga langsung pergi seorang diri. Kali ini dia datang untuk mengambil barang peninggalan ibunya, jadi sebaiknya dia bersikap rendah hati.
Kegaduhan itu terjadi dalam waktu kurang dari 5 detik, kemudian semuanya menjadi hening. Saat pria Jepana itu menyalakan lampunya, pemandangan di depan matanya langsung membuatnya terperangah. Semua ninja-ninja itu telah tergeletak di lantai. Ada yang kepalanya dipenggal, ada juga yang tubuhnya terbelah. Tempat itu dipenuhi dengan genangan darah.Tidak ada satu pun ninja Jepana yang berhasil selamat. Pria Jepana itu melihat ke arah Yoga yang terdiam di tempatnya, bahkan tidak ada setetes pun darah di tubuhnya.Kuat sekali! Yoga benar-benar kuat. Pantas saja kakaknya bisa tewas terbunuh.Yoga menatap pria Jepana itu dan bertanya, "Hanya begitu?"Hanya dengan satu tatapan, pria Jepana itu langsung terkejut bukan main. Dia langsung berlari keluar dari rumah dan berteriak keras, "Ada pembunuh! Ada teroris yang melakukan pembunuhan di Bank Swich! Cepat lari, tinggalkan bank ini. Sekuriti, segera tutup pintunya, jangan sampai teroris ini kabur ...."Yoga hanya tersenyum tipis. Dia duduk di b
Hans benar-benar terkejut hingga jantungnya terasa hampir copot."Raja Agoy, semua ini salahku seorang. Kumohon jangan lampiaskan kemarahanmu pada negara ini. Aku rela mengorbankan nyawaku untuk menebus kesalahan." Sambil berbicara, Hans sudah memegang pistolnya dan mengarahkannya ke mulut untuk bersiap-siap mengakhiri hidupnya.Namun Yoga malah menghentikannya, "Sudahlah, akhir-akhir ini aku sudah terlalu banyak membunuh orang. Sebaiknya hindari pertumpahan darah yang nggak perlu."Hans menghela napas dengan lega. Tampaknya Raja Agoy telah mengampuninya. Yoga berjalan ke hadapan pria Jepana itu dan bertanya, "Siapa namamu?""Ma ... Matsui ...," jawabnya dengan suara gemetaran.Yoga berkata, "Begini saja, panggil saja semua temanmu ke sini, biar kuhabisi semuanya. Bagaimana?"Matsui tidak bodoh, tentu saja dia tahu tujuan Yoga yang sebenarnya. Negara Daruna dan Jepana memiliki dendam besar, Yoga sepertinya ingin mengumpulkan semua warga Jepana dan menghabisi mereka sekaligus.Matsui la