"Aku juga. Selama para kultivator prajurit Keluarga Salim sudah dihabisi, itu sudah cukup bagiku," ucap Sutrisno dengan ekspresi puas. Matanya berbinar sambil melirik Yoga.Sikap acuh tak acuh dari kedua orang itu membuat Yoga menahan kekesalannya. Sudut bibir pria itu sedikit berkedut. Kemudian, dia memperingatkan dengan nada dingin, "Kalau kalian terus memancingku, aku nggak akan ragu buat lempar kalian berdua keluar."Winola dan Sutrisno langsung terdiam. Mereka menoleh dan mengalihkan pandangan ke arah lain untuk menghindari tatapan tajam Yoga. Tentu saja mereka tahu, jika benar-benar dilempar keluar, mereka sudah pasti akan kehilangan nyawa.Apabila para kultivator prajurit Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma mengetahui bahwa ini semua adalah jebakan yang dirancang oleh Yoga untuk membuat mereka saling membunuh, mereka pasti akan kehilangan akal.Enam kultivator prajurit melawan mereka bertiga? Itu jelas bukan pertandingan seimbang. Di sisi lain, Yoga kembali menenangkan pikirannya
"Apa? Kalian sudah gila ya? Aku ini istrinya Rafi, menantu Keluarga Kusuma!" seru Luna dengan wajah penuh keterkejutan. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia belum pernah dipermalukan sampai seperti ini seumur hidupnya."Jangan bicara omong kosong. Kamu sudah ambil harta karun kami dan sekarang mau memanfaatkan hubungan keluarga?"Cepat keluarkan! Kalau nggak, tempat ini bakal jadi kuburanmu hari ini!""Jangan main trik sama kami. Ingat baik-baik. Selain kami, masih ada orang-orang Keluarga Husin di sini!"Ketiga kultivator prajurit Keluarga Kusuma berbicara satu per satu dengan nada dingin dan ekspresi yang menakutkan.Sikap mereka terhadap Luna sekarang seperti menghadapi musuh bebuyutan. Di hadapan keuntungan yang besar, tidak ada lagi kepercayaan atau hubungan keluarga. Apalagi Luna hanyalah seorang menantu, bukan keturunan asli Keluarga Kusuma."Cepatlah, jangan buang waktu lagi!" timpal Farel dengan suara dingin. Tatapannya tajam menusuk ke arah Luna. Dia m
"Ini ...." Ekspresi Yoga terlihat ragu dan mengernyitkan alis, lalu melihat ke arah yang lainnya. Sikapnya seolah-olah terlalu banyak yang ingin dikatakannya, tetapi tersangkut di tenggorokan. Ekspresi ini benar-benar pas sekali."Ayo katakan. Kenapa malah bengong?""Kalau kamu nggak segera bicara, kami akan langsung membunuhmu di sini.""Ada enam kultivator prajurit di sini, membunuhmu sangat mudah."Terdengar satu per satu teguran dari semua orang dengan ekspresi dingin dan menatap Yoga dengan penuh aura membunuh. Pada saat ini, Yoga menjadi sasaran semua orang."Ini ...." Ekspresi Yoga terlihat makin serius dan mengernyitkan alis, lalu melirik Farel dengan tak berdaya. Pada akhirnya, dia menggertakkan giginya dan terlihat sangat kebingungan."Apa yang sebenarnya kamu lakukan?" tanya semua orang yang tidak tahan lagi, seolah-olah ingin membunuh Yoga."Paman, kamu benar-benar ingin aku mengatakannya? Aku benar-benar nggak tahu harus mengatakan apa," kata Yoga dengan ekspresi muram."P
"Apa?" tanya Farel yang ekspresinya berubah drastis dan tatapannya terlihat terkejut. Apakah orang-orang ini sudah gila sampai benar-benar percaya pada Yoga?"Berengsek, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Cepat jelaskan semuanya!" teriak Farel pada Yoga dengan marah."Paman, apa kamu masih nggak percaya padaku? Apa aku harus mati untuk membuktikan ketulusanku?" kata Yoga sambil menghela napas dan ekspresi tidak berdaya."Nggak perlu berpura-pura di depanku. Semua ini pasti rencanamu, 'kan?" marah Farel."Terserah apa kata Paman saja," kata Yoga sambil mengangkat bahu dengan cuek dan ekspresi tenang. Kali ini ada begitu banyak orang yang bisa menjadi saksi dia tidak membunuh Farel, tetapi Farel memang dikepung dan dibunuh kultivator prajurit lainnya. Situasi ini benar-benar luar biasa."Farel, apa kamu mau menjelaskannya pada kami? Dia sebenarnya harta karun itu?" tanya salah seorang kultivator prajurit dengan nada dingin."Aku nggak tahu. Kalian semua sudah ditipu. Dasar sekelompok idio
Ekspresi Yoga menjadi kaku karena merasa terkejut. Jika bukan karena itu, Farel tidak mungkin akan sehebat ini sampai lawannya ketakutan seperti ini."Apa dia selalu menyembunyikan kekuatannya ini?" tanya Winola dengan terkejut."Sialan! Jangan sampai kalah atau kita yang pasti akan menjadi target selanjutnya," kata Sutrisno dengan khawatir.Tepat pada saat itu, aura Farel makin kuat. Dia berteriak dengan keras, lalu kekuatan dahsyat menyembur keluar dari tubuhnya. Hanya tinggal sedikit lagi, dia sudah mencapai kultivator jenderal.Kelima kultivator prajurit lainnya terkejut dan gemetar saat melihat pemandangan itu. Terutama dua kultivator prajurit dari Keluarga Husin yang ekspresinya langsung berubah."Apa ... yang terjadi padamu?""Ini sepertinya aura seorang kultivator jenderal. Apa yang kamu lakukan?"Kedua kultivator prajurit dari Keluarga Husin bertanya dengan terkejut."Huh! Apa yang aku lakukan ada hubungannya dengan kalian? Kalian berdua ini pengkhianat Keluarga Husin, bersiap
Saat melihat sisik hitam itu bereaksi, Yoga bertanya-tanya apakah benda di gunung itu benar-benar berhubungan dengan sisik hitam ini. Apakah ada sesuatu yang ditinggalkan dua senior ribuan tahu lalu yang terpicu sekarang? Namun, dia merasa hal itu tidak mungkin. Bagaimana mereka bisa memprediksi dia akan datang ke tempat ini?Saat menyadari sisik hitam di tangan Yoga, tubuh Winola langsung bergetar. Di benaknya, ingatan tentang kejadian yang penuh kegilaan di dalam ilusi saat itu kembali muncul. Perasaan dari kulit mereka yang bersentuhan dengan intim membuat wajah Winola langsung memerah. Apa yang sebenarnya sedang dipikirkan Yoga ini?Sutrisno segera bertanya dengan cemas, "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mau pergi atau nggak? Semua orang tua itu sudah pergi ke sana."Jika terlambat, Sutrisno khawatir mereka hanya bisa melihat harta itu diambil semuanya oleh orang-orang itu."Ayo pergi, tapi jangan sampai ketahuan," peringatan Yoga, lalu mereka pun menyusul orang-orang itu.Win
Tiba-tiba terdapat sebuah celah di penghalang gunung yang ada di depan ketiganya. Pemandangan ini membuat Sutrisno dan Winola tercengang dan ekspresi mereka terlihat terkejut."Apa ini? Kenapa ini bisa menghancurkan penghalangnya?" tanya Sutrisno dengan mata yang membelalak dan ekspresi bingung."Apa ... semua ini memang sudah direncanakan seseorang?" tanya Winola yang juga terkejut dengan pelan. Dia tidak menyangka bayangan ilusi yang pernah dilihatnya saat itu benar-benar menjadi kenyataan, sisik hitam ini akhirnya berhasil membuka jalan agar mereka bisa masuk ke sini."Apa benar-benar ada itu di dalam sini?" tanya Winola sambil menatap Yoga dengan mata yang bersinar."Aku nggak tahu. Tapi, kalau semua ini memang direncanakan seseorang, aku merasa ini terlalu berlebihan," kata Yoga dengan tenang."Kenapa?" tanya Winola dengan bingung."Kalau mereka benar-benar berharap aku bisa mendapatkan harta karun nadi naga, kenapa nggak langsung meletakkannya di sebuah gua di kaki gunung saja?"
Ekspresi Winola dan Sutrisno langsung menjadi muram karena ternyata mereka sudah ditipu. Apakah benda yang berada di dalam makam seperti ini juga bisa dipalsukan?"Ayo kita pergi. Kalau ini adalah sebuah istana bawah tanah, pasti ada sesuatu yang tersembunyi di sini. Kita cari di sekitar dulu," peringatan Yoga.Oleh karena itu, ketiganya melanjutkan perjalanan mereka sampai ke dalam sebuah aula besar. Jalan di dalam sini sangat rumit, tetapi sangat luas dan hanya terdengar suara gema langkah kaki mereka di mana-mana. Keheningan di tempat ini membuat mereka merasa cemas. Mereka tidak bisa menemukan apa pun, hanya jalan tak berujung dengan dinding batu hijau di kedua sisi.Pada saat yang bersamaan, Farel dan kultivator prajurit lainnya sudah tiba dan juga masuk melalui lubang yang sama. Saat melihat mutiara bercahaya yang menyilaukan di langit aula besar itu, mereka semua tercengang."Astaga. Ternyata ada mutiara bercahaya yang sebesar ini di dunia ini.""Kalau kita membawa ini pulang, e
Yoga berucap, "Aku sudah memikirkan semuanya. Kalau mau menyatukan dunia, itu harus dilakukan dengan kekuatan sendiri. Bukan dengan cara segampang ini!""Tapi, bukannya Regan dan Aditya sudah kasih kesempatan ini pada kita?" tanya Sutrisno.Yoga menimpali, "Kalau begitu, kenapa mereka sendiri nggak menyelesaikan permainan catur ini? Bukannya itu karena mereka juga belum siap dan nggak bisa ambil keputusan?"Winola dan Sutrisno langsung terdiam dan terpaku di tempat. Sudah jelas, mereka mulai memahami maksud Yoga.Yoga menjelaskan lagi, "Yang paling penting adalah mereka ingin menyerahkan keputusan ini pada kita. Mereka benar-benar memperlakukan kita seperti alat. Main lepas tangan begitu saja!""Tapi kenyataannya, kita sama sekali belum punya kelayakan untuk menentukan nasib seluruh dunia. Apalagi, menyatukan dunia bukanlah sesuatu yang aku inginkan!" tambah Yoga.Mata Yoga bersinar tajam. Suaranya dipenuhi keyakinan ketika melanjutkan, "Kalaupun suatu hari ingin menyatukan dunia, aku
"Kita sudah bikin pilihan?" Winola dan Sutrisno terkejut. Tatapan mereka tertuju pada Yoga dan bingung dengan pertanyaannya. Mereka sama-sama tidak mengerti. Sebenarnya Yoga bertanya kepada siapa?Yoga mengulangi pertanyaannya dengan serius, "Ya, aku bertanya pada kalian. Apa kalian sudah siap?" Raut wajahnya terlihat tegas dan penuh keyakinan. Dia menatap keduanya dengan tajam.Sutrisno membalas, "Aku nggak ngerti. Kenapa kami yang harus siap? Kalau kami tahu pilihan yang benar, tentu sudah bikin keputusan sejak tadi. Kami justru ingin tahu, apa keputusanmu?"Sutrisno mulai cemas dan berusaha menjelaskan. Dia tahu bahwa pemikiran Yoga mungkin jauh lebih matang daripada mereka. Kalau keputusan yang salah diambil dan itu berdampak pada masa depan dunia, mereka semua akan menjadi pendosa besar.Winola menatap Yoga dengan penuh rasa ingin tahu. Alisnya berkerut ketika berujar, "Benar sekali. Katakan saja keputusanmu. Kenapa kamu malah tanya balik pada kami?""Kami sudah lama berdebat di s
Winola bertanya, "Gimana kalau kamu pergi saja? Makin lama kamu di sini, bahayanya akan makin besar."Sutrisno menimpali, "Benar juga, lebih baik kamu menjauh. Jangan sampai ikut terluka tanpa alasan."Melihat ekspresi tegang kedua orang itu, Yoga merasa sedikit tersentuh. Dalam situasi seperti ini, mereka masih saja memikirkan keselamatannya. Dia bertanya dengan penasaran, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Sutrisno menghela napas panjang, lalu mulai menceritakan apa yang terjadi. Ternyata setelah sampai di tempat ini, kedua orang itu menemukan sebuah papan catur. Awalnya, papan itu hanyalah permainan yang belum selesai. Berhubung iseng, Sutrisno mulai bermain sendiri.Winola yang merasa penasaran ikut meletakkan beberapa bidak. Tanpa mereka sadari, permainan itu memicu sebuah mekanisme. Tangan mereka pun terjebak dan tidak bisa ditarik keluar. Satu-satunya cara untuk bebas adalah memutuskan tangan mereka."Kalian ini benar-benar terlalu kurang kerjaan. Bahkan, situasi seperti ini bisa ka
"Apa semua ini direncanakan khusus karena aku?" tanya Yoga dengan tatapan serius. Ekspresi terkejut mulai terlihat di wajahnya.Yoga telah bertemu dengan Regan dan Aditya beberapa kali sebelumnya. Kini, dia yakin bahwa semua yang dirancang oleh dua orang itu memiliki hubungan yang sangat erat dengannya.Namun, apa sebenarnya alasannya? Apakah Yoga benar-benar bisa menjadi "orang" yang disebut-sebut oleh mereka?Yoga tidak tertarik dengan ambisi untuk menyatukan dunia, tetapi rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini tetap menarik untuk diselidiki. Maka dari itu, dia melangkah maju dan mengikuti jalannya.Seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang memandu, Yoga mendekati suatu arah di mana dia mulai mendengar suara perdebatan. Suara-suara itu terasa sangat familier.Sutrisno berbicara dengan cemas, "Menurutku, lebih baik kita jangan melakukan ini!""Kenapa? Bukannya dengan melakukan ini, kita bisa mewujudkan impian dunia kultivator kuno?" Suara Winola terdengar penuh rasa penasaran dan kebingunga
Namun sekarang, Farel malah terjebak di sebuah dunia rahasia dan akan dibunuh oleh Yoga. Dia tidak bisa menerima kenyataan tersebut.Farel telah memikirkan banyak bahaya dan peluang dalam hidupnya, tetapi tak satu pun dari skenario tersebut termasuk dibunuh oleh Yoga. Hanya saja, sekarang tangan keponakannya sudah bergerak dan perlahan mendekati dahinya."Jangan! Jangan!" seru Farel dengan putus asa. Suaranya penuh dengan rasa sakit dan kepanikan. Teriakan ketidakrelaan itu menggema di udara. Bahkan, tubuhnya memancarkan energi kuat dalam upaya perlawanan terakhir.Beberapa saat kemudian, semuanya berhenti begitu saja. Yoga menatap dingin ke tubuh tak bernyawa Farel. Dia menghela napas pelan, seolah-olah beban beratnya telah terangkat. Akhirnya, masalah ini selesai juga.Sesuai rencana, yang harus dilakukan Yoga sekarang hanyalah meninggalkan dunia rahasia ini. Segala hal yang terjadi di sini tidak akan ada hubungannya lagi dengan dirinya, asalkan Luna menjalankan rencana seperti yang
Jaring Langit dan Bumi memiliki hubungan yang sangat erat dengan Farel. Bisa dibilang mereka saling tergantung dan saling mendukung.Itu sebabnya, Jaring Langit dan Bumi bisa digunakan dengan sangat fleksibel olehnya tetapi tetap menunjukkan kekuatan yang luar biasa.Namun, kini jaring itu dihancurkan secara langsung oleh Yoga dengan cara yang brutal dan kasar. Akibat kehancuran tersebut, Farel hampir kehilangan nyawanya karena reaksi balik yang ditimbulkan.Kini, Farel berseru marah, "Kenapa? Kenapa kamu punya kekuatan sebesar ini?""Jangan tanya alasannya. Pergilah, tanyakan pada anakmu di sana nanti!" ucap Yoga sambil tersenyum meremehkan, lalu langsung menusuk titik lemah Farel.Ucapan Yoga mengingatkan Farel akan anaknya. Dia pun mengancam dengan nada dingin, "Yoga, kamu nggak boleh membunuhku! Kalau aku mati, ibumu pasti akan jadi target Keluarga Husin. Kamu tahu betul, akibatnya akan lebih besar dari yang bisa kamu kendalikan!"Sementara itu, pikiran Farel mulai berputar. Dia me
Dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata, benang-benang itu segera mengurung Yoga. Yoga pun tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri lagi."Hahaha. Bagus. Biar kamu melihat kematianmu sendiri, pasti akan sangat menakutkan, 'kan? Tempat ini akan menjadi kuburanmu, matilah!" kata Farel sambil mengendalikan benang-benang itu untuk terus menyusut.Krak krak krak krak.Benang-benang itu makin kencang dan bahkan memotong gunung dan dinding-dindingnya. Seluruh makam pun mulai berguncang, seolah-olah akan hancur total.Yoga bertanya, "Kamu benar-benar nggak punya cara ya?"Bimo menjawab, "Aku pernah mendengar orang itu punya bakat yang luar biasa dan tegas dalam membunuh, jadi nggak ada orang yang bisa selamat dari teknik Jaring Langit Bumi ini."Yoga kembali berkata, "Kalau aku mati dan tubuhku hancur, kesempatanmu untuk menguasaiku pun akan hilang."Bimo langsung terdiam, sepertinya perkataan Yoga ini menyentuh titik kelemahannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya hanya b
"Kamu bisa menghindar sekali, tapi kamu pikir kamu bisa menghindar dari semua serangan berikutnya?" kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dan penuh semangat. Dia yakin serangan ini bisa membunuh Yoga."Ini benar-benar merepotkan," kata Yoga sambil mengernyitkan alisnya karena tidak menyangka orang ini bisa mendapatkan kesempatan seperti ini. Bukan hanya bisa menjadi kultivator jenderal, Farel juga memiliki teknik seperti ini. Apakah Farel ini anak beruntung yang legendaris? Dia menyipitkan mata dan berpikir hari ini dia harus membunuhnya meskipun Farel adalah protagonisnya.Boom!Aura dalam tubuh Yoga terus meningkat dan perlahan-lahan menuju level kultivator jenderal. Seluruh lorong itu seolah-olah akan dihancurkan kekuatan yang luar biasa itu. Dinding-dinding runtuh dan berbagai benda di dalamnya terlempar jauh.Pada saat itu, ekspresi Farel terlihat sangat terkejut, lalu matanya membelalak dan menatap Yoga dengan bingung. Tingkat kekuatan yang terpancar dari Yoga membuat Farel be
Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg