"Semuanya, jadi maksud kalian ...." Para anggota Keluarga Bramasta mulai berdiskusi dengan ramai.Winola hanya berdiri di tempat dan menyaksikan pemandangan itu dengan puas. Dulu mereka begitu sering menindas dirinya, tetapi sekarang situasinya sudah berbalik. Sungguh ironis!Kebohongan yang baru saja Winola karang ternyata dipercaya penuh oleh mereka. Namun, apa yang tidak Winola sadari adalah bahwa Yoga dan Sutrisno memang benar-benar bekerja sama."Keluarga Bramasta adalah yang paling lemah di antara empat keluarga besar. Kalau kita melawan Keluarga Salim yang paling kuat, jelas itu langkah yang sangat nggak bijak!""Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma punya dendam mendalam terhadap Yoga. Ini juga menjadi alasan di balik rencana Yoga kali ini. Sementara itu, tujuan Keluarga Salim adalah merebut sumber daya dan kekuatan kedua keluarga itu. Kalau begitu, apa yang bisa kita dapatkan?""Yang kita dapatkan ... mungkin cuma agar kita nggak dimusnahkan dalam konflik ini?"Setelah kalimat te
"Ya, kamu masih tahu diri," ucap Yoga dengan santai."Tentu saja. Kamu menciptakan peluang sebagus ini, mana mungkin aku nggak memanfaatkannya dengan baik?" jawab Sutrisno sambil terkekeh-kekeh. Ekspresinya penuh semangat saat memandang Yoga."Aku datang ke sini kali ini karena ada satu hal yang ingin kubicarakan denganmu," ujar Yoga sambil mengubah nada suaranya. Wajahnya tiba-tiba menjadi serius.Sutrisno langsung mengubah sikapnya. Dia berjanji, "Langsung katakan saja, aku akan melakukan yang terbaik!"Yoga melirik sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lain yang mendengar. Setelah yakin, dia mendekatkan diri pada Sutrisno dan berbicara dengan suara rendah, "Akhir-akhir ini, coba kamu sering-sering menemui Winola."Sutrisno bertanya dengan bingung, "Menemui dia? Kenapa aku harus menemui dia?"Yoga menjelaskan, "Aku sudah batalkan perjanjian pernikahanku dengannya, tapi dia terus menggangguku. Jadi, aku mau kamu membantuku menanganinya.""Menangani dia?" Sutrisno terlihat berpik
Winola melirik sekeliling dengan makna tersembunyi dalam pandangannya. Di sekitar mereka, masih ada beberapa penjaga dan pelayan yang berjaga."Kalian semua keluar dulu," pinta Sutrisno dengan nada datar."Oke!" Para pelayan dan penjaga di ruang tamu segera pergi. Mereka meninggalkan ruangan itu untuk Sutrisno dan Winola. Di sudut belakang, Yoga tetap diam-diam bersembunyi sambil mendengarkan."Sekarang, ruangan sudah kosong. Kalau ada yang mau kamu katakan, langsung saja," ujar Sutrisno.Winola menatap Sutrisno, lalu berujar dengan tegas, "Meski nggak bisa bikin keputusan sendiri, setidaknya kamu bisa menyampaikan pesan ini pada orang-orang yang lebih berwenang.""Kalau itu, tentu nggak masalah," jawab Sutrisno dengan santai.Winola bertanya, "Aku ingin tahu, apa rencana Keluarga Salim sekarang? Apa kalian benar-benar berniat melawan Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma?"Mendengar pertanyaan itu, Sutrisno tidak bisa menahan tawanya. Dia bertanya, "Kenapa kamu berpikir begitu? Siapa yan
"Kamu benar-benar licik. Mana boleh kamu sembunyi di sini?" seru Winola dengan marah."Apa salahnya aku berada di sini? Masa cuma kamu yang boleh datang?" jawab Yoga dengan nada santai sambil tersenyum puas. Dia terus memainkan ponselnya."Kamu ....!" Wajah Winola memerah karena marah. Tubuhnya gemetar dan bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Winola menggigit bibirnya dengan keras sambil menatap Yoga dan Sutrisno dengan emosi. Suasana hatinya sudah kacau balau. Dia merasa seperti telah dijebak oleh kedua orang itu.Sutrisno berujar, "Nona Winola, aku membiarkanmu masuk dengan baik hati, tapi kamu malah membuatku muak. Bukannya tindakanmu ini keterlaluan? Untung saja kamu belum sempat membuka semua bajumu. Kalau nggak, dampaknya pasti sangat buruk bagi kondisi psikologisku.""Untuk menebus ini, sebaiknya kamu serahkan beberapa senjata ajaib atau obat. Anggap saja itu untuk menyelamatkan mataku yang malang!" ucap Sutrisno dengan ser
Winola memandang langit dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke mana-mana. Bagaimana cara memecahkan kebuntuan ini?Keluarga Bramasta telah menonjol dalam perebutan kekuasaan kali ini. Jika ingin tetap menjadi bagian penting dari keluarga, Winola harus menemukan cara untuk membuktikan dirinya. Hanya dengan begitu, ibunya tidak akan berada dalam bahaya lagi.Winola bergumam perlahan, "Pil Ketenangan Jiwa ...."Winola tiba-tiba bangkit berdiri dan mendekati tepi tebing. Dengan tenang, dia menatap ke dalam jurang yang gelap di bawahnya. Jurang itu seolah-olah menatap balik ke arahnya, dingin dan sunyi.Tanpa sadar, Winola melangkah lebih dekat ke tepi. Pandangannya tertuju ke bawah. Dia menatap kegelapan yang begitu pekat. Jurang yang dingin dan suram ini mengingatkannya pada suasana Keluarga Bramasta yang sedingin es dan penuh kehampaan.Winola pun mengernyit dan tatapannya menjadi makin serius. Dia berusaha memikirkan cara untuk memecahkan kebuntuan yang dihadapinya.Tiba-tiba, su
Dalam sekejap, Yoga dan Winola saling menatap dengan ekspresi bingung di wajah masing-masing. Barulah mereka menyadari bahwa mereka telah salah paham.Yoga pun mengernyit. Suaranya terdengar kesal ketika bertanya, "Kamu mau nikmati pemandangan, memangnya nggak bisa cari tempat lain selain tepi tebing?""Apa salahnya aku menikmati pemandangan di sana? Itu urusanku, 'kan? Lagian, yang mendorongku jatuh itu kamu!" balas Winola dengan nada marah.Yoga tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya menghela napas panjang dan menerima bahwa memang dia yang salah paham lebih dulu.Kini, mereka berdua pun duduk diam di dalam gua yang gelap. Suasananya hening dan sedikit mencekam."Ini tebing. Kita masih bisa keluar nggak?" tanya Winola dengan suara kecil. Dia sepertinya ketakutan."Bisa," jawab Yoga sambil berdeham. Dia segera mengaktifkan lampu senter di ponselnya untuk menerangi sekeliling.Ketika cahaya menerpa pemandangan di depan mereka, Winola terkejut dan tanpa sadar berteriak kecil. Dia refleks
Yoga terdiam.Bimo kembali berkata, "Kalau bisa menemukan satu sisik naga, itu tetap akan sangat berharga."Pada saat itu, Winola yang melihat Yoga sedang melamun segera menggoyang Yoga dengan cemas."Kamu dengar, 'kan? Benar-benar ada harta karun di sini, kita harus mencari cara untuk menemukannya," desak Winola."Kamu lihat saja tempat ini, ada begitu banyak orang yang sudah mati. Kamu pikir kita benar-benar bisa menemukannya?" tanya Yoga kembali."Setidaknya kita sudah mencobanya," jawab Winola dengan tegas sambil menatap Yoga.Yoga hanya bisa menghela napas dan berkata, "Kalau begitu, kita coba terus jalan sampai akhir saja."Winola yang merasa sangat bersemangat langsung mengikuti Yoga pergi. Mereka berjalan sangat jauh melewati tempat yang pernah dikunjungi Yoga sebelumnya, tetapi tetap terdapat banyak mayat yang berserakan di tanah.Awalnya, mayat terlihat berserakan di mana-mana, tetapi makin sedikit saat keduanya berjalan makin jauh. Melihat itu, Yoga menyadari mungkin mereka
Winola sama sekali tidak menghiraukan perkataan Yoga dan langsung berlari menuju takhta hitam itu. Sementara itu, prajurit kerangka terus mengejar di belakangnya tanpa henti.Yoga menghela napas dengan tak berdaya. Jika mati di sini, semuanya akan kacau. Dia segera melangkah maju dan menendang salah satu prajurit kerangka itu.Bang!Kekuatan yang besar itu langsung membuat prajurit kerangka itu hancur dan tulang-tulangnya berserakan ke mana-mana. Namun, justru karena tindakan ini, seluruh perhatian prajurit kerangka itu langsung beralih pada Yoga. Tak lama kemudian, mereka satu per satu mengangkat pedang panjang mereka dan menebas ke arah Yoga secara liar.Ekspresi Yoga tetap tenang dan terus menendang satu per satu prajurit kerangka itu. Meskipun prajurit kerangka itu terlihat menyeramkan, gerakan mereka sangat lambat dan sama sekali bukan tandingannya. Saat terus menyerang mereka, dia merasa ada sesuatu yang aneh karena mereka sepertinya tidak ada habisnya.Saat ini, Winola sudah sam
Yoga merasa sangat puas. Setelah itu, dia berbalik dan meninggalkan tempat tersebut. Tak lama kemudian, dia menemui Sutrisno dan memintanya untuk mengatur penjemputan Ayu serta yang lainnya.Sebagai salah satu dari empat keluarga besar, Keluarga Salim seharusnya tidak kesulitan untuk menjemput orang dari dunia bela diri kuno. Apalagi, para penjaga gerbang yang sebelumnya menghalangi jalan telah dibunuh oleh Yoga. Kini, tak ada lagi yang berani menghalangi jalannya.Yang lebih penting adalah pertempuran hari ini telah mengguncang seluruh dunia kultivator kuno. Nama Yoga langsung menyebar luas. Semua orang tak henti-hentinya membicarakan betapa kuatnya dia.Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma benar-benar tercengang saat mendengar hasil pertempuran. Entah bagaimana memikirkannya, tidak ada yang menyangka bahwa Yoga mampu menekan empat kultivator raja sekaligus seorang diri.Dalam sekejap, banyak orang gelisah dan ketakutan. Mereka mulai berpikir, apakah mereka pernah menyinggung Yoga sebel
"Dia ... berhasil menahannya?" Leluhur dari Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin luar biasa terkejut. Jantung mereka berdebar kencang, bahkan sulit untuk menyembunyikan rasa gugup.Mereka sama-sama berada di tingkat kultivator raja, tetapi kenapa pemuda ini bisa sekuat itu? Ini sungguh di luar nalar"Barang bagus." Tepat pada saat itu, Yoga mengerahkan energi sejatinya dan menyelimuti dua harta pusaka yang sebelumnya digunakan lawan.Pada saat yang sama, petir dari langit tiba-tiba menyambar turun. Dalam sekejap, sambaran petir itu langsung memutuskan hubungan antara dua harta pusaka itu dengan pemiliknya."Pfft!" Dua kultivator raja itu muntah darah di tempat. Energi mereka terguncang hebat. Mereka bahkan nyaris kehilangan keseimbangan. Serangan balik dari harta pusaka itu menghantam mereka keras. Sungguh mengerikan."Mana mungkin begini? Bahkan, Jam Penciptaan pun nggak bisa menghadapinya? Dia ini ... sebenarnya berada di tingkat apa?""Seorang kultivator raja sekuat ini? Ini nggak mas
"Matilah!" Empat kultivator raja mengerahkan senjata ajaib mereka dan langsung melancarkan serangan.Dalam sekejap, langit seakan-akan runtuh. Bumi bergetar dan suasana menjadi mengerikan. Udara di sekitar dipenuhi dengan tekanan yang menyesakkan.Meskipun orang-orang di sekitar berdiri cukup jauh, mereka tetap bisa merasakan perubahan ini dengan jelas. Tatapan mereka penuh keterkejutan. Mereka hanya bisa terpaku menyaksikan pertempuran yang belum pernah mereka lihat seumur hidup."Meskipun Yoga berbakat luar biasa, dia pasti nggak punya harapan untuk bertahan hidup kali ini!" Begitulah yang ada di benak semua orang. Mereka hanya bisa menghela napas dalam hati.Hanya saja pada saat ini, terdengar suara keras. Tiba-tiba, kilatan petir muncul dan menyelimuti tubuh Yoga. Cahaya petir itu berkilauan luar biasa dan terlihat seperti zirah yang menyala dengan sinar terang."Ini ... apa sebenarnya yang terjadi?""Petir bisa digunakan seperti ini? Mustahil!""Apa yang dia latih? Kenapa kekuatan
"Ternyata kamu seorang kultivator raja juga?" tanya keempat kultivator raja itu dengan ekspresi yang berubah dan tatapan yang aneh. Dengan kekuatan yang begitu luar biasa, Yoga sudah bisa berjalan dengan bebas di dunia kultivator kuno. Apalagi orang ini memiliki hubungan darah dengan mereka, ini adalah sebuah kesempatan yang langka bagi keluarga mereka."Bukankah kalian ingin membunuhku? Ayo maju," teriak Yoga dengan petir yang menyambar-nyambar dan aura yang kuat memenuhi ruangan itu."Yoga, kamu adalah keturunan dai Keluarga Kusuma. Kalau sekarang kamu berlutut untuk minta maaf dan menyerah, aku akan menerimamu kembali ke Keluarga Kusuma," kata salah satu kultivator raja Keluarga Kusuma dengan dingin."Ibumu adalah anggota Keluarga Husin. Asalkan kamu bersedia mengabdi pada Keluarga Husin, aku akan menerimamu dan ibumu kembali ke Keluarga Husin," teriak salah satu kultivator raja Keluarga Husin dengan lantang.Saat ini, kedua keluarga itu sudah bisa melihat kekuatan Yoga, mereka tent
Yoga memegang kepala Samsul dan Timothy dengan kedua tangannya, lalu menghantamkannya ke lantai dengan keras.Bang!Samsul dan Timothy tergeletak di lantai dengan tubuh yang berlumuran darah dan tulang patah. Mereka memang masih hidup, tetapi hanya bisa bernapas saja. Mereka menatap Yoga dengan tatapan yang terkejut dan tidak percaya karena mereka benar-benar tidak menyangka Yoga akan begitu kuat. Hanya dalam beberapa saat saja, Yoga sudah berhasil mengalahkan mereka."Kalian masih belum cukup layak melawanku," kata Yoga dengan nada dan tatapan yang dingin. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan berbalik dan pergi.Saat sudah berada di luar pintu, Yoga melihat ke sekeliling yang sudah dipenuhi dengan orang-orang. Sebagian orang itu berasal dari Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin, sedangkan sisanya adalah orang yang datang ke sana untuk menyaksikan pertempuran itu."Karena kalian sudah datang, keluarlah," teriak Yoga dengan lantang.Kerumunan orang itu langsung tertegun seje
"Omong kosong. Sejak kapan kami bersekongkol dengan manusia hantu? Selain itu, kamu bilang dia ini Yoga?" tanya Samsul dengan ekspresi terkejut dan menatap Yoga dengan bengong.Suasana hati orang-orang dari Keluarga Kusuma menjadi rumit dan tatapan mereka menjadi makin tajam. Bagaimanapun juga, Yoga adalah sosok yang sudah membuat Keluarga Kusuma di dunia bela diri kuno rugi besar. Namun, sekarang orang ini ternyata berdiri di depan mereka dalam keadaan hidup."Huh! Nggak perlu banyak omong kosong. Serahkan Yoga atau kalian akan menjadi musuh Keluarga Husin," teriak Timothy dengan dingin."Kamu berani mengancamku? Keluarga Husin ternyata makin berani," kata Samsul dengan ekspresi dingin dan menggertakkan giginya. Sebagai sesama salah satu dari empat keluarga besar, dia tidak menerima Keluarga Husin berani mengancam Keluarga Kusuma.Saat ini, ekspresi semua orang yang berada di sana terlihat tegang dan suasana itu terasa makin panas.Tepat pada saat itu, Yoga kembali berulah dan berkata
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D