Markus berkata, "Memang bodoh ...."Agnes menambahkan, "Tapi, usulan agar mereka mencari Yoga ini, mungkin nanti Yoga akan menjadi sasaran mereka."Markus dan Agnes menatap Yoga dengan tatapan yang khawatir.Yoga tersenyum. "Tenang saja, aku punya tujuan tersendiri."Sikap Yoga yang penuh percaya diri membuat Markus dan Agnes merasa sangat bingung, tetapi mereka tidak bertanya lebih lanjut.Tak lama kemudian, Yoga pun pergi. Dia tahu jelas keempat keluarga besar itu akan terus merepotkannya. Memang benar sesuai dengan dugaannya. Begitu kembali, dia langsung menerima telepon dari ibunya, Ayu.Yoga bertanya, "Ibu, ada apa?"Ayu menjawab, "Orang-orang dari Keluarga Husin sudah datang, mereka ingin bertemu denganmu."Yoga membalas, "Baiklah, aku akan segera ke sana."Ternyata, orang-orang itu benar-benar datang. Yoga ingin melihat apa yang akan dilakukan orang-orang bodoh ini, sehingga dia bergegas ke sana. Setelah tiba, dia melihat Ayu sedang menuangkan teh untuk Farel dan yang lainnya.S
"Baiklah, aku akan menelepon mereka sekarang," kata Yoga sambil tersenyum sinis. Dia suka melihat mereka saling menjatuhkan satu sama lain, sungguh konyol.Tak lama kemudian, orang-orang dari tiga keluarga besar lainnya segera datang."Ayu, sudah lama nggak bertemu, kamu terlihat lebih kurus. Yoga, aku melihat barang bagus di perjalanan tadi, jadi kubelikan untukmu. Kamu coba saja, mana tahu cocok," kata Luna yang langsung mulai mendekatkan diri. Dia tidak pernah bersikap dan tersenyum begitu ramah seperti ini pada Ayu. Dia bahkan memberikan sebuah jam tangan dan terus meminta Yoga untuk mencobanya.Ayu terlihat jelas agak canggung, tetapi tetap tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum kaku."Terima kasih," kata Yoga sambil tersenyum tenang dan menerima hadiah itu dengan tanpa ragu-ragu. Saat melihat itu jam tangan Rolex, dia berpikir ternyata banyak barang bagus di jalanan.Melihat Yoga mengenakan jam tangan itu, Luna akhirnya merasa lega dan tersenyum bangga. Ekspresinya itu seol
Saat melirik orang-orang di sekitarnya, Winola menyadari dia pasti sudah membuat mereka marah. Namun, dia tidak memiliki pilihan lain, dia sudah terjebak di dalam situasi ini. Dia juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi semua ini nanti malam."Baiklah, sudah cukup nostalgianya. Ayo kita cepat bahas harus bagaimana mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa itu," kata Farel dengan dingin dan aura yang menekan."Kali ini Tuan Bimo sudah memberikan instruksi agar Yoga yang memimpin, sepertinya dia sangat memercayainya. Tapi, apa sudah ada rencananya?" tanya Luna sambil tersenyum dan tatapannya terlihat lembut."Ayo cepat kita bahas, kita harus buru-buru," desak Sutrisno.Yoga duduk di sofa dengan santai dan menatap semua orang dengan tenang. Dia melambaikan tangan dan berkata sambil tersenyum, "Kalian semua duduklah. Kita minum teh dulu, aku agak haus.""Kamu bisa bicara sambil minum teh. Kita nggak mungkin menunggumu sampai selesai minum dulu baru berbicara," kata Farel dengan nada dingi
Saat ini, semua orang di ruangan itu menggertakkan gigi dan merasa sangat marah. Bimo meminta mereka menyerahkan harta mereka dan menugaskan Yoga untuk memimpin pencarian harta karun kali ini. Sekarang Yoga malah meminta mereka untuk mencari terlebih dahulu tanpa memberikan mereka informasi yang berguna.Pada akhirnya, orang-orang dari keempat keluarga besar hanya menjadi pekerja yang paling menderita. Memikirkan hal itu, tidak ada yang akan merasa puas. Dalam sekejap, amarah mereka meledak dan tatapan mereka menjadi tajam."Kenapa masih diam di sana? Masih nggak pergi mencari?" teriak Yoga dengan nada dingin dan aura kewibawaannya langsung menyebar.Mendengar perkataan itu, semua orang terdiam sejenak dan merasa sangat kesal. Namun, itu adalah perintah, sehingga mereka hanya bisa berbalik dengan tak berdaya dan pergi.Pada saat itu, di dalam ruangan."Apa ini benar-benar kehendak Tuan Bimo? Mereka semua sepertinya sangat ketakutan," tanya Ayu sambil menatap Yoga dengan bingung."Benar
Winola berkata, "Nggak mungkin, mana mungkin kamu nggak punya rencana untuk masalah sebesar ini."Yoga berkata, "Percaya atau nggak, terserah kamu. Kalau nggak percaya, pergilah."Winola melanjutkan, "Kalau kamu memberitahuku, malam ini aku akan makan malam dan menonton bersamamu. Ini batasanku."Yoga membalas, "Aku nggak butuh itu. Kamu pikir kamu ini benar-benar begitu istimewa?"Winola berkata dengan marah, "Kamu! Aku sudah memberimu kesempatan, kamu sendiri yang nggak menghargainya."Yoga berkata, "Aku nggak butuh kesempatan seperti ini. Cepat pergi atau aku akan menyuruh Keluarga Salim untuk menargetkan kalian."Winola menggigit bibirnya dan tatapannya penuh dengan amarah. Yoga yang sekarang memang memiliki kemampuan seperti itu.Kali ini Winola bisa datang menemui Yoga juga karena dipaksa oleh keluarganya. Mereka mengancamnya untuk harus mendapatkan lokasi harta karun itu atau rencana Yoga selanjutnya, meskipun dia harus mengorbankan dirinya. Dia tidak mungkin setuju untuk melaku
Winola bertanya, "Apa? Kamu benaran nggak punya rencana?" Winola langsung tertegun. Dia menatap Yoga dengan mata terbelalak. Sulit baginya untuk memercayai perkataan Yoga.Yoga mengangkat bahu dengan santai, lalu bertanya, "Sudah kubilang nggak punya, kenapa kamu nggak percaya?"Winola bertanya, "Jadi maksudmu, kamu cuma lagi mempermainkan empat keluarga besar?""Tentu saja. Kalau nggak, apa lagi?" balas Yoga.Melihat Yoga yang begitu santai dan seolah-olah itu adalah hal yang wajar, Winola terdiam cukup lama. Akhirnya, dia pun memilih untuk percaya."Oke, aku mengerti," ucap Winola sambil berbalik tanpa ragu dan berjalan pergi.Yoga bertanya dengan nada sedikit khawatir, "Kamu nggak akan menyebarkan rumor lagi, 'kan?""Saat ini, aku nggak akan kasih tahu siapa pun tentang rahasia ini. Tapi setelah menemukan harta karun itu, baru aku akan memutuskan ... apa aku akan punya anak atau nggak," ucap Winola dengan tak acuh.Usai berkata demikian, Winola berbalik dan pergi. Dia meninggalkan Y
"Semuanya, jadi maksud kalian ...." Para anggota Keluarga Bramasta mulai berdiskusi dengan ramai.Winola hanya berdiri di tempat dan menyaksikan pemandangan itu dengan puas. Dulu mereka begitu sering menindas dirinya, tetapi sekarang situasinya sudah berbalik. Sungguh ironis!Kebohongan yang baru saja Winola karang ternyata dipercaya penuh oleh mereka. Namun, apa yang tidak Winola sadari adalah bahwa Yoga dan Sutrisno memang benar-benar bekerja sama."Keluarga Bramasta adalah yang paling lemah di antara empat keluarga besar. Kalau kita melawan Keluarga Salim yang paling kuat, jelas itu langkah yang sangat nggak bijak!""Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma punya dendam mendalam terhadap Yoga. Ini juga menjadi alasan di balik rencana Yoga kali ini. Sementara itu, tujuan Keluarga Salim adalah merebut sumber daya dan kekuatan kedua keluarga itu. Kalau begitu, apa yang bisa kita dapatkan?""Yang kita dapatkan ... mungkin cuma agar kita nggak dimusnahkan dalam konflik ini?"Setelah kalimat te
"Ya, kamu masih tahu diri," ucap Yoga dengan santai."Tentu saja. Kamu menciptakan peluang sebagus ini, mana mungkin aku nggak memanfaatkannya dengan baik?" jawab Sutrisno sambil terkekeh-kekeh. Ekspresinya penuh semangat saat memandang Yoga."Aku datang ke sini kali ini karena ada satu hal yang ingin kubicarakan denganmu," ujar Yoga sambil mengubah nada suaranya. Wajahnya tiba-tiba menjadi serius.Sutrisno langsung mengubah sikapnya. Dia berjanji, "Langsung katakan saja, aku akan melakukan yang terbaik!"Yoga melirik sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lain yang mendengar. Setelah yakin, dia mendekatkan diri pada Sutrisno dan berbicara dengan suara rendah, "Akhir-akhir ini, coba kamu sering-sering menemui Winola."Sutrisno bertanya dengan bingung, "Menemui dia? Kenapa aku harus menemui dia?"Yoga menjelaskan, "Aku sudah batalkan perjanjian pernikahanku dengannya, tapi dia terus menggangguku. Jadi, aku mau kamu membantuku menanganinya.""Menangani dia?" Sutrisno terlihat berpik
Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg
"Seharunya nggak ada masalah, perasaanmu pasti salah. Pasti begitu," kata Sutrisno dengan tatapan penuh ketakutan dan menatap lorong yang dalam itu dengan bengong. Dia juga tidak percaya bisa terjadi perubahan yang begitu mengerikan. Bagaimana bisa Farel itu mencapai kultivator jenderal?Mata Winola bergetar dan ekspresinya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri lagi, sehingga segera berbalik dan pergi."Kamu mau ke mana?" tanya Sutrisno yang terkejut dan segera menahan Winola agar tidak pergi."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus pergi mencari dia, harus sekarang juga," kata Winola yang merasa gelisah dan cemas hingga memberontak dengan panik. Dia tidak bisa menerima fakta dia harus bersembunyi, sedangkan Yoga harus menghadapi risiko sendirian. Saat itu, hatinya benar-benar merasa kacau."Kamu gila ya? Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Apa ada gunanya kamu pergi ke sana? Itu adalah kekuatan kultivator jenderal, kamu hanya akan mati dan menjadi beban Yoga," teriak Sutrisno
Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?
"Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a
Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit
Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k
Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer
Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p