Tertawa sendiri, dalam batinnya Xuanwu berkata-kata, “Gao Tian, mesti aku akui. Kamu memiliki persona yang menarik. Aku jadi penasaran. Siapa kau sebenarnya. Mampu membuka segelku, juga tidak mudah dirasuki. Sepertinya, kamu bukan orang sembarangan.”
Akhirnya Gao Tian telah tiba di Balai Riung Kejora Merah. Markas sekte Tujuh Bintang Kejora itu merupakan sebuah komplek bangunan besar yang lega.
Entah para guru. Yang jelas, murid-murid di sana telah mengetahui. Gao Tian menerima tantangan bertarung Liu Tong karena desas-desus hubungannya dengan Xiao Mei.
“Sudah bertarungnya, apakah kamu menang?” tanya murid senior yang menjaga gerbang pada Gao Tian.
“Sudah, Kak. Liu Tong bukanlah tandinganku,” jawab Gao Tian lugu.
“Hahaha …! Lagi pula, mengapa sok jagoan menerima tantangannya? Karena kamu tidak mau menanggung malu di hadapan Xiao Mei?” murid senior lain yang juga menjaga gerbang turut angkat bicara.
“Ti-tidak juga. Bukan itu alasan aku bertarung dengan Liu Tong,” sangkal Gao Tian.
“Halah …, pakai berkilah segala pula, kamu! Xiao Mei pasti ada di sana bukan? Karena, dia dekat dengan Liu Tong. Sekarang kamu tentu dipandang rendah oleh putri Su itu! Hahaha!”
Gao Tian sudah tahu. Dirinya akan menjadi bahan olok-olok para murid Tujuh Bintang Kejora. Dia berjalan dengan agak tertunduk. Setiap berjumpa murid-murid Tujuh Bintang Kejora, mereka mengatai dirinya.
“Bagaimana jagoan kita ini? Pergi dengan gagah tetapi kembali dengan menanggung malu.”
“Mengaku pacaranya Xiao Mei, tapi loyo seperti ini, payah!”
“Sadarlah, Gao Tian. Gadis ahli bela diri seperti Xiao Mei itu sudah pasti menyukai pemuda-pemuda yang kuat. Lihat dirimu. Menguasai ilmu spiritual saja tidak! Hahaha!”
Masih duduk memangku kaki kali itu dengan tegak, Xuanwu yang berada dalam diri Gao Tian mengetahui apa yang dialami host atau tuan rumahnya.
Baginya, wajar apabila Gao Tian menerima perlakuan seperti demikian. Dia telah mengetahui kisah Gao Tian dari sang host sendiri.
“Kamu tidak mau kita menghajar … siapa mereka semua itu, Gao Tian? Kawan-kawan, seniormu? Jangan takut. Kau sudah mampu mengerahkan kekuatan spiritualku sekarang,” Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian.
“Sebetulnya ingin …,” jawab Gao Tian datar.
“Kalau begitu, ayo. Boleh aku membunuh yang paling menyebalkan?” Xuanwu mengajak dengan nada semangat tapi tidak serius.
“Mereka adalah suadara-saudara seperguruanku. Kita harus bersinergi, bekerjasama dan saling mendukung.”
“Aku tidak melihat mereka ingin bersinergi, bekerjasama dan mendukungmu,” timpal Xuanwu. Tatapan datarnya dalam, namun berkesan lesu. Karena, ia menganggap perkataan Gao Tian merupakan kesalahan.
“Sepertinya kau senang membunuh. Bukan begitu, Tuan Xuanwu?” tanya Gao Tian. Ia melangkah menuju ruang kesehatan untuk memeriksakan diri. Apakah ada cedera atau malah luka dalam yang ia derita akibat serangan Liu Tong.
“Sudah ku bilang, jangan sapa aku dengan sebutan: ‘tuan’. Kita sudah satu usia sekarang,” balas Xuanwu.
“Oh ya, maaf Tu—, euh, Xuanwu.”
“Gao Tian, kau akan mewarisi kekuatanku. Ilmu spiritualku itu unik. Salah satu syarat agar kamu dapat menguasainya, kamu …, ya, katakanlah paling tidak, mesti menumpahkan darah seseorang. Tentunya, mereka mestilah orang-orang jahat seperti tengkorak-tengkorak busuk itu tadi.”
Mimik Xuanwu tampak kocak sekejap. Sebab ia berdusta. Tumbal untuk memperdalam ilmu hitam tidak memandang korbannya. Orang baik, jahat, pria, wanita bahkan anak-anak semuanya bisa dijadikan sasaran.
Dia hanya mencari cara untuk membujuk Gao Tian secara halus agar mau untuk membunuh seseorang. Xuanwu mempelajari 9 kitab ilmu hitam. Karena sudah disegel sekian lama, Xuanwu khawatir pengerahan kekuatannya tersendat.
Oleh karenanya, dia mesti menumpahkan darah. Supaya, kekuatan dari ilmu yang ia kuasai dapat lancar digunakan.
“Begitu rupanya. Kita bisa mencari orang jahat untuk dihabisi nyawanya …” Gao Tian berujar. Xuanwu langsung menyambar.
“Tadi kita berhadapan dengan 4 orang jahat, Gao Tian. Tapi kau memilih untuk melepaskan mereka. Mengampuni, katamu. Cih! Orang-orang tengik macam begitu malah kamu ampuni!” omel Xuanwu.
“Permisi, Dokter Lau. Aku ingin memeriksakan diriku,” ucap Gao Tian setelah dia tiba di ruang kesehatan.
“Ah, Gao Tian. Baik, baik. Kemarilah Nak,” sambut Dokter Lau, kepala tim medis Tujuh Bintang Kejora.
Sementara Gao Tian kembali berbicara pada Xuanwu. “Kau tadi tidak mengatakan bahwa membunuh para anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak merupakan syarat agar aku dapat menguasai ilmu spiritualmu, Xuanwu.”
“Saat kita menyatu, aku sudah menyampaikan bahwa kau harus menuruti semua instruksiku. Apakah kamu sudah lupa?” balas Xuanwu. Sebelah alisnya terangkat karena merasa gemas pada sang host.
Pada saat Gao Tian dan Xuanwu bercakap-cakap, mereka sedang melakukan kontak batin. Tidak ada yang tahu apalagi mendengar bahwa keduanya tengah berbincang.
Sehingga saat itu, Gao Tian menjalani pemeriksaan sedangkan Dokter Lau tak mengetahui ada entitas Raja Iblis di dalam diri muridnya.
“Aku lupa, Xuanwu,” kata Gao Tian singkat. Ia merasa konyol.
“Masa bodoh. Pokoknya, lain kali kita berhadapan dengan orang-orang jahat, jangan sia-siakan kesempatanmu untuk menghabisi mereka,” balas Xuanwu memastikan.
Pemeriksaan terhadap Gao Tian telah selesai. Salah satu murid Tujuh Bintang Kejora itu kembali beraktifitas.
Di perguruannya, selain berlatih fisik dan ilmu bela diri, Gao Tian memiliki tugas layakanya seorang pesuruh. Dia membersihkan seluruh ruangan, membawa barang atau peralatan yang dibutuhkan para guru dan murid-murid, hingga mencuci peralatan makan.
Dokter Lau keluar dari ruang kesehatan. Ia melangkah menuju ruangan guru besar yang terdapat di lantai atas dari Balai Riung Kejora Merah.
Di sana, Tan Guan Ming sang pemimpin sekte Tujuh Bintang Kejora tengah menerima beberapa murid. Setelah murid-murid itu dibubarkan, Dokter Lau menjumpai pimpinannya.
“Grand Master Tan,” sapa Dokter Lau dengan merapatkan kepalan dan telapak.
“Dokter Lau, silahkan masuk,” sambut Guan Ming.
Sang guru besar tidak sendirian di sana. Di dalam, ada beberapa staf perguruan Tujuh Bintang Kejora lain.
“Bagaimana, Dokter. Apakah kondisi murid-murid kita berada dalam kondisi prima? Olimpiade antar murid-murid sekte sebentar lagi tiba. Kita mesti memastikan mereka baik-baik saja,” tutur Guan Ming. Bibirnya yang terselubung kumis dan janggut panjang tersenyum.
“Sejauh ini, mereka semua sehat. Para muridlah yang mesti menjaga kondisi dengan baik sebelum perhelatan itu tiba,” sahut Dokter Lau.
“Baguslah kalau begitu. Master Yan, nanti jika harinya sudah dekat untuk berkompetisi, kurangi latihan fisik para murid yang akan turut serta dalam turnamen tersebut. Tambah porsi teknik mereka. Karena yang dibutuhkan nanti adalah kemampuan mereka menghadapi situasi.”
Guan Ming berkata pada Yan Jing, guru ahli teknis sekte Tujuh Bintang Kejora. Yan Jing yang bertubuh lebih tinggi dari semua orang di situ juga berbadan kekar menjawab, “Baik Grand Master.”
“Grand Master, sebenarnya tujuan aku datang kemari adalah karena ingin membicarakan sesuatu mengenai Gao Tian.”
Begitu Dokter Lau menyelesaikan kalimatnya, para guru sekte Tujuh Bintang Kejora memandang ke arah dia. Ada salah satu guru yang menatap Dokter Lau lekat-lekat.Pria tersebut mengenakan sebuah selendang biru yang membelit lehernya beberapa kali hingga nyaris menyelubungi wajah dan menutupi dada. Itupun, syalnya tersebut masih menyisakan juntaian panjang.Sang guru duduk dengan seenaknya. Sebelah kakinya terangkat, tergantung pada tumpuan tangan. Gayanya kelihatan seperti tengah bermalas-malasan. Sorot matanya memandangi Dokter Lau tak bersemangat.“Apa benar Gao Tian bertarung dengan salah satu murid Amukan Penguasa Api?” tanya Guan Ming.“Gao Tian berkelahi?”Seorang perempuan yang memiliki postur tubuh jangkung berisi bertanya. Dia adalah Tsui Ga Bo, pimpinan komisi disiplin dan keamanan sekte Tujuh Bintang Kejora.“Kabar yang tersebar di kalangan para murid begitu. Aku mendengarnya tadi pagi,” tenang Guan Ming menjawab bawahannya.“Betul, Grand Master. Baru saja Gao Tian menjumpaik
“Lantas, bagaimana kalau salah satu anggotanya ternyata adalah seorang siluman?” tanya Zi Qi. Ia menatap Guan Ming seraya menenggelamkan dagunya ke balik syal yang dirinya kenakan.Gunung Perak merupakan sebuah gunung yang terdapat di wilayah paling utara dari penghujung kawasan barat Negeri Pertama.Banyak yang meyakini, Gunung Perak merupakan pusat kerajaan siluman. Itulah mengapa, orang-orang datang ke sana dengan membawa sesajen demi dianugerahi ilmu spiritual atau kekayaan secara cuma-cuma, mendapat jimat, wejangan, hingga menyerahkan diri untuk menjadi siluman.Desa Siluman yang Zi Qi sebut tadi hanyalah sebuah julukan yang disematkan bagi sebuah kawasan pemukiman yang terdapat di kaki gunung itu.Pemukiman di sana digunakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan hal-hal tersebut sebagai persinggahan sementara mereka. Itulah mengapa, tempat itu dinamai Desa Siluman.Sembari meracik teh, Guan Ming menjawab pertanyaan bawahannya. “Seseorang menjadi jahat karena latar belakangnya.
Terlintas pemikiran kotor dalam kepala Xuanwu. Pada masanya, sosok si Raja Iblis dipuja-puja oleh kaum hawa. Parasnya sangat tampan. Bentuk wajah tirusnya memiliki hidung lancip. Rambut Xuanwu memanjang indah mencapai pinggang dan dihiasi aksesoris mahal. Dia seorang lelaki bermuka manis. Bahkan bisa dibilang, parasnya itu sudah menjurus ke arah cantik. Ilmu hitam bisa mempengaruhi sisi buruk orang yang mendalaminya dari segi mental, laksana candu. Tidak mengherankan jika dahulu kala, banyak wanita yang jatuh dalam pelukan Xuanwu. Itulah kenapa, ia disebut juga sebagai: ‘Iblis Gairah’. Karena, mampu membuat perempuan manapun memasrahkan keperawanannya pada dia. Belum lagi, mematahkan hati mereka yang tidak ia kehendaki. “Aku tidak bisa mengadali Gao Tian bahwa sebagai syarat agar dia bisa mengerahkan ilmu spiritualku, ia mesti meniduri seorang wanita. Dia anak baik-baik. Bisa-bisa, si dungu ini curiga terhadapku. Tetapi mungkin aku bisa mengajarinya untuk tebar pesona, merayu …”
Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian. Telah mengucurkan keringat karena sedari tadi mesti memanggul dua bakul tumpukan batu dari satu tempat ke tempat yang lain, perkataan Xuanwu tentu membuat dirinya dongkol.“Kau setuju karena yang menjatuhkan hukuman bagiku adalah wanita idamanmu?”Sambil membalas apa yang diucapkan Xuanwu melalui kontak batin mereka, Gao Tian menatap keki pada kakak angkatannya yang berlagak bak seorang mandor.“Tidak, bukan begitu. Aku serius. Pagi-pagi kamu sudah membersihkan perguruan dilanjut latihan fisik. Sekarang kau membantu pembangunan pengembangan institut. Nanti sore kamu akan kembali bersih-bersih dan latihan fisik lagi. Bagus,” papar Xuanwu diakhiri memuji.“Bagus kenapa? Supaya aku lelah dan akan merengek pada Master Tsui untuk minta dipijat dan kau senang karena bisa disentuh-sentuh oleh beliau?” keluh Gao Tian. Dia beranjak untuk membawa tumpukan batu selanjutnya.“Ide yang bagus. Pada saat perempuan sakti nan seksi itu memijatmu, tolong izinkan
“Ha …?!”Benar apa yang dikatakan kakak kelas Gao Tian. Bakul yang dibawa oleh si adik angkatan jebol. Dengan polosnya, Gao Tian melongo memandangi bebatuan yang berserakan di tanah.“Sudah ku bilang, jangan kau membawa terlalu banyak batu, Gao Tian … lihat, bakulmu sekarang rusak dasar anak bebal!”Senior Gao Tian langsung bereaksi. Diiringi mimik gusar, ia melangkah mendekat pada Gao Tian yang kikuk karena melakukan kesalahan.“Ma-maaf, Kak Hwan Ching. Biar aku mengambil bakul baru dan memasangnya lagi,” sambut Gao Tian.“Kamu memang tidak berguna, Gao Tian! Kamu tidak layak untuk berada di sekte Tujuh Bintang Kejora. Untung saja Grand Master berbelas kasihan padamu. Keberadaanmu di sini seperti noda bagi sekte ini, tahu tidak …?!”Xuanwu yang masih duduk di kursi kebesarannya memandang tajam ke arah pemuda yang berbicara pada Gao Tian tersebut.Dia tidak tahu apa yang dirasakan Gao Tian. Tapi bahkan ia sendiri saja menilai kata-kata siswa tingkat akhir itu sangatlah berlebihan.Tua
Gaya bertarung Gao Tian sama dengan Tan Guan Ming. Sekira musuh belum mengerahkan teknik yang membahayakan, Gao Tian hanya mengelak dan menangkis. Tetapi begitu musuh lengah atau meninggalkan celah setitik saja … Dhuest, dhuest, dhuest! Melihat pertahanan Hwan Ching terbuka, Gao Tian melepaskan kombinasi pukulan. Badan Hwan Ching terkena dua serangan cepat Gao Tian, begitu juga pipi kirinya. Dia memlilih mundur. “Hanya segitu tenagamu, Gao Tian? Pantas saja kau tidak memiliki ilmu spiritual. Memukul saja lemah begitu!” ejek Hwan Ching. Padahal, dirinya was-was. Ia tidak mengetahui Gao Tian mewarisi cara bertarung guru besar mereka. “Aku tidak ingin bertarung denganmu, Kak. Sekali lagi aku minta maaf. Bagaimana kalau kita akhiri saja pertarungan kita sehingga aku bisa kembali bekerja,” ucap Gao Tian merendah. “Banyak cakap kau!” Keki karena Gao Tian berhasil mendaratkan serangan terhadap dia, Hwan Ching tidak mau mengalah. Dia segera me
Di tempat dirinya berada, Xuanwu yang duduk pada kursi kebesarannya menggerakkan sebelah tangan dengan telapak terbuka. Wajahnya membentuk ekspresi terkejut yang jenaka tanda riang.“Pintar juga kamu, Gao Tian. Betul, betul! Minta pada dewi kestaria ini untuk digojlok setiap hari. Sehingga, kamu menjadi lebih kuat lagi. Tidak lupa, kamu juga harus mencari masalah. Supaya aku bisa mengagumi kecantikan surgawinya setiap saat!” Xuanwu berceloteh.Permintaan Gao Tian itu mengundang Fenglei yang berdiri di belakang kiri dia memandang ke arahnya. Hwan Ching terheran-heran. Adik kelasnya itu terkena sangsi. Tapi, malah dengan suka hati melakukannya.Ga Bo tidak langsung bereaksi. Ia menatap Gao Tian seperti biasa. Penuh kasih sayang, namun tetap tegas. Ia tengah berpikir.“Anak manis ini malah meminta untuk menjalani sangsinya lebih lama. Apakah …, dia mendapati. Dengan bekerja keras dan olah fisik yang tinggi, kemampuan spiritualnya ban
Pekerja dengan jambang tebal pada sebagian wajahnya juga mengenakan topi bambu berkata pada Gao Tian.“Terima kasih atas pujiannya, Paman. Semua itu karena didikan para guru kami di sini,” ucap Gao Tian.Mungkin karena dirinya baru saja bisa mengerahkan ilmu spiritual tanpa bimbingan guru-gurunya, dia tidak menyadari.Agak mengeherankan apabila pekerja sipil seperti laki-laki itu membicarakan kekuatan spiritual. Karena, hanya mereka yang juga memiliki ilmu spirituallah yang mampu melihat pancaran energi spiritual orang lain.Berarti seharusnya dari kata-kata dia, ahli bangunan tersebut dapat melihat seperti apa pancaran kekuatan milik Gao Tian.“Apakah kamu mengetahui, mengapa ia disebut dengan: ‘kekuatan spiritual’?” si ahli bangunan bertanya.Saat itu, baik para pekerja maupaun Gao Tian sedang beristirahat. Sudah dari pagi mereka mulai bekerja. Ga Bo telah menyampaikan pada Gao Tian bahwa muridnya itu menggantikan peran murid yang biasanya menjadi pengawas pekerjaan secara bergantia
“Sembarangan bagaimana maksudmu?!” balas si nenek cuek.Dia terlihat tersenyum lega malahan girang. Seolah, dia merasa puas. Karena, selesai melakukan tugasnya dengan baik. Sudah mulai bungkuk, dia masih berjalan penuh kepercayaan diri. Malahan, gagah walau lambat.“Nenek menyebut pendekar muda Bintang Kejora itu sebagai Tuan Muda Gao di hadapan Nona Su dan Tuan Muda Fang. Aku hanya khawatir, mereka berdua merasa tersinggung karena ada rakyat biasa yang disebut demikian,” ujar sang cucu lagi.“Rakyat biasa? Dia bukan warga sipil, cucuku. Tuan Muda Gao merupakan saudara sumpah mereka sejak ribuan tahun. Tak mungkin mereka merasa demikian. Lagi pula, anak itu memang adalah seorang Gao!”Walau merasa neneknya bertingkah agak aneh, sang cucu tersenyum jenaka. Menurut dia, neneknya memang melakukan hal yang lucu.“Bagaimana bisa Nenek merasa yakin bahwa dia adalah seorang Gao?” tanya si cucu. Wajahnya menjadi kocak karena ingin mencandai neneknya.“Wajahnya. Aku dapat memastikan. Pahatan t
Tiba-tiba kedengaran suara seorang ibu tua memanggil-manggil. Semestinya, orang yang pantas untuk dipanggil demikian adalah Fang Fenglei atau Lai Chun Ho.Akan tetapi secara mengejutkan, ibu tua yang mulai bongkok itu berjalan buru-buru mendekat pada Xiao Mei dan Gao Tian.“Tuan Muda …!”Sebetulnya Gao Tian juga Xiao Mei telah mendengar suara ibu tua tersebut memanggil-manggil. Akan tetapi, keduanya mengira ia memanggil si Kakak Pertama.Namun ternyata, ia mendatangi Gao Tian hingga meraih dan menarik baju murid Tujuh Bintang Kejora tersebut.“Tuan Muda Gao …!”Sontak, Gao Tian menoleh ke belakang. Wanita tua yang ia terka mungkin sudah berada di atas 80 tahun malahan mungkin 90-an itu menatap tersenyum padanya.Bukan senyum biasa. Dia memandang Gao Tian bak melihat cucunya sendiri, begitu penuh welas asih bahkan riang.“Tuan Muda Gao, aku sudah melihatmu dari kejauhan sejak tadi, ini
Menurut Xiao Mei, kehadiran Fenglei justru bakal menjadi penetralisir kencan dia dengan Gao Tian. Ia bisa menyembunyikan dari Chun Ho bahwa sebetulnya dia dan si Bintang Kejora sudah membuat janji makan siang bersama terlebih dahulu.Pengakuan Gao Tian membuat Xiao Mei tersenyum. “Tidak mengapa. Biar Kakak Pertama ikut bersama kita,” kata dia ceria.“Sebetulnya …, aku berjanji akan mentraktir dia. Karena, paman dan bibimu memberiku upah yang lumayan …”“Tidak perlu kau mentraktir Kakak Pertama. Biar aku saja yang membayarnya nanti!” Xiao Mei menyerobot kata-kata Gao Tian.“Ya sudah, berarti aku yang akan membayar bagianmu,” sambut Gao Tian mengusulkan dengan tersenyum cerah. Akan tetapi, Xiao Mei malah cemberut.“Aku yang mengajakmu untuk makan siang bersama sebagai imabalan kamu dapat memusnahkan roh jahat malam itu, Gao Tian. Jadi, tidak usah kau mengeluarkan uang buatku!” sergah Xiao Mei galak.Gao Tian hanya bisa menurut pada gadis bangsawan yang ada di hadapannya. Xiao Mei memand
Serasa melihat dewi yang turun dari langit, Chun Ho tersenyum pada Xiao Mei penuh keterkaguman, lantas dia berucap, “Kau cantik sekali hari ini.”Dipuji oleh Chun Ho, Xiao Mei malah agak kikuk. Nyaris saja dia menkuk wajah karena tak mampu menyembunyikan demi siapa dia tampil paripurna sedemikian rupa.Meski begitu, sang putri Su terpaksa tersenyum anggun, lalu membalas, “Aku adalah seorang putri Su. Sudah seharusnya aku tampil seperti ini.”“Xiao Mei …, apakah … kamu ada kesibukan?” tanya Chun Ho bagai ragu pada wanita yang tengah disanding-sandingkan oleh keluarganya dengan dirinya tersebut.Ingin rasanya Xiao Mei ‘mengusir’ Chun Ho dengan menyampaikan bahwa hari itu ia memiliki janji. Akan tetapi, Xiao Mei tahu. Diam-diam di ruang sebelah, ayah dan ibunya pasti menyimak.Memang benar. Su Yu Ping dan Liao Bi berusaha menyimak obrolan anak perempuan mereka dengan Chun Ho.Terpaksa, Xiao Mei menjawab pertanyaan si Kesatria Bukit Elok. “Sebetulnya, aku berencana untuk keluar memang …”
Begitu ucap Pendeta Fu setelah Zi Qi menyampaikan apa yang terjadi saat mereka berhadapan dengan Ruo Gang. Sang pendeta berkata lagi.“Namun setidaknya, ia tidak seperti ingin menunjukkan bahwa dirinya telah memiliki kekuatan spiritual atau juga tanda-tanda memberontak pada sekte atau apapun. Setidaknya, itu merupakan pertanda bahwa didikan kalian dipegang teguh dengan sangat baik oleh dia.”“Terpujilah para dewa apabila ajaran kami tertanam dalam dirinya,” sambut Tan Guan Ming. “Kemudian semalam, sepertinya ia sudah mengusir roh jahat dalam gua tersebut. Itu berarti, dia menggunakan kekuatan spiritualnya untuk kebajikan.”Semalam, Gao Tian telah melaporkan dan mendapat rekomendasi dari Xiao Mei. Bahwa, insiden supranatural Raja Kalajengking Iblis atau disebut ‘teror hantu kalajengking’ telah diselesaikan. Lucunya, Gao Tian mengaku bahwa ternyata, roh jahat itu takut pada jimat yang diberikan Zi Qi.Terang saja, para gurunya langsung tahu. Gao Tian yang berhasil mengalahkan kalajengki
“Ha…?”Lucu. Gao Tian yang berpembawaan kalem melongo melihat sosok wanita yang ada di hadapannya. Bukan apa-apa, Huanzu saat itu muncul tanpa berpakaian sedikitpun.Kulit putih dan tonjolan-tonjolan pada tubuhnya terekspos. Rambutnya tertata cantik dengan aksesoris indah pada kepalanya. Dia mengenakan anting-anting berbandul hijau.Bibirnya berwarna hijau cerah, bahkan kuku-kuku baik tangan maupun kaki Huanzu juga berwarna hijau.“Hai, adik kecil, bagaimana. Apakah kamu suka melihatku?” ucap Huanzu. Dia berpose dengan menekuk sebelah lutut, sementara berkacak pinggang.Sebagai laki-laki sejati, sudah barang tentu tubuh Gao Tian bereaksi melihat pemandangan indah yang ada di hadapannya.Akan tetapi, ia sadar. Yang dia lihat merupakan sosok roh jahat wanita. Selain itu hingga saat ini, mungkin hanya tubuh indah Xiao Mei yang merupakan wujud yang sangat ideal baginya.Terutama saat itu, Gao Tian sedang merasa riang. Nanti siang, dia akan makan bersama dengan Xiao Mei. Sehingga, dia tida
“Oh, itu …, anu … euh …”Pertanyaan Xiao Mei membuat Gao Tian gugup. Saat itulah si putri Su menyadari. Gao Tian kemungkinan ingin menyampaikan sesuatu. Akan tetapi, hambanya di Balai Riung Kejora Merah tersebut kemungkinan merasa kikuk dengan para anak buahnya yang ada di sana.“Hhhh…!” Xiao Mei menghela napas halus, kemudian meraih tangan Gao Tian dan membawa pengawalnya itu menjauh dari yang lain. “Apa yang mau kau katakan kepadaku?” tanya Xiao Mei pada Gao Tian dengan ekspresi galaknya.“Ak-aku baru saja bertarung dengan roh jahat, Xiao Mei,” ungkap Gao Tian.Dia tidak bisa berbohong pada Xiao Mei, terkeculai mengenai Xuanwu yang berada dalam dirinya. Sehingga sekarang, Gao Tian menyampaikan yang sejujurnya pada Xiao Mei tentang apa yang dirinya alami.Sedangkan Xiao Mei terang saja tertegun dengan apa yang dikatakan oleh Gao Tian. “K-kamu … dapat bertarung dengan roh jahat?!” Xiao Mei berusaha memastikan.“Begitulah, Xiao Mei,” Gao Tian menjawab lugu.Sekarang Xiao Mei tertegun.
Dari salah satu benteng kastil kelaurganya, Xiao Mei hanya bisa melihat samar-samar. Ada hewan yang menurutnya mirip dengan kalajengking. Ia tidak mengetahui, orang yang sedang berhadapan dengan makhluk tersebut adalah Gao Tian.“Siapkan 1 regu pasukan untuk ikut denganku ke atas sana. Tidak usah terburu-buru. Karena sepertinya, ada orang yang sedang menghadapi … entah sosok apa itu,” titah Xiao Mei pada para anak buahnya.“Siap, Nona Su!” sambut bawahan sang putri.Kembali pada Gao Tian. Menaklukkan Raja Kalajenging Setan sesuai keinginan Xuanwu tidaklah mudah. Dia harus bersabar. Pengerahan kekuatan spiritualnya pun mesti sangat terukur.Sebab salah-salah, bisa saja kalajengking jadi-jadian itu malah musnah. Jika sudah demikian, Xuanwu tidak akan bisa lagi menyerap roh jahat itu.“Lantas kapan kalajengking ini mulai menyerah? Yang mererpotkan adalah serangan tembakan energi yang berasal dari buntutnya itu. Tampak berbahaya!” batin Gao Tian.Berusaha untuk sabar, Gao Tian terus mengg
Sambil terkaget-kaget karena sepertinya dia bertemu dengan junjungannya, wanita serba hijau bernama Huanznu itu terus melangkah menuju tahta Xuanwu.“Aku … aku sendiri tidak tahu. 10 tahun yang lalu, aku disegel di sini menggunakan sebuah batang bambu oleh Pendeta Fu. Konon aku baru dapat lepas 5 tahun lagi. Tapi barusan, anak ini …”Huanzu tidak meneruskan kata-katanya. Ia memikirkan sesuatu yang sepertinya juga terlintas dalam pikiran Xuanwu.“Gao Tian. Anak itu mampu melepaskan segel dengan hanya menyentuhnya? Bagaimana mungkin?” batin Xuanwu. Lantas, dia berkata pada Huanzu. “Barusan … kekuatan spiritual yang ia kerahkan … berasal darimu, bukan?”“Aku rasa begitu, Tuan Xuanwu,” Huanzu terus berjalan. Sekarang ia meniti tangga platform tempat pimpnannya berada.“Kamu sama sekali tidak mengerahkannya, bukan?”“Tentu tidak, Tuan. Dia dapat mengambilnya sendiri, untuk apa aku repot-repot?”Sementara bertanya jawab dengan Huanzu, Xuanwu terus berpikir. “Tunggu, tunggu. Ada yang salah d