Share

Bab 67

Author: Danira Widia
Janice melirik ke arah Vania yang sedang menunduk dan memegangi kepalanya. Dia merasa sedikit linglung.

Berhubung Rudy dan yang lainnya sudah pergi, Janice akan menghabiskan segelas anggur terakhir ini. Kemudian, dia akan mencari alasan untuk pergi.

Dengan begitu, Janice tidak akan terkesan tidak sopan. Lagi pula, dia sudah meminum obat mabuk. Minum segelas lagi seharusnya tidak akan menjadi masalah.

Tepat ketika Janice hendak menenggak anggur itu, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka. Jason masuk dengan raut dingin. Melihat kehadirannya, ekspresi ketiga pria paruh baya itu menjadi lebih kalem.

Salah satu dari mereka bertanya dengan penasaran, "Jason, bibirmu kenapa? Baik-baik saja, 'kan?"

Jason menyentuh pelan bibirnya dan membalas, "Kena gigit."

Mendengar itu, pipi Janice sontak merona. Ketiga pria itu mengira Jason tidak sengaja menggigitnya sendiri. Mereka pun tidak membahasnya lagi.

Salah seorang dari mereka menunjuk Vania yang sedang duduk bertopang dagu dan berkata, "Jason, Va
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Lagian jaman sekarang, mau nolak yg ga baik ajah, seperti minuman alkohil aja pk sungkan2. Mau ga dpt kerjaan, jgn dihiraukan. Emang janice mau dilecehkan dan dioerkksa sm 3 laki2 itu. Swlamatkan diri dl lah. Walau sdh minum obat anti mabuk. Jgn lebayy. Kabur sana.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 68

    "Gadis jalang!" maki salah satu pria cabul itu."Sebaiknya jaga bicaramu. Aku sudah mulai merekam saat kalian memaksaku minum. Video ini juga sudah kukirim ke teman sekamarku. Kalau aku nggak pulang tepat waktu ke asrama malam ini, besok video ini dipastikan akan jadi trending topic di internet. Kalian nggak mungkin rela hasil kerja keras kalian selama belasan tahun hancur karena aku, 'kan?" gertak Janice.Ketiga orang itu saling memandang. Namun, mereka tidak terlihat terlalu cemas.Salah satu dari mereka berucap dengan sinis, "Kami menghadiri perayaan ini untuk menghormati undangan Pak Rudy. Wajar saja kalau minum-minum dalam acara seperti ini. Lagi pula, kami bisa beralasan kalau kamulah yang merayu kami."Pria lainnya menimpali sambil tersenyum, "Lihat saja gaun yang kamu kenakan. Jelas sekali kalau kamu ingin merayu kami. Para netizen nggak suka dengar cerita wanita yang ditindas. Yang mereka suka dengar itu cerita wanita yang dapat karma dari ulahnya sendiri."Pria ketiga menamba

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 69

    Janice terbangun di rumah sakit. Mungkin karena trauma, pandangannya gelap gulita. Namun, dia bisa merasakan seseorang bergerak di depannya."Siapa di sana?" tanya Janice dengan suara serak. Dia meraih apa pun yang terjangkau tangannya dan melemparnya ke depan.Tingkah histerisnya mengejutkan semua orang di dalam bangsal. Terdengar suara isakan pelan, lalu seseorang segera mendekat."Janice, kamu kenapa? Ini Ibu, Nak!" ucap Ivy sambil menghampiri Janice. Air mata mengalir deras di pipinya.Janice mengulurkan tangannya ke depan, napasnya tidak teratur. Dia bertanya dengan panik, "Ibu di mana? Kenapa aku nggak bisa lihat Ibu?"Ivy membelalakkan matanya. Tangisnya seketika terhenti saat dia berucap, "Janice, jangan menakuti Ibu!"Janice menatap kosong ke depan dan berkata dengan suara bergetar, "Bu ...."Seisi ruangan jatuh ke dalam keheningan.Kemudian, Ivy tiba-tiba berseru sambil menangis, "Dokter! Dokter!"Dokter yang datang adalah teman Jason. Setelah memeriksa Janice, ekspresinya me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 70

    Ivy menatap kedua pria mesum itu dengan tajam. Dia tidak sanggup membayangkan nasib gadis malang mana pun yang jatuh ke tangan mereka."Selidiki kasus ini sampai tuntas!" tuntut Ivy pada polisi di sana.Wajah kedua pria itu memucat. Luka memar di wajah mereka terlihat kian jelas, membuat keduanya terlihat mengerikan.Mereka memang cukup terkenal di industri, tetapi mereka jelas bukan tandingan Keluarga Karim. Siapa yang sanggup menyinggung keluarga berpengaruh itu?Keduanya saling berpandangan. Melihat situasi sudah seburuk ini, mereka memutuskan untuk mengambil risiko dengan mengeluarkan ancaman."Bu Ivy, bagaimanapun kami hanya pria biasa. Apalagi, kami juga minum-minum. Kami hanya berbuat begitu karena nggak tahan godaan. Demi reputasi putrimu, tolong maklumi kami sekali ini," ucap salah seorang pria itu.Ivy membelalakkan matanya dan membalas dengan tajam, "Godaan? Kamu mau bilang kalau putriku merayu kalian bertiga?"Kedua pria itu mengangguk. Seorang dari mereka menyahut, "Memang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 71

    Bukan masalah besar? Janice tertawa dingin. Kemudian, dia berkata pada para polisi sambil menunduk, "Kalian sudah dengar sendiri. Mereka nggak mengakui perbuatan mereka. Vania juga bersaksi untuk mereka. Kalau begitu, aku ingin meminta mereka menyerahkan bukti.""Tunjukkan bukti yang bisa menunjukkan kalau aku merayu mereka. Selain itu, aku juga meminta bukti atas tuduhan Vania kalau aku mengambil jalan pintas untuk mendapat koneksi.""Kalian pasti membuat rekaman saat menangani kasus. Sekarang mereka bertiga sudah nggak bisa mengubah pernyataan mereka, bukan?" tanya Janice.Begitu kata-kata itu terlontar, Vania dan kedua pria itu langsung tertegun. Raut puas Vania barusan seketika lenyap, digantikan keterkejutan.Awalnya, Vania bisa memilih untuk diam dan tidak terlibat. Siapa suruh dia membela para pria bejat itu? Kini, dia pun tidak bisa kabur.Salah seorang polisi mengangguk dan menyahut, "Kamera kami selalu menyala, jadi semua perkataan mereka terekam jelas. Apa kalian punya bukti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 72

    Vania menyeka air matanya dan bergeser lebih dekat ke Jason. Dia menatap kedua pria itu dengan sorot mengancam. Sebelum bicara, lihat dahulu siapa kekasihnya!Napas kedua pria itu tercekat. Teman mereka yang masih terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit terbayang di pikiran mereka.Mereka lebih baik mati daripada hidup sengsara karena menyinggung Jason!Keduanya terpaksa menunduk dan meminta maaf, "Maaf, Janice. Kami minum terlalu banyak dan hilang kendali. Kami bersalah. Tolong ampuni kami.""Nggak bakal," balas Janice dengan dingin. "Kalau aku mengampuni kalian, kalian nggak akan kapok. Entah siapa yang akan jadi korban kalian di masa depan. Ini buah dari perbuatan kalian sendiri. Rasakan, siapa suruh kalian percaya begitu saja sama omongan orang."Sindiran Janice membuat ekspresi Vania menegang. Namun, dia tidak berani melampiaskan emosinya.Dua pria itu tidak terima masa depan mereka hancur begitu saja. Tanpa memedulikan larangan polisi, mereka menghampiri Janice untuk memin

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 73

    Pipi Vania bertambah merah. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia tidak berani menangis.Vania juga tidak punya nyali untuk marah-marah. Sambil memasang ekspresi terluka, dia mengulurkan tangan untuk meraih Jason.Namun, Jason tiba-tiba mengangkat tangan untuk merapikan lengan bajunya. Dia menghindari sentuhan gadis itu dengan santai."Jason, aku tunanganmu," ucap Vania dengan mata memerah.Jason meliriknya sekilas, lalu membalas dengan datar, "Ya, baru tunangan."Ekspresi Vania sontak membeku. Jason mencondongkan tubuhnya dan berucap, "Kamu masih orang luar, tapi secara hukum Janice adalah anggota Keluarga Karim. Seburuk apa pun dirinya, orang luar nggak berhak menindasnya. Kita sama-sama tahu, hubungan apa yang kita miliki."Usai berkata begitu, Jason memberikan kertas antrean ke tangan Vania. Kemudian, dia segera pergi dari situ.Vania membelalak tidak percaya. Dia berdiri untuk menahan Jason, tetapi Norman langsung mengadangnya."Nona Vania, silakan duduk," ucap Norman."Jason ... Jason

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 74

    Janice tidak menyalahkan Tracy. Dia bahkan membantunya mencari alasan dengan berkata, "Kak, perubahan cuaca belakangan ini cukup ekstrem. Kesehatan Bibi kurang baik. Lebih baik Kakak pulang dan melihat kondisi Bibi."Yoshua tersenyum tipis dan membalas, "Oke, aku pergi sekarang.""Sampai jumpa," ucap Janice.Setelah Yoshua pergi, lidah Janice tiba-tiba terasa aneh. Alkohol yang diminumnya semalam bercampur dengan bola ketan anggur tadi, membuatnya merasa tidak nyaman.Meski sudah berganti ke gaun rumah sakit, bau makanan yang diletakkan cukup lama di meja makan juga mulai mengganggunya.Untungnya, Janice sudah pernah ke rumah sakit ini sebelumnya. Jadi, dia mengetahui tata letak ruangannya dengan baik.Janice pelan-pelan turun dari ranjang, lalu meraba-raba menuju lemari. Dia membuka lemari itu dan mengambil pakaian yang dibawakan Ivy. Setelah itu, dia berjalan hati-hati ke kamar mandi.Janice menyalakan keran pancuran dan menyisir rambutnya dengan tangan. Dia membungkuk untuk keramas,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 75

    Rambut panjang Janice menempel berantakan di dahi dan tengkuknya. Wajahnya basah, membuatnya terlihat pucat dan rapuh. Lapisan air yang menempel di bibir ranumnya menambah kesan seksi.Tetesan air juga membasahi gaun rumah sakit Janice, membuat gaun putih biru itu menempel ketat ke kulitnya. Tanpa dia sadari, tulang selangka dan tubuh di balik pakaian dalam berwarna terangnya terekspos jelas.Janice tidak menyadari tatapan Jason padanya. Dia hanya merasakan napas pria itu menjadi berat.Janice melangkah mundur dan Jason melangkah maju. Pria itu terus mendekatinya hingga akhirnya dia tidak bisa mundur ke mana-mana lagi. Jason berdiri tepat di depannya, menatapnya dengan intens bak binatang buas yang sedang mengawasi mangsanya.Ketika Jason mengangkat tangannya, Janice sontak menahan napas dan menggenggam erat cincin di tangannya. Tiba-tiba, sehelai handuk jatuh ke kepalanya."Aku pergi dulu," ucap Jason dengan suara serak."Paman, cincinmu!" kata Janice sambil mengulurkan cincin itu.Ja

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 520

    Janice menatap punggung Jason yang menjauh. Tatapannya tiba-tiba menjadi dingin, meskipun ekspresinya tidak menunjukkan keterkejutan sedikit pun.Dia memandang langit yang kelabu, senyuman pahitnya terasa begitu hampa. Akhirnya, semua berjalan seperti yang dia duga.Di kehidupan sebelumnya, kecelakaan Ivy dan Zachary pasti berkaitan dengan kerja sama ini. Jason telah membohonginya.Dia bilang kecelakaan itu terjadi karena Ivy dan Zachary membantunya mencari bukti kejahatan Vania. Padahal, itu hanya cara untuk mengalihkan perhatiannya.Dengan demikian, dia tidak menyadari bahwa suami misterius yang dinikahi Elaine adalah Zachary, juga tidak memperhatikan bahwa Jason langsung menjalin kerja sama besar dengan Elaine setelah kecelakaan itu.Sebenarnya, semua tanda sudah ada sejak awal. Vania sama sekali tidak pernah menyebut soal kecelakaan itu di hadapannya.Dengan kepribadian Vania yang bermuka dua, jika dia tahu sesuatu sebesar ini, dia pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menyak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 519

    Selesai makan, Janice berdiri dan bersiap pergi. Namun, Rachel tiba-tiba menggamit lengannya dengan akrab. "Janice, kenapa tiba-tiba mau menikah dengan Thiago? Aku kira kamu dan kakakku ....""Nggak, kamu sudah salah paham." Janice langsung memotong perkataannya, tidak ingin Rachel mengaitkan masalah ini dengan Landon.Rachel melirik ke sekeliling, lalu menarik Janice ke sudut ruangan. "Janice, meskipun Thiago bukan pria yang buruk, menurutku ibunya kurang baik. Saat menikah, kamu bukan hanya menikahi pria itu, tapi juga keluarganya.""Pikirkan baik-baik. Setidaknya cari seseorang seperti kakakku atau Jason. Kamu juga nggak kalah dari mereka kok."Mendengar itu, hati Janice terasa semakin getir. Kadang, dia berharap Rachel bisa menyombongkan diri dengan bangga, sehingga Janice bisa menemukan alasan untuk menjauh darinya atau bahkan membencinya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Seorang anak yang tumbuh dalam kasih sayang, meskipun tidak sempurna, tetap akan ada orang yang memujiny

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 518

    Saat Janice kembali ke meja makan, matanya merah dan bengkak. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu bahwa dia baru saja menangis.Rachel segera meletakkan sendoknya dan menyerahkan selembar tisu. "Janice, ada apa?"Janice menggenggam tisu itu, lalu berkata dengan menahan diri, "Nggak apa-apa, sabun cuci tangan terciprat ke mataku tadi."Mendengar itu, Elaine melirik mata Janice yang memerah dan bengkak, lalu tersenyum sinis. Sambil menyeruput supnya, dia melirik Penny dengan penuh arti.Penny meletakkan sendoknya, lalu merapikan mantel bulu di bahunya. Dia menatap Janice dengan ekspresi penuh belas kasih. "Janice, kami sudah berdiskusi dengan Jason dan yang lainnya. Minggu depan kalian akan menikah. Nggak perlu acara yang terlalu mewah."Janice mengangkat matanya perlahan, lalu menatap Jason dengan dingin. "Nggak perlu kasih tahu aku.""Bagus kalau kamu mengerti. Seorang wanita harus mengikuti dan mematuhi suaminya. Wanita zaman sekarang terlalu dimanjakan, seharusnya diajari untuk patu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 517

    Rupanya begitu. Bulu mata tebalnya menutupi kilatan di matanya, lalu dia menyahut dengan suara dingin, "Aku nggak suka."Akhirnya, Rachel memesan ronde. Thiago sudah tiga kali mendesak, barulah pelayan mengutamakan untuk mengantarkan pesanan mereka.Rachel membagikan ronde itu kepada semua orang, kecuali Janice. Setelah mencicipi sesendok, dia mendekat ke Jason dan berkata, "Nggak seenak yang kamu beli.""Hm." Jason hanya menanggapi dengan datar.Janice tetap terlihat tenang, tetapi Penny yang duduk di seberang tampak kurang puas. "Janice, kamu harus makan lebih banyak daging. Kalau nggak, gimana bisa melahirkan nanti? Nih, ini potongan yang berlemak. Aku ambilkan untukmu. Jangan bilang keluarga kami nggak memperlakukanmu dengan baik."Janice mengernyit. "Nggak perlu."Namun, Penny sama sekali tidak mendengarkannya. Dia langsung mengambil sepotong besar daging berlemak dan berminyak, lalu menaruhnya ke piring Janice.Thiago meliriknya dari samping. "Dengar kata ibuku."Janice menggigit

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 516

    Mendengar suara itu, Thiago segera melepaskan tangan Janice, lalu merapikan jasnya sebelum bangkit dengan senyuman ramah. "Bu Rachel, sudah lama nggak bertemu.""Thiago?" Rachel terlihat agak terkejut.Kemudian, dia sedikit memiringkan tubuhnya untuk memperkenalkan kepada orang di belakangnya, "Saat aku menjalani perawatan di luar negeri, Thiago juga dirawat di rumah sakit karena cedera. Kami menjadi teman. Tak disangka, kami bertemu lagi."Saat itulah, Janice baru menyadari bahwa Rachel tidak datang sendirian. Jason dan Elaine juga ada di sana.Dia perlahan mengangkat pandangannya, tepat bertemu dengan tatapan Jason, seperti menatap ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung.Wajah Jason tetap tanpa ekspresi, tetapi aura dinginnya membuat orang merasa seolah-olah jatuh ke dalam gua es.Thiago dan Penny juga melihat Jason. Mereka buru-buru mengangguk memberi salam. "Pak Jason.""Hm." Jason hanya merespons dengan suara dingin, tanpa menunjukkan emosi.Janice mengangguk ringan sebagai b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 515

    Meskipun tidak sebanding dengan Keluarga Karim, Keluarga Tandiono cukup terkenal di bidang pelayaran. Hanya saja, Keluarga Tandiono telah lama menetap di luar negeri dan tidak memiliki hubungan bisnis dengan Elaine.Jika Elaine begitu meremehkannya, lalu kenapa dia memperkenalkan keluarga seperti ini padanya?Penny mendongak saat mendengar suara Janice, menatapnya dari atas hingga bawah dengan teliti. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, seolah-olah sedang menilai barang dagangan.Beberapa saat kemudian, dia berdecak pelan. "Wajahnya lumayan, tapi terlalu kurus. Thiago adalah satu-satunya penerus keluarga kami di generasi keempat. Kamu bisa melahirkan anak laki-laki nggak?"Mendengar itu, Janice melirik Thiago. Tatapan pria itu tetap aneh. Bukan seperti pria yang sedang menilai wanita, tetapi jelas dia sedang mengamati dirinya dari ujung kepala hingga kaki. Ada perasaan tidak nyaman yang mendalam, membuatnya sulit ditebak.Jika Penny tidak menyukainya, Janice punya alasan untuk Ela

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 514

    Begitu Norman selesai bicara, Jason membuka pintu dan keluar.Ketiga orang itu berpandangan.Arya merasa lucu. "Kamu diusir?"Jason mengernyit. "Dia mau tidur."Arya menahan tawa. Siapa yang akan percaya alasan buruk seperti itu?Jason meliriknya. "Awasi dia, jangan biarkan dia berbuat macam-macam."Mendengar itu, Arya langsung paham bahwa Jason sudah mengetahui sebagian besar situasinya. Namun, soal Ivy, dia pasti belum tahu.Arya ragu sejenak sebelum bertanya, "Gimana kalau orang lain yang macam-macam?"Tatapan Jason sontak menjadi dingin. "Grup Karim dan Grup Hartono akan segera bekerja sama. Nggak boleh terjadi kesalahan."Arya terdiam, hanya mengangguk tanpa berkata lagi. Kadang, dia mengagumi ketenangan Jason. Kadang, dia juga merasa prihatin dengan sikap dinginnya.Mungkin Janice benar. Jason memang ditakdirkan menjadi raja yang berkuasa, sedangkan cinta hanyalah hiasan yang tidak penting.Pada saat itu, Arya merasa bersyukur karena Janice bisa melepaskan diri lebih cepat. Jadi,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 513

    Janice mencium aroma manis itu. Tiba-tiba, tatapannya menjadi serius dan perasaan yang sulit diungkapkan muncul di hatinya.Di depan, pria dingin dan angkuh itu berdiri di bawah cahaya lampu dengan tatapan membara yang tertuju padanya.Janice mengalihkan pandangannya, ekspresinya tetap sedingin tadi. "Aku nggak suka. Kalian bawa pulang saja."Norman melirik Jason dengan ragu. Jason maju, mengambil termos makanan dari tangan Norman, lalu duduk di tepi tempat tidur.Dengan jari yang panjang, dia mengaduk isi termos dengan sendok kecil, lalu menyodorkannya ke mulut Janice."Makan.""Nggak mau.""Aku bisa menyuapimu, tapi tanpa sendok." Jason mengucapkan kalimat tak tahu malu itu dengan wajah datar."Kamu ....""Aku nggak tahu malu," sela Jason.Janice menggertakkan giginya, merebut sendok itu, dan menunduk untuk makan. Meskipun tidak ingin mengakuinya, koki Keluarga Karim memang setara dengan koki bintang lima. Ronde ini sederhana, tapi sangat autentik.Manisnya pas di lidahnya, dengan ar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 512

    Punggung tangan Janice tersentuh sesuatu yang panas. Dia refleks menariknya, tetapi genggaman pria itu justru semakin erat. Cengkeramannya seolah-olah ingin menghancurkannya.Janice mengernyit, berusaha melepaskan diri. Ketika dia ingin bicara, matanya tertuju pada perban di tangan Jason.Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan langsung bertemu dengan tatapan hitam pekat pria itu. Cahaya lampu yang hangat jatuh di sudut mata Jason, tetapi tak sedikit pun melembutkan ekspresinya.Janice menatapnya lekat-lekat, "Jason, ada urusan lain? Kalau Keluarga Karim merasa aku harus menerima sisa sembilan cambukan itu, aku bisa kembali sekarang, asalkan aku bisa terlepas dari keluarga ini.""Kamu harus bicara seperti itu padaku?" Jason menatapnya, suara dinginnya mengandung emosi yang sulit ditebak.Janice tertawa sinis. "Memangnya kita sedekat itu?" Dia menghindari tatapan Jason dengan dingin, ingin menjauh darinya.Melihat Janice yang begitu dingin dan menghindarinya, emosi Jason yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status