Share

Bab 71

Author: Danira Widia
Bukan masalah besar? Janice tertawa dingin. Kemudian, dia berkata pada para polisi sambil menunduk, "Kalian sudah dengar sendiri. Mereka nggak mengakui perbuatan mereka. Vania juga bersaksi untuk mereka. Kalau begitu, aku ingin meminta mereka menyerahkan bukti."

"Tunjukkan bukti yang bisa menunjukkan kalau aku merayu mereka. Selain itu, aku juga meminta bukti atas tuduhan Vania kalau aku mengambil jalan pintas untuk mendapat koneksi."

"Kalian pasti membuat rekaman saat menangani kasus. Sekarang mereka bertiga sudah nggak bisa mengubah pernyataan mereka, bukan?" tanya Janice.

Begitu kata-kata itu terlontar, Vania dan kedua pria itu langsung tertegun. Raut puas Vania barusan seketika lenyap, digantikan keterkejutan.

Awalnya, Vania bisa memilih untuk diam dan tidak terlibat. Siapa suruh dia membela para pria bejat itu? Kini, dia pun tidak bisa kabur.

Salah seorang polisi mengangguk dan menyahut, "Kamera kami selalu menyala, jadi semua perkataan mereka terekam jelas. Apa kalian punya bukti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ida Wida
nah ini baru ada perubahan , karma pasti ada
goodnovel comment avatar
effie puji
ceritanya keterlaluan sekali antagonisnya terlalu dipaksakan dan sangat sering, alhasil si Janice selalu menderita, dan gak masuk akal bngt, sorry to say tapi aku brhenti baca novel ini thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 72

    Vania menyeka air matanya dan bergeser lebih dekat ke Jason. Dia menatap kedua pria itu dengan sorot mengancam. Sebelum bicara, lihat dahulu siapa kekasihnya!Napas kedua pria itu tercekat. Teman mereka yang masih terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit terbayang di pikiran mereka.Mereka lebih baik mati daripada hidup sengsara karena menyinggung Jason!Keduanya terpaksa menunduk dan meminta maaf, "Maaf, Janice. Kami minum terlalu banyak dan hilang kendali. Kami bersalah. Tolong ampuni kami.""Nggak bakal," balas Janice dengan dingin. "Kalau aku mengampuni kalian, kalian nggak akan kapok. Entah siapa yang akan jadi korban kalian di masa depan. Ini buah dari perbuatan kalian sendiri. Rasakan, siapa suruh kalian percaya begitu saja sama omongan orang."Sindiran Janice membuat ekspresi Vania menegang. Namun, dia tidak berani melampiaskan emosinya.Dua pria itu tidak terima masa depan mereka hancur begitu saja. Tanpa memedulikan larangan polisi, mereka menghampiri Janice untuk memin

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 73

    Pipi Vania bertambah merah. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia tidak berani menangis.Vania juga tidak punya nyali untuk marah-marah. Sambil memasang ekspresi terluka, dia mengulurkan tangan untuk meraih Jason.Namun, Jason tiba-tiba mengangkat tangan untuk merapikan lengan bajunya. Dia menghindari sentuhan gadis itu dengan santai."Jason, aku tunanganmu," ucap Vania dengan mata memerah.Jason meliriknya sekilas, lalu membalas dengan datar, "Ya, baru tunangan."Ekspresi Vania sontak membeku. Jason mencondongkan tubuhnya dan berucap, "Kamu masih orang luar, tapi secara hukum Janice adalah anggota Keluarga Karim. Seburuk apa pun dirinya, orang luar nggak berhak menindasnya. Kita sama-sama tahu, hubungan apa yang kita miliki."Usai berkata begitu, Jason memberikan kertas antrean ke tangan Vania. Kemudian, dia segera pergi dari situ.Vania membelalak tidak percaya. Dia berdiri untuk menahan Jason, tetapi Norman langsung mengadangnya."Nona Vania, silakan duduk," ucap Norman."Jason ... Jason

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 74

    Janice tidak menyalahkan Tracy. Dia bahkan membantunya mencari alasan dengan berkata, "Kak, perubahan cuaca belakangan ini cukup ekstrem. Kesehatan Bibi kurang baik. Lebih baik Kakak pulang dan melihat kondisi Bibi."Yoshua tersenyum tipis dan membalas, "Oke, aku pergi sekarang.""Sampai jumpa," ucap Janice.Setelah Yoshua pergi, lidah Janice tiba-tiba terasa aneh. Alkohol yang diminumnya semalam bercampur dengan bola ketan anggur tadi, membuatnya merasa tidak nyaman.Meski sudah berganti ke gaun rumah sakit, bau makanan yang diletakkan cukup lama di meja makan juga mulai mengganggunya.Untungnya, Janice sudah pernah ke rumah sakit ini sebelumnya. Jadi, dia mengetahui tata letak ruangannya dengan baik.Janice pelan-pelan turun dari ranjang, lalu meraba-raba menuju lemari. Dia membuka lemari itu dan mengambil pakaian yang dibawakan Ivy. Setelah itu, dia berjalan hati-hati ke kamar mandi.Janice menyalakan keran pancuran dan menyisir rambutnya dengan tangan. Dia membungkuk untuk keramas,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 75

    Rambut panjang Janice menempel berantakan di dahi dan tengkuknya. Wajahnya basah, membuatnya terlihat pucat dan rapuh. Lapisan air yang menempel di bibir ranumnya menambah kesan seksi.Tetesan air juga membasahi gaun rumah sakit Janice, membuat gaun putih biru itu menempel ketat ke kulitnya. Tanpa dia sadari, tulang selangka dan tubuh di balik pakaian dalam berwarna terangnya terekspos jelas.Janice tidak menyadari tatapan Jason padanya. Dia hanya merasakan napas pria itu menjadi berat.Janice melangkah mundur dan Jason melangkah maju. Pria itu terus mendekatinya hingga akhirnya dia tidak bisa mundur ke mana-mana lagi. Jason berdiri tepat di depannya, menatapnya dengan intens bak binatang buas yang sedang mengawasi mangsanya.Ketika Jason mengangkat tangannya, Janice sontak menahan napas dan menggenggam erat cincin di tangannya. Tiba-tiba, sehelai handuk jatuh ke kepalanya."Aku pergi dulu," ucap Jason dengan suara serak."Paman, cincinmu!" kata Janice sambil mengulurkan cincin itu.Ja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 76

    Sejujurnya, Janice tidak terkejut. Bagaimanapun, dia sudah mengalami hal ini di kehidupan sebelumnya. Namun, tetap saja hatinya terluka. Dia sudah memilih jalan yang berbeda, tetapi takdir dan kekuasaan Jason membelenggunya begitu kuat.Janice menyelimuti tubuhnya, tidak ingin meladeni Jason lagi.Jason keluar dan melangkah ke area merokok tanpa ekspresi. Dia lalu mengambil sebatang rokok dan mengetuk kotaknya sambil melamun.Sebelum rokok itu dinyalakan, Norman datang dan berkata, "Pak Jason, saya sudah mendapat petunjuk tentang masalah di antara Nona Janice dan Nona Vania."Norman menyerahkan seberkas dokumen. Sambil menjepit rokok di sela-sela jarinya, Jason membuka halaman dokumen itu."Ini adalah rancangan desain yang diserahkan Nona Vania untuk kompetisi. Di belakangnya adalah rancangan desainnya sebelumnya," lapor Norman. Gaya desain Vania berbeda jauh.Norman menunjuk tanggal rancangan itu dikumpulkan dan melanjutkan, "Tanggalnya tepat sehari setelah Nona Janice pergi mencarimu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 77

    Usai berkata begitu, Janice langsung berlinang air mata. Para teman sekamarnya yang barusan marah-marah juga ikut menjadi sendu.Sofia berkata dengan nada tercekat, "Janice, jangan putus asa. Ikuti saja rencana perawatan dokter, kamu pasti akan segera sembuh.""Ya, para dokter di sini hebat-hebat, kok. Kamu harus percaya sama mereka dan sama dirimu sendiri," timpal Mona dengan sedih. Dia menutupi wajahnya yang murung.Layla tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menyeka air matanya tanpa suara.Melihat reaksi mereka, Malia tahu bahwa penglihatan Janice akan sulit disembuhkan. Dia pun berakting sedih. Tubuhnya bergetar dan air matanya mengalir. Dia memeluk Janice dengan erat dan berkata, "Nggak mungkin! Kamu pasti akan baik-baik saja! Huhuhu ...."Siapa pun yang melihat hal ini akan mengira bahwa Malia sangat menyayangi Janice. Namun, Janice tahu bahwa gadis itu memeluknya seerat ini untuk menutupi senyum puasnya.Faktanya, Malia memang sedang tersenyum. Dia berharap sepenuh hati agar Jani

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 78

    Malia berucap dengan sedikit lantang, "Aku juga akan magang di studio Amanda."Janice sedikit tertegun mendengarnya. Mona yang pertama berekasi dengan bertanya, "Gimana bisa? Janice dan Vania bisa magang di studio Amanda karena menang kompetisi. Kenapa kamu juga bisa bergabung?"Malia melangkah mundur sambil meremas ujung gaunnya dengan gugup. Dia berlagak seolah-olah sedang diintimidasi."A ... aku kebetulan dapat kesempatan. Aku hanya coba-coba, nggak disangka beneran lolos. Janice, jangan marah," sahut Malia dengan berlinang air mata.Sofia memelototinya dan membentak, "Nggak usah bicara lagi! Apa kamu nggak dengar pesan Dokter tadi? Janice nggak boleh stres. Apa kamu sengaja ingin membuatnya kesal dengan mengucapkan hal itu?""Aku hanya beruntung, jadi nggak perlu bekerja sekeras Janice. Setelah mata Janice sembuh, kami akan magang bersama. Bukankah itu berita bagus?" balas Malia seraya terisak.Beruntung? Tidak perlu bekerja sekeras Janice? Setelah mata Janice sembuh? Setiap kata-

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 79

    Ketika Janice bangun pagi ini, penglihatannya masih gelap gulita. Namun, beberapa titik putih perlahan muncul di depan matanya, disusul dengan siluet buram. Saat itulah, Malia datang.Sekarang, pada dasarnya Janice sudah bisa melihat wajah orang-orang dengan jelas. Dia hanya berpura-pura di depan Malia tadi. Siapa suruh gadis itu meracuni susunya!Janice menurunkan jari telunjuknya dan menggigit onde-onde sambil berkata, "Kalian pergi kerja saja. Aku sudah nggak apa-apa.""Tapi, Malia ...," ucap Layla sambil menunjuk ke arah pintu. Dia tidak tenang meninggalkan Janice dengan Malia."Ini di rumah sakit, dia nggak akan berani macam-macam," kata Janice."Oke, deh."Ketiga temannya pun berkemas, lalu pergi dari bangsal. Malia baru kembali setelah mereka pergi. Ekspresinya sudah terlihat tenang, tetapi ada senyum mencurigakan di wajahnya. Janice pura-pura tidak tahu dan masih berakting buta."Janice, cuaca di luar sangat cerah. Gimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Kalau kamu bisa rileks,

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 546

    "Kalau begitu, lihat baik-baik siapa ini." Begitu Anwar selesai bicara, para pengawal menyeret Ivy masuk ke ruangan.Ivy didorong hingga tersungkur di samping tempat tidur. Janice bergegas turun dan membantunya berdiri.Namun, sebelum mereka berdiri dengan stabil, Elaine langsung menerjang ke depan dan menarik paksa kerah baju Ivy."Lihat ini, ini Nyonya Kedua Keluarga Karim. Masih ada tanda dari pria lain di tubuhnya. Pantas saja, dia bersembunyi. Kalau aku jadi dia, aku juga malu bertemu orang."Ivy berusaha sekuat tenaga untuk melawan, tetapi lukanya baru saja sembuh. Dia bukan tandingan Elaine. Janice akhirnya menarik kembali kerahnya dan membantunya merapikan pakaian.Wajah Ivy dipenuhi rasa hina, matanya memerah karena menahan emosi. "Elaine, kamu sudah keterlaluan."Elaine mencibir. "Aku keterlaluan? Setidaknya aku nggak mencari pria lain. Kamu berani bilang kalau wanita di foto ini bukan kamu?"Sambil berbicara, dia mengangkat foto-foto yang kotor itu.Ivy meliriknya sekilas, l

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 545

    Janice tahu itu Landon, tetapi dalam mimpinya, dia selalu tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Pada akhirnya, dia memilih untuk membuka matanya, menatap kosong ke langit-langit yang putih bersih.Entah berapa lama kemudian, pintu kamar didorong oleh Arya. "Sudah sadar? Masih ada yang sakit nggak?""Aku baik-baik saja." Janice menopang tubuhnya, menggeleng pelan.Arya menggigit bibirnya, lalu bertanya dengan hati-hati, "Kamu masih ingat apa yang terjadi?"Janice menunduk, lalu menjawab dengan tenang, "Maksudmu aku yang merasa diri sendiri pintar, tapi tetap saja dimanfaatkan, lalu berakhir melompat ke laut? Aku ingat, sangat jelas."Ekspresi Arya menegang. Dia buru-buru menjelaskan, "Bukan, sebenarnya dia ...."Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Janice sudah menyela, "Dokter Arya, kamu masih ingat apa yang kukatakan saat kita bertemu di bar? Aku akan mengulanginya lagi sekarang. Aku lebih baik mati bersama musuhku daripada diselamatkan olehnya.""Kamu nggak tahu, dem

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 544

    Janice menutup matanya, merasakan tubuhnya jatuh dengan cepat sebelum akhirnya terhempas ke dalam laut yang sedingin es.Saat ini, dia tak lagi memiliki tenaga, bahkan tak ingin berusaha melawan. Dia membiarkan tubuhnya tenggelam ke dasar laut.Air laut menekan paru-parunya, rasa sesak yang mencekik perlahan-lahan membuat kesadarannya memudar.Tiba-tiba, ombak di atasnya bergejolak. Sebuah bayangan menerobos masuk ke air. Dia ingin sekali melihat dengan jelas siapa itu, tetapi tubuhnya sudah tak mampu bertahan.Lagi pula, mustahil itu Jason. Dari ketinggian seperti itu, dia tidak mungkin melompat.Sebelum kesadarannya sepenuhnya hilang, tubuhnya tiba-tiba dipeluk erat oleh seseorang. Sesaat kemudian, bibirnya ditahan oleh sesuatu.Seperti menemukan harapan terakhir, Janice langsung melingkarkan tangannya di leher orang itu. Tubuhnya mulai didorong ke permukaan air.Namun, tepat saat mereka hampir mencapai permukaan, orang yang memeluknya tiba-tiba melepaskannya. Janice mencoba menggapa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 543

    Thiago mengabaikan luka yang terus mengucurkan darah. Dengan penuh kegilaan, dia memutar setir dengan kasar, berusaha membuat mobil di atasnya terlempar.Janice terhantam dua kali sebelum berhasil mencengkeram kursi dan menstabilkan tubuhnya. Dia menarik napas dalam, lalu dengan sekuat tenaga menerjang ke depan, melingkarkan lengannya di leher Thiago dari belakang."Kamu begitu ingin mati? Aku akan mengabulkan keinginanmu!""Dasar jalang! Le ... lepaskan!"Wajah Thiago memerah, tetapi karena terlalu banyak kehilangan darah, bibirnya tampak pucat pasi. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya tanpa sadar memperlambat laju kendaraan.Jason memanfaatkan kesempatan itu untuk mengendalikan mobilnya dan turun dari atas. Dia lalu menabrakkan bagian depan mobilnya ke mobil Thiago, memaksa pria itu untuk berhenti.Melihat situasi yang tidak menguntungkan, Thiago semakin murka. Dengan kekuatan penuh, dia melepaskan cengkeraman Janice.Tubuh Janice membentur kursi dengan keras, membuatnya kesulitan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 542

    Langit di luar diselimuti awan hitam yang pekat, sementara angin laut menerpa tubuh Janice dengan keras. Cuaca dan pemandangan ini terasa begitu familier.Di kehidupan lampau, Ivy meninggal di tempat ini. Kecelakaan mobil yang merenggut nyawanya. Siapa yang tahu bahwa tidak jauh dari lokasi kecelakaan, di dalam rumah itu, tersembunyi segala kebusukan.Tidak, ada seseorang yang tahu. Jason di kehidupan lampau.Saat ini, awan gelap menutupi langit. Laut yang luas terbentang seperti jurang yang siap menelan Janice kapan saja.Tiba-tiba, angin kencang dan hujan deras menerjang, sama seperti gejolak di hatinya yang tak bisa tenang.Matanya berkilat sedih. Di wajahnya, sudah tidak jelas lagi mana air hujan dan mana air mata. Dia berusaha mengendalikan tubuhnya, tetapi kakinya terasa berat.Detik berikutnya, tangan Thiago mencengkeram lehernya dan membantingnya ke tanah. "Aku akan membunuhmu sekarang juga, lalu melemparmu ke laut!"Wajah Janice memerah karena kekurangan oksigen. Dia bahkan ta

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 541

    "Kamu menyukai kekerasan, tapi selalu merasa nggak pernah mencapai bentuk yang paling sempurna. Jadi, kamu terus bereksperimen, sampai suatu hari kamu mematahkan kaki pacarmu.""Kamu menyukai kecantikan yang cacat, tapi mereka tetap nggak bisa mencapai standar sempurnamu.""Hingga akhirnya, kamu bertemu dengan Rachel yang mengalami amputasi karena cedera. Dia menjadi dewi dalam hidupmu. Di hadapannya, kamu tampil sebagai pria sopan dan penuh perhatian. Tapi, ada seseorang yang terus menanamkan dalam pikiranmu kalau kamu nggak pantas untuknya."Mendengar ini, Thiago tiba-tiba berhenti. Matanya menatap Janice dengan penuh kecurigaan dan penilaian. "Dari mana kamu tahu?""Kamu pikir aku cuma tahu sejauh ini? Aku bahkan bisa memberitahumu apa yang terjadi selanjutnya, lalu kamu akan tahu gimana aku mengetahuinya." Janice sengaja membuatnya penasaran.Semua detail ini sebenarnya adalah informasi yang pernah diungkap oleh polisi di kehidupan sebelumnya.Thiago jelas tidak sabaran. Dia mengep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 540

    Benar, Janice sudah lama mengenali Thiago. Atau lebih tepatnya, mengenali dirinya dari kehidupan sebelumnya.Di kehidupan sebelumnya, Thiago dikenal sebagai pewaris keluarga kaya yang paling menakutkan. Karena sejak kecil, Thiago sudah memiliki sindrom XYY.Keluarga Tandiono selalu berusaha menutupi penyakitnya dengan uang, menyuap semua orang agar menutup mulut atas perbuatannya.Dia telah menyakiti banyak wanita. Beberapa bisa dibungkam dengan uang, sementara yang tidak bisa, keluarganya akan menekan mereka sampai hancur lebur.Hingga suatu hari, seorang anonim memberikan bukti lengkap, menangkap Thiago saat dia hendak berbuat kejahatan lagi.Saat itu, berita mengungkap beberapa detail. Misalnya, bagaimana dia mengurung para wanita itu.Jadi, sejak pertama kali bertemu Thiago, Janice sudah mulai belajar cara menyelamatkan diri. Namun setelah itu, investigasi lebih lanjut tidak pernah diumumkan lagi.Misalnya, siapa saja yang pernah menjadi korbannya. Atau hubungan antara dia dan Elai

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 539

    Setelah tertegun selama beberapa detik, Janice menopang tubuhnya dengan lampu dan perlahan mendekati dinding foto.Yang terlihat adalah foto-foto kaki perempuan yang berbeda. Dari awalnya sekadar foto yang diambil secara diam-diam, lalu potongan anggota tubuh, hingga momen ketika Thiago sendiri memotong kaki mereka.Meskipun Janice sudah menyiapkan mentalnya, semua ini tetap membuat bulu kuduknya berdiri dan berkeringat dingin.Cahaya lampu di tangannya bergetar karena tangannya gemetar, membuat bayangan di foto-foto itu tampak semakin menyeramkan.Namun, dia tidak boleh mundur. Jika dia menyerah sekarang, semua yang telah dia lakukan akan sia-sia.Janice mendekatkan diri ke dinding foto, mencari petunjuk yang bisa digunakan. Saat mengarahkan cahaya ke sudut lain, dia melihat foto-foto lain di dinding sebelah. Kali ini, hanya ada satu orang dalam setiap gambar.Itu Rachel. Dari pertemuan pertama dengan Rachel hingga saat ini, Thiago mendokumentasikan setiap gerak-geriknya. Setiap foto

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 538

    Saat Janice terbangun, sekelilingnya gelap gulita. Bau anyir darah bercampur dengan aroma asin dan lembap memenuhi udara. Setiap tarikan napas membuatnya ingin muntah."Huek ...." Akhirnya, dia tidak bisa menahannya. Sambil menopang pada sesuatu, dia mulai terbatuk dan muntah.Setelah akhirnya mulai tenang, dia baru sadar bahwa yang digenggamnya adalah jeruji besi. Selain itu, di telapak tangannya ada sesuatu yang lengket. Ujung jarinya gemetar. Dia refleks melepaskan genggamannya.Tiba-tiba, lampu redup di atas kepalanya menyala, cukup untuk menerangi area di sekitarnya. Begitu melihat kondisi sekelilingnya, dadanya terasa sesak. Dia terkunci di dalam ruang sempit seperti sel penjara.Dalam kepanikan, Janice menatap telapak tangannya. Yang lengket itu adalah darah! Dia terkejut hingga membeku di tempat.Saat itu juga, dari balik bayangan di luar jeruji, terdengar suara berat. "Sudah kubilang, kamu nggak akan bisa lari."Suara itu disertai langkah kaki mendekat. Tak lama kemudian, soso

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status