Barulah saat itu Janice menyadari bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Rensia. Dia mengatupkan bibirnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Urusanku nggak ada hubungannya denganmu. Sepertinya kamu salah orang.""Aku ke sini bukan untuk berdiskusi denganmu, Janice. Kamu seharusnya tahu, kamu nggak akan bisa mengalahkanku."Rensia memainkan cangkir kopinya. Sorot mata hitamnya tiba-tiba menjadi sedingin es.Janice menahan napas. Untuk sesaat, dia bahkan merasa seperti sedang berhalusinasi. Dia pernah melihat tatapan seperti itu dari mata Jason.Dalam keadaan linglung, pelayan datang mengantarkan hidangan penutup dari paket makan. Salah satu pelayan baru saja mengangkat tangannya, Rensia langsung menghindar secara refleks dengan ekspresi yang aneh.Bahkan pelayan itu juga terkejut dengan reaksi Rensia, seolah-olah seseorang baru saja mencoba memukulnya.Mengingat persoalan sepatu datar itu, Janice segera berdiri di hadapan Rensia. "Berikan padaku saja."Pelayan itu mengangguk dan menyerah
Di pesta lajang.Baru saja Janice selesai menelepon Landon, taksi pun berhenti di depan hotel. Karena kondisi tubuh Rachel yang kurang sehat, pesta lajang ini ditangani langsung oleh Landon sepenuhnya.Sejak pagi, dia sudah datang ke hotel untuk mengatur semua keperluan.Janice tidak ingin merepotkannya, jadi dia memutuskan untuk naik taksi sendiri.Masih teringat akan peringatan dari Rensia, Janice sengaja datang belakangan agar tidak menarik perhatian siapa pun. Begitu masuk ke dalam hotel, lobi memang sudah cukup sepi. Namun, dekorasi yang ada membuat Janice sedikit terkejut.Selain dekorasi hotel yang memang sudah mewah, demi memenuhi selera feminin Rachel, sebuah komidi putar raksasa benar-benar dibawa masuk ke dalam lobi.Awalnya Janice mengira itu hanya dekorasi biasa. Namun, saat berjalan mendekat, barulah dia sadar komidi putar itu benar-benar bergerak, bahkan mengalunkan lagu.Bukan lagu yang kekanak-kanakan, melainkan ... lagu Wedding March.Sangat sesuai dengan tema acara.
Fiona keluar dari balik tubuh fotografer dan menunjuk ke gaun yang dikenakan Janice. Barulah Janice sadar bahwa gaunnya dan milik Rachel hampir sama persis selain detail di bagian bawah rok.Kemungkinan besar keduanya berasal dari desainer dan koleksi yang sama. Namun, hari ini Rachel adalah calon pengantin. Semua orang pasti akan menghindari mengenakan gaun yang serupa.Hanya Janice yang melanggar "pantangan" itu. Padahal gaun ini jelas-jelas dikirim oleh Rachel sendiri.Janice menatap Rachel dengan pandangan penuh tanya. Rachel menggigit bibir dan berkata, "Mungkin cuma kebetulan."Fiona mendengus sinis. "Hari ini ada ribuan tamu yang datang, tapi nggak ada yang 'kebetulan' seperti dia. Siapa tahu maksudnya apa?"Ucapannya segera menarik perhatian beberapa tamu lain. Sebagian dari mereka mengenali Janice dan tatapan yang mereka berikan pada Janice seakan sedang membakar tubuhnya.Janice tahu, apa pun yang dia katakan saat ini tidak ada gunanya. Siapa yang akan percaya bahwa Rachel se
Yang lebih membuat Rachel sedih adalah, Jason tidak menyangkal ucapannya. Tunangannya malah mengkhawatirkan wanita lain.Suasana seolah membeku selama beberapa detik. Rachel langsung terjatuh ke dalam pelukan Jason. Jason menatapnya dan sorot matanya tampak dipenuhi ketidakberdayaan.Hanya dengan sekali lihat, dia bahkan bisa langsung tahu jenis obat apa yang seharusnya dikonsumsi Rachel untuk mengendalikan kondisinya. Rachel mendekap di pelukannya, menghirup dalam-dalam aroma dari tubuh pria itu.Pria ini jelas-jelas mencemaskannya!Namun, kenapa dia tidak pernah bisa merasakan kehangatan dari dalam hati Jason?Rachel menggenggam tangan Jason dengan erat, lalu berkata dengan merasa bersalah, "Maaf ... aku cuma terlalu takut kehilangan kamu. Aku benar-benar takut. Anggap saja kasihanilah aku, ya? Jangan lihat dia lagi ...."Rachel menyembunyikan wajahnya di dada Jason dan menyembunyikan air matanya.Jason menggenggam kotak obat dengan erat dan memandang kejauhan dengan ekspresi datar.
Dalam sekejap, teman-teman Landon semua menatap ke arah Janice, seolah-olah sedang mencerna maksud dari perkataan Fiona tadi. Mereka baru sadar, semua ini tentu mengarah pada Jason.Membahas masa lalu di depan teman-teman Landon, jelas hanya akan membuat Landon dipermalukan. Janice langsung memotong, "Pesta baru saja dimulai, memang kurang pantas kalau ada keributan. Aku temani Nona Fiona ke ruang ganti."Bagaimanapun, ini semua terjadi di bawah pengawasan Landon. Baik demi dia atau Rachel, Fiona pasti tidak akan berani bertindak keterlaluan.“Begitu dong,” Fiona tetap menyibakkan roknya sedikit dengan gaya manjanya, lalu berbalik pergi.Janice hendak menyusul, tapi Landon sempat menahan tangannya. “Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku.”“Ya.” Janice pun mengangguk, lalu mengikuti langkah Fiona.Setibanya di kamar, sebelum dia sempat menutup pintu, Fiona tiba-tiba berbalik dan menatap Janice dengan penuh kebencian.“Kamu nggak tahu malu ya? Masih saja nempel sama Landon!”“Fiona, ak
Ciuman Jason mendarat dengan kuat, dipenuhi dengan obsesi yang begitu kuat.Janice berjuang sekuat tenaga, tetapi pria di depannya tidak bergerak sedikit pun, bahkan semakin menjadi-jadi.Saat bibirnya dipaksa terbuka, Janice mengangkat tangan untuk melawan, tetapi kedua tangannya langsung dikunci dengan satu tangan Jason dan ditahan di atas kepalanya.Buk! Punggung Janice menabrak saklar lampu. Seketika, seluruh ruangan larut ke dalam kegelapan.Hanya cahaya dari luar jendela yang berkedip-kedip, memperpanjang bayangan kedua sosok yang saling bertaut.Pergelangan tangan Janice mulai mati rasa. Sebelum dia bisa bereaksi, tubuhnya sudah diangkat.Rasa malu membuatnya melawan dengan sekuat tenaga tanpa peduli pada apa pun. Itu sebabnya, dia tidak sengaja membentur tangannya yang terluka."Uh ...." Janice meringis kesakitan, tetapi suaranya tertahan karena ciuman Jason.Dalam sekejap, perasaan terhina dan kecewa meliputi hatinya. Di bawah sorot lampu dari gedung tinggi di luar jendela, so
Orang tuanya pasti akan melakukan segala cara untuk melindungi Fiona, jadi pada akhirnya hanya Janice yang akan terluka.Namun, rencana awal Elaine adalah menangkap basah mereka sebelum sesuatu benar-benar terjadi. Dengan begitu, Rachel tidak akan terluka dan hubungan antara Keluarga Luthan dengan Keluarga Karim juga tidak akan terpengaruh.Hanya saja ... mungkin Elaine juga tidak menyangka bahwa Fiona tidak memercayainya, sampai-sampai memberikan obat dengan efek terkuat kepada Jason. Efeknya begitu kuat sampai tak ada yang sanggup menahannya.Fiona hanya ingin memastikan bahwa keadaan tidak bisa dibalikkan lagi, agar Landon tidak akan pernah menyukai Janice lagi.Mengenai peran Rensia dalam semua ini ... semua orang akan segera mengetahuinya.Setelah memastikan Janice dalam keadaan aman, Rensia mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Landon.Kemudian, dia sengaja mengatur ulang waktu di ponsel Fiona, memperlambatnya beberapa jam. Setelah membangunkannya, Rensia segera menyelina
Saat Rachel mengantre, dia sempat meminta Fiona untuk membantunya mengatur ruang istirahat.Karena kepanikan sebelumnya dan karena Elaine membawanya mencari ke lantai lain, dia sempat lupa tentang ruang istirahat. Sekarang, hanya ruangan itu yang belum diperiksa.Saat Rachel berdiri di depan pintu, tangannya yang memegang kartu akses gemetar. Elaine yang tak sabar langsung merebut kartu itu dan buru-buru membuka pintu.Dia beralasan, "Jason nggak jawab telepon sejak tadi, jangan-jangan dia minum terlalu banyak dan terjadi sesuatu? Ini masalah hidup dan mati, jangan buang-buang waktu."Klak! Pintu terbuka.Aroma samar yang khas dan penuh ambiguitas langsung menyebar ke luar. Bahkan sebelum mereka masuk, beberapa orang di belakang sudah mulai membayangkan yang tidak-tidak.Elaine dan Fiona saling bertukar pandang. Tanpa memberi Rachel waktu untuk bereaksi, mereka langsung mendorong pintu dan masuk."Aku ingin lihat siapa yang berani menggoda Pak Jason!" Fiona melangkah masuk dengan ekspr
Saat itu, Landon menggenggam erat tangan Janice. Dia seperti sedang menenangkan, tetapi juga seperti sedang mempersiapkan diri untuk mengatakan sesuatu."Janice, bukti dari gadis itu paling jauh hanya bisa membuktikan kalau ibu dan beberapa orang lain itu berinvestasi secara sukarela, bukan karena ibumu menipu. Tapi, di luar sana masih banyak orang yang merasa tertipu dan beberapa di antaranya bukan orang biasa.""Maksudmu apa?" Janice menatap Landon dengan curiga."Aku suruh Zion menyelidiki para korban. Mereka bilang Fenny sangat profesional saat bicara, nggak seperti orang awam. Itu artinya, dia bukan hanya mengerti dunia para orang kaya, tapi juga ada yang memberinya pelatihan. Jelas bukan ibumu, tapi orang-orang nggak percaya. Mereka mungkin nggak bakal tinggal diam.""Maksudmu, ada yang sengaja melatih Fenny untuk mendekati orang kaya? Setelah dia menyerahkan diri dan menuduh ibuku, para orang kaya yang malu akan bersatu menyerang ibuku? Dibandingkan orang biasa seperti Kristin,
Janice tiba di tempat tujuan, langsung menuju ke ruang kerja sementara Landon. Saat sampai di depan pintu, sebelum sempat mendorongnya, suara Landon dan Ibrahim terdengar dari dalam.Nada suara Ibrahim terdengar serius. "Kamu mau menghabiskan begitu banyak uang hanya demi Janice? Kamu harus pikir matang-matang."Landon menjawab dengan tegas, "Aku sudah memikirkannya. Keadaan sudah sampai sejauh ini, menyelesaikan masalah lewat jalan damai adalah langkah mundur yang masih masuk akal. Uang masih bisa dicari. Tapi, aku nggak akan pernah membiarkan Janice kembali padanya."Padanya? Siapa?Janice menurunkan tangannya yang sempat ingin mendorong pintu, hatinya seperti diremas.Setelah hening sejenak, terdengar helaan napas dari Ibrahim. "Hubungan Janice dan dia terlalu rumit. Bagi masa depanmu ....""Setelah tunangan, aku akan menemani Janice kuliah di luar negeri. Kami juga akan nikah di sana. Kami akan berusaha sebisa mungkin menghindari pertemuan dengan dia," jawab Landon."Kapan kamu jad
"Janice ...."Di hadapannya hanya ada lantai kosong, Janice sudah pergi.Begitu turun dari lantai atas, dua pengawal langsung menghampirinya."Bu Janice, maafkan kami. Kami tadi diarahkan ke tempat lain. Kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja. Ayo pergi."Janice berjalan ke depan, tetapi para pengawal mengadangnya."Bu Janice, Pak Landon memerintahkan kami untuk memastikan keselamatanmu. Kalau kamu hilang lagi, kami nggak bisa kasih penjelasan apa-apa. Mobil sudah menunggu di luar."Melihat wajah mereka yang panik, Janice tidak ingin menyulitkan mereka. Dia pun mengangguk dan masuk ke mobil bersama mereka.Di luar gerbang sekolah, orang-orang sudah mulai berkurang. Saat mobil mulai melaju, Jason muncul dan mengejarnya. Tatapannya tajam tertuju pada Janice.Janice hanya menoleh dengan dingin, memandang lurus ke depan tanpa ekspresi. Di tengah perjalanan pulang, salah satu pengawal menerima telepon. Ekspresinya berubah tegang saat menoleh ke arah Janice."Bu Janice, Pak Landon bilang
Kristin menegakkan punggung dan berkata dengan kesal, "Tentu saja aku tahu! Ivy paling dekat sama Fenny dulu, tapi tetap nggak mau ajak kita gabung. Itu tandanya dia meremehkan kita.""Dia sekarang sudah jadi menantu Keluarga Karim. Uang puluhan miliar pasti kecil buat dia. Tapi, kalau dikasih ke kita ...."Begitu mendengar puluhan miliar, para wanita itu mulai berkhayal dan tergoda.Saat mereka hendak bersuara, salah satu wanita berujar, "Kayaknya nggak semudah itu. Anak Ivy yang lugu itu sekarang sangat pintar. Waktu itu acara teh sore, dia sengaja nolak tawaran kita buat investasi. Ivy paling nurut sama anaknya, pasti dia juga nggak bakal ajak kita."Kristin tertawa kecil. "Dia memang nurut sama anaknya. Tapi ke kita, dia pasti nggak enak hati buat nolak.""Kamu punya cara?""Kita kasih langsung uangnya ke dia, suruh dia urus sendiri. Mau untung atau rugi, tinggal tagih ke dia. Beres.""Kalau dia nggak mau ganti rugi?""Kita laporin saja dia menipu kita. Dia 'kan menantu Keluarga Ka
Janice terus memanggil nama Yuri berulang kali.Yuri menutup telinganya dengan frustrasi, nyaris meledak, "Berhenti! Jangan panggil lagi! Aku paling benci namaku!"Setelah masuk sekolah, dia baru menyadari bahwa sejak lahir dia sudah punya seorang adik laki-laki yang tidak terlihat.Janice menatap gadis kecil yang menangis tersedu-sedu itu dan menyerahkan selembar tisu. "Nggak ada yang salah dengan namamu. Kamu adalah kamu. Aku tahu kamu punya banyak impian, jadi jangan biarkan siapamu mengekangmu."Yuri menutupi matanya dengan tisu dan akhirnya menangis keras. Setelah lelah, dia menatap Janice dengan mata yang bengkak dan merah. "Kak, maaf."Janice tersenyum lembut, mengelus kepalanya. Ternyata Yuri masih mengingatnya.Segalanya seperti kembali ke masa lalu. Mereka duduk di bangku taman sambil makan es krim. Saat itu Yuri masih kecil, duduk di samping Janice sambil memanggilnya "kakak".Di kehidupan sebelumnya, setelah Ivy meninggal, Janice benar-benar putus kontak dengan para bibi it
Wajah Jason hanya sejengkal dari wajahnya. Janice menahan napas, tanpa sadar menarik erat syalnya.Agar Jason tidak menyadarinya, Janice mengalihkan pandangan, lalu melilitkan syal itu ke leher Jason dan menunjuk ke kerah bajunya."Masukkan, biar nutupin bagian bajumu yang basah."Jason menunduk, matanya tampak sedikit kecewa. Namun, dia tidak memaksa, hanya memperbaiki penampilannya sendiri.Sesaat kemudian, mereka berdua masuk ke Gedung 2 dan menemukan kelas SMA 3-3. Saat berdiri di dekat jendela, mereka bisa melihat isi kelas dengan jelas.Ada lima enam siswi yang duduk, mengobrol santai dalam kelompok kecil. Hanya satu siswi yang sedang serius mengerjakan lembar soal. Saat menyadari ada orang di luar jendela, dia mendongak melirik sekilas.Tatapan siswi itu bertemu dengan Janice selama dua detik, lalu dia cepat-cepat menunduk lagi, bahkan tangan yang memegang pena tampak bergetar.Saat Janice mengalihkan pandangan ke murid lain, gadis itu menarik dua lembar tisu dan pura-pura pergi
Setelah mengatakan itu, wanita itu mengeluarkan saputangan dari tasnya dan hendak menyeka dada Jason.Namun, Jason langsung menangkis tangan wanita itu, lalu berkata dengan dingin, "Nggak perlu."Setelah tertegun sejenak, wanita itu menggigit bibir dan merapikan rambutnya. "Pak Jason, aku pasti akan ganti rugi. Tapi, bajumu pasti sangat mahal, aku mungkin nggak bisa langsung membayarmu sekarang. Bagaimana kalau kamu berikan aku kontakmu ....""158 ribu." Jason langsung menyela perkataan wanita itu."Hah?" seru wanita itu yang langsung terkejut."Ada obral cuci gudang di ujung jalan, tunai atau transfer?" kata Jason dengan dingin.Saat itu, wanita itu baru mengerti maksud dari perkataan Jason. Ternyata, Jason sudah menyadari niatnya dan sedang menolaknya. Namun, pria di depannya ini adalah Jason. Meskipun hanya pakaian yang dijual di kaki lima, pakaian itu tetap akan terlihat seperti setelah bermerek di tubuh Jason. Dia segera mencari cara lain sambil tetap tersenyum. "Transfer saja, bo
Mendengar suara itu, Janice langsung tersadar kembali dan mendorong pria di depannya. Namun, sebelum dia bisa berdiri dengan tegak, sekelompok siswa kembali mendorongnya sampai dia jatuh ke pelukan Jason.Jason langsung menopang Janice dan berkata dengan pelan, "Kamu yang mulai dulu."Janice menggigit bibirnya dan mencoba melepaskan genggaman Jason, tetapi Jason malah memeluk pinggangnya dengan erat. "Jangan bergerak. Orangnya terlalu banyak di sini, kita keluar dari sini dulu baru bicara lagi."Setelah mengatakan itu, Jason merangkul Janice dan berjalan ke depan.Janice berusaha melepaskan tangan Jason. "Lepaskan aku. Nanti kita akan ketahuan."Namun, Jason tetap tidak melepaskan genggamannya, melainkan menurunkan topi Janice dan menekan kepala Janice ke dadanya. "Ayo pergi."Setelah berusaha melawan sejenak, Janice yang benar-benar tidak bisa melepaskan diri pun akhirnya hanya bisa ikut pergi bersama Jason.Penampilan Jason terlihat sangat tidak ramah, sehingga tidak ada yang berani
Janice berpikir Fenny yang sudah sekarat karena menderita kanker pasti akan berusaha memastikan kehidupan anaknya terjamin.Setelah terdiam cukup lama, Arya yang berada di seberang telepon perlahan-lahan berkata, "Apa yang ingin kamu lakukan?"Janice menjawab dengan jujur, "Ibuku dalam masalah. Anak laki-laki yang terkena leukemia itu adalah putra dari teman ibuku, dia pasti mengetahui sesuatu.""Baiklah, aku akan membantumu mencarinya," balas Arya."Terima kasih," kata Janice, lalu menutup teleponnya.Saat keluar dari apartemen, sebuah taksi kebetulan berhenti tepat di hadapan Janice. Setelah masuk ke dalam taksi, dia berkata pada sopir, "Ke SMA Chendana."Setelah taksi melaju, Janice memandang pemandangan di luar dari jendela. Dia sengaja menelepon Arya untuk mencari putra Fenny karena semua masalah ini terjadi untuk menjebaknya dan Ivy. Sebelum dia terperangkap, semuanya masih belum berakhir.Fenny adalah saksi dalam kasus ini, semua orang pasti akan mencari kelemahannya. Putranya y