Share

Bab 64

Penulis: Danira Widia
Mampir? Jason yang sibuk sekali itu mana mungkin hanya sekadar mampir? Jelas-jelas dia datang untuk menemani Vania.

Vania sengaja berkata seperti ini untuk menunjukkan betapa harmonis hubungannya dengan Jason pada semua orang di sini. Dengan begitu, mereka akan menghormatinya. Sesuai harapan, orang-orang mulai berkomentar.

"Jason dan Vania lagi dimabuk asmara, nih!"

"Iya, mereka cocok banget. Bikin iri saja!"

Bertepatan dengan itu, Janice membuka pintu dan melangkah masuk. Begitu dia muncul, beberapa alumni sukses yang diundang secara khusus oleh kampus segera memandang ke arahnya.

Mereka mengamati wajah hingga tubuhnya berulang kali. Ada yang diam-diam meliriknya, ada juga yang terang-terangan.

Janice tidak ingin menyinggung orang-orang berpengaruh ini. Jadi, dia hanya mengangguk sopan, lalu segera menghampiri Rudy, sang rektor.

"Pak Rudy," sapa Janice.

Rudy tersenyum, lalu berkata, "Semua orang sudah tiba. Mari semuanya, duduk dulu. Jason, silakan duduk di sini."

Jason mengiakan dan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Endah Wati
Yo Thor Janice jangan dibikin lemah,Yo Janice bangkit
goodnovel comment avatar
Endah Wati
terima kasih Thor sudah update setelah sekian lama
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 65

    Sayangnya, Jason adalah orang terakhir yang ingin dimintai tolong oleh Janice dalam hidup ini. Gadis itu membuang muka, lalu menatap anggur putih di depannya. Tak lama, dia langsung menenggak minuman itu.Cangkir teh yang dipegang Jason terhenti sejenak di depan bibirnya. Tubuhnya terus memancarkan aura dingin dan menyeramkan.Ketiga pria yang duduk di dekat Janice tidak menyadari atmosfer yang menegang. Sebaliknya, mereka tertawa begitu gembira."Ternyata Junior pandai minum juga. Ayo, ayo, minum lagi.""Setelah minum dari gelas mereka, kamu juga harus minum dari gelasku. Kalau nggak, aku akan merasa diremehkan!"Begitulah, Janice menenggak tiga gelas besar anggur yang disodorkan padanya berturut-turut. Tenggorokannya terasa terbakar hingga dia tidak mampu bicara. Tangannya bahkan terlalu lemah untuk mengepal.Pipi Janice merah padam, membuat wajah cantiknya kian menawan. Alhasil, para pria di sekitar makin terpikat padanya.Ketiga pria itu saling memandang dan tersenyum mesum. Sayang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 66

    Setelah cukup lama, Jason baru mengakhiri ciumannya. Janice bersandar lemas di dinding. Napasnya berpacu dan bibir merahnya membuka dan menutup, membuat pria itu hampir hilang kendali.Ketika Jason mendekatinya lagi, Janice langsung mengalihkan pipinya dan berkata, "Paman sebenarnya mau ngapain? Mau menghiburku setelah menyakitiku?""Apa maksudmu?" tanya Jason sambil menyeka darah di bibirnya. Gigitan Janice yang cukup kuat membuktikan bahwa gadis itu benar-benar marah.Mendengar nada cuek pria itu, Janice memelototinya dengan marah dan berucap, "Paman masih tanya? Apa perlu aku sebutkan semua yang sudah Paman lakukan demi Vania? Paman begitu mencintainya, terus kenapa bersikap seperti ini padaku? Apa aku serendah itu di matamu hingga bisa dimanfaatkan dan diinjak-injak seenaknya?""Tolong jangan libatkan aku dalam hubungan asmara kalian. Aku nggak tertarik! Terima kasih untuk obat mabuknya. Aku sudah nggak apa-apa," tambah Janice. Setelah itu, dia berjalan melewati Jason dan pergi tan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 67

    Janice melirik ke arah Vania yang sedang menunduk dan memegangi kepalanya. Dia merasa sedikit linglung.Berhubung Rudy dan yang lainnya sudah pergi, Janice akan menghabiskan segelas anggur terakhir ini. Kemudian, dia akan mencari alasan untuk pergi.Dengan begitu, Janice tidak akan terkesan tidak sopan. Lagi pula, dia sudah meminum obat mabuk. Minum segelas lagi seharusnya tidak akan menjadi masalah.Tepat ketika Janice hendak menenggak anggur itu, pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka. Jason masuk dengan raut dingin. Melihat kehadirannya, ekspresi ketiga pria paruh baya itu menjadi lebih kalem.Salah satu dari mereka bertanya dengan penasaran, "Jason, bibirmu kenapa? Baik-baik saja, 'kan?"Jason menyentuh pelan bibirnya dan membalas, "Kena gigit."Mendengar itu, pipi Janice sontak merona. Ketiga pria itu mengira Jason tidak sengaja menggigitnya sendiri. Mereka pun tidak membahasnya lagi.Salah seorang dari mereka menunjuk Vania yang sedang duduk bertopang dagu dan berkata, "Jason, Va

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 68

    "Gadis jalang!" maki salah satu pria cabul itu."Sebaiknya jaga bicaramu. Aku sudah mulai merekam saat kalian memaksaku minum. Video ini juga sudah kukirim ke teman sekamarku. Kalau aku nggak pulang tepat waktu ke asrama malam ini, besok video ini dipastikan akan jadi trending topic di internet. Kalian nggak mungkin rela hasil kerja keras kalian selama belasan tahun hancur karena aku, 'kan?" gertak Janice.Ketiga orang itu saling memandang. Namun, mereka tidak terlihat terlalu cemas.Salah satu dari mereka berucap dengan sinis, "Kami menghadiri perayaan ini untuk menghormati undangan Pak Rudy. Wajar saja kalau minum-minum dalam acara seperti ini. Lagi pula, kami bisa beralasan kalau kamulah yang merayu kami."Pria lainnya menimpali sambil tersenyum, "Lihat saja gaun yang kamu kenakan. Jelas sekali kalau kamu ingin merayu kami. Para netizen nggak suka dengar cerita wanita yang ditindas. Yang mereka suka dengar itu cerita wanita yang dapat karma dari ulahnya sendiri."Pria ketiga menamba

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 69

    Janice terbangun di rumah sakit. Mungkin karena trauma, pandangannya gelap gulita. Namun, dia bisa merasakan seseorang bergerak di depannya."Siapa di sana?" tanya Janice dengan suara serak. Dia meraih apa pun yang terjangkau tangannya dan melemparnya ke depan.Tingkah histerisnya mengejutkan semua orang di dalam bangsal. Terdengar suara isakan pelan, lalu seseorang segera mendekat."Janice, kamu kenapa? Ini Ibu, Nak!" ucap Ivy sambil menghampiri Janice. Air mata mengalir deras di pipinya.Janice mengulurkan tangannya ke depan, napasnya tidak teratur. Dia bertanya dengan panik, "Ibu di mana? Kenapa aku nggak bisa lihat Ibu?"Ivy membelalakkan matanya. Tangisnya seketika terhenti saat dia berucap, "Janice, jangan menakuti Ibu!"Janice menatap kosong ke depan dan berkata dengan suara bergetar, "Bu ...."Seisi ruangan jatuh ke dalam keheningan.Kemudian, Ivy tiba-tiba berseru sambil menangis, "Dokter! Dokter!"Dokter yang datang adalah teman Jason. Setelah memeriksa Janice, ekspresinya me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 70

    Ivy menatap kedua pria mesum itu dengan tajam. Dia tidak sanggup membayangkan nasib gadis malang mana pun yang jatuh ke tangan mereka."Selidiki kasus ini sampai tuntas!" tuntut Ivy pada polisi di sana.Wajah kedua pria itu memucat. Luka memar di wajah mereka terlihat kian jelas, membuat keduanya terlihat mengerikan.Mereka memang cukup terkenal di industri, tetapi mereka jelas bukan tandingan Keluarga Karim. Siapa yang sanggup menyinggung keluarga berpengaruh itu?Keduanya saling berpandangan. Melihat situasi sudah seburuk ini, mereka memutuskan untuk mengambil risiko dengan mengeluarkan ancaman."Bu Ivy, bagaimanapun kami hanya pria biasa. Apalagi, kami juga minum-minum. Kami hanya berbuat begitu karena nggak tahan godaan. Demi reputasi putrimu, tolong maklumi kami sekali ini," ucap salah seorang pria itu.Ivy membelalakkan matanya dan membalas dengan tajam, "Godaan? Kamu mau bilang kalau putriku merayu kalian bertiga?"Kedua pria itu mengangguk. Seorang dari mereka menyahut, "Memang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 71

    Bukan masalah besar? Janice tertawa dingin. Kemudian, dia berkata pada para polisi sambil menunduk, "Kalian sudah dengar sendiri. Mereka nggak mengakui perbuatan mereka. Vania juga bersaksi untuk mereka. Kalau begitu, aku ingin meminta mereka menyerahkan bukti.""Tunjukkan bukti yang bisa menunjukkan kalau aku merayu mereka. Selain itu, aku juga meminta bukti atas tuduhan Vania kalau aku mengambil jalan pintas untuk mendapat koneksi.""Kalian pasti membuat rekaman saat menangani kasus. Sekarang mereka bertiga sudah nggak bisa mengubah pernyataan mereka, bukan?" tanya Janice.Begitu kata-kata itu terlontar, Vania dan kedua pria itu langsung tertegun. Raut puas Vania barusan seketika lenyap, digantikan keterkejutan.Awalnya, Vania bisa memilih untuk diam dan tidak terlibat. Siapa suruh dia membela para pria bejat itu? Kini, dia pun tidak bisa kabur.Salah seorang polisi mengangguk dan menyahut, "Kamera kami selalu menyala, jadi semua perkataan mereka terekam jelas. Apa kalian punya bukti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 72

    Vania menyeka air matanya dan bergeser lebih dekat ke Jason. Dia menatap kedua pria itu dengan sorot mengancam. Sebelum bicara, lihat dahulu siapa kekasihnya!Napas kedua pria itu tercekat. Teman mereka yang masih terbaring tidak berdaya di ranjang rumah sakit terbayang di pikiran mereka.Mereka lebih baik mati daripada hidup sengsara karena menyinggung Jason!Keduanya terpaksa menunduk dan meminta maaf, "Maaf, Janice. Kami minum terlalu banyak dan hilang kendali. Kami bersalah. Tolong ampuni kami.""Nggak bakal," balas Janice dengan dingin. "Kalau aku mengampuni kalian, kalian nggak akan kapok. Entah siapa yang akan jadi korban kalian di masa depan. Ini buah dari perbuatan kalian sendiri. Rasakan, siapa suruh kalian percaya begitu saja sama omongan orang."Sindiran Janice membuat ekspresi Vania menegang. Namun, dia tidak berani melampiaskan emosinya.Dua pria itu tidak terima masa depan mereka hancur begitu saja. Tanpa memedulikan larangan polisi, mereka menghampiri Janice untuk memin

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 320

    Sebagian besar orang yang hadir di jamuan tersebut baru pertama kali melihat tes narkoba seperti ini, sehingga mereka memandang dengan rasa penasaran. Namun, hanya Vania yang tampak berbeda. Matanya memerah dan dia mulai menangis pelan."Pak, bisa nggak Anda kasih toleransi? Janice masih muda. Kalau masalah ini tersebar, reputasinya akan hancur," ujarnya dengan nada penuh belas kasihan.Polisi tetap menjaga ekspresi tegasnya. "Hukum adalah hukum, tidak seorang pun diizinkan untuk melanggarnya."Begitu mendengar hal itu, beberapa desainer yang sebelumnya berdiri di dekat Janice segera mundur karena takut ikut terseret.Janice mengangkat kepalanya memandang Vania dengan tenang, lalu berkata, "Bu Vania, hasilnya bahkan belum keluar. Kenapa kamu bisa yakin aku pasti bersalah? Kamu punya kemampuan meramal?"Vania sedikit terpaku, lalu buru-buru menghapus air matanya. "Aku cuma khawatir. Aku takut sesuatu terjadi padamu. Maafkan aku kalau aku terlalu ikut campur."Kerumunan mulai memandang J

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 319

    Tak ingin memprovokasi pelaku, polisi tidak menyebutkan langsung soal narkoba. Namun, semua orang di ruangan itu mengerti maksudnya.Mendengar itu, Amanda terkejut dan langsung menggeleng keras. "Nggak mungkin! Pasti ada kesalahan."Sebelum polisi sempat menjelaskan lebih jauh, sebuah suara tiba-tiba menyela, "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?"Itu suara Vania.Begitu masuk, dia tampak terkejut melihat Amanda. "Bu Amanda, ternyata Anda juga di restoran ini. Eh? Di mana Janice? Ke mana dia?"Polisi yang mendengar bahwa ada orang yang tidak hadir langsung merasa khawatir. Mereka tahu bahwa pengguna barang terlarang sering bertindak di luar kendali, dan jika orang tersebut pergi, itu bisa membahayakan orang lain.Salah satu polisi segera bertanya dengan tegas, "Siapa lagi yang nggak ada di sini? Sekarang dia ada di mana? Kalau kalian nggak jujur, kalian akan dianggap melindungi pelaku dan itu adalah tindak pidana."Amanda mengerutkan alisnya dengan kesal dan melirik ke arah Vania.Vania b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 318

    Janice terdiam, bingung dengan maksud Jason. Kata-katanya terdengar seperti sedang meminta pengakuan atau status hubungan. Namun, mana mungkin ada status seperti itu di antara mereka?Orang yang paling dicintai Jason adalah Vania, sedangkan Janice hanyalah alat yang dia gunakan. Bagi Jason, Janice adalah seseorang yang bisa dia korbankan kapan saja.Hati Janice terasa sesak. Dengan suara dingin, dia berkata, "Aku lupa, kamu adalah pamanku."Mendengar itu, mata Jason menyipit, emosinya bergolak seperti gelombang yang dalam. Akhirnya, dia kehilangan kesabaran. Dia menekan belakang kepala Janice dan kembali mencium bibirnya dengan kasar.Napas mereka bertaut dan dia sepenuhnya kehilangan kendali. Dia tidak memberi Janice sedikit pun ruang untuk melawan. Sampai Ketika Janice kehilangan seluruh tenaganya dan hanya bisa pasrah membiarkan Jason mengambil alih, suara lirih keluar dari tenggorokannya."Mm ...."Jason terengah-engah memeluk pinggang Janice erat-erat. Dengan suara serak, dia berk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 317

    Melalui jaket yang menutupi tubuhnya, Janice mendengar suara pukulan yang menghantam tubuh, diikuti oleh suara tulang yang patah atau terpelintir.Klang! Pisau bedah jatuh ke lantai.Marco bahkan tidak sempat mengeluarkan suara sebelum tubuhnya ambruk ke lantai. Tali yang mengikat keempat anggota tubuh Janice segera dilepaskan. Tubuhnya yang lemas diangkat dalam pelukan seseorang.Saat tubuhnya digerakkan, jaket yang menutupi wajahnya melorot. Akhirnya, Janice melihat wajah pria yang memeluknya.Jason.Wajahnya sama seperti bayangan di pikirannya ... dingin tanpa ekspresi, tetapi mata itu penuh dengan amarah yang membara dan menyiratkan aura membunuh yang pekat.Dengan sisa kekuatannya, Janice perlahan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Jason. Dia berkata dengan suara lemah, "Kamu datang menyelamatkanku ...."Sebelum kata-katanya selesai, tangannya jatuh lemas, dan dia pingsan.Jason merasakan sesuatu menyusup ke hatinya, tetapi auranya tetap dingin dan tajam. Dia menatap Marco

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 315

    Perasaan di dalam tubuh Janice seperti roller coaster. Dia tahu perumpamaan itu tidak masuk akal, tetapi pikirannya terus berpikir seperti itu. Sensasi itu terasa nyaman sekaligus aneh.Marco menatap Janice dengan saksama, lalu berkata, "Apakah rasanya menyenangkan? Nyaman, bukan? Kamu jauh lebih sesuai dengan kriteriaku dibandingkan yang ada di foto."Foto?Kriteria?Apa maksudnya?Janice tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya melihat Marco membuka tas yang sudah diletakkan sebelumnya di ruangan itu dengan puas.Ketika Janice melihat isi tas tersebut, rasa takut menyelimutinya. Dia berusaha keras untuk melawan, tetapi tubuhnya tetap sulit dikendalikan. Sementara itu, Marco mendekatinya dengan senyum lebar dan membawa barang-barang dari dalam tasnya.....Di ruang jamuanAcara penyambutan Jason diatur oleh saudara sepupu Anwar yang juga merupakan penanggung jawab tambang saat ini. Menurut urutan keluarga, Jason harus memanggil mereka sebagai paman kelima dan keenam.Beg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 314

    Tempat jamuan makan dipindahkan ke sebuah restoran yang lebih mewah, dengan tingkat privasi yang jauh lebih baik. Begitu memasuki ruangan, suasana mewah tersebut langsung terasa.Di dalam ruang privat, sebuah meja panjang dihias dengan sangat elegan dan berkelas.Amanda masuk terlebih dulu untuk menyapa beberapa tamu asing dengan mencium pipi, lalu duduk dengan sopan dan ramah.Janice mengikutinya dengan tenang dari belakang. Namun, baru berjalan beberapa langkah, seorang pria tinggi tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya."Hai, Nona," sapa pria itu.Mendengar suara itu, Janice mengangkat pandangannya dan terkejut melihat salah satu desainer favoritnya.Marco.Namanya sangat tradisional dan umum di Idali. Namun, desain-desainnya terkenal karena inovasi dan daya tariknya yang kuat. Kabarnya, semua karya Marco terinspirasi oleh "dewi inspirasi"-nya, yang menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang setia dalam masalah perasaan.Janice merasa terhormat disapa oleh Marco. Saat dia bersiap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 313

    Anwar mengangkat pandangannya, dan tatapannya sudah mengatakan segalanya. Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menunduk dan menyanggupi perintahnya.....Sore hariJanice mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih sederhana dan sopan, riasannya juga sangat tipis, membuat penampilannya tampak rendah hati dan bersih.Bagaimanapun, dia hanya karyawan Amanda. Janice tidak ingin mencuri perhatian. Saat hendak berangkat, notifikasi di ponselnya menunjukkan sebuah topik yang sedang trending.[ Jason dan Vania menghabiskan sore yang penuh cinta.]Hanya dari judulnya, Janice sudah tahu isi beritanya. Dia memilih untuk mengabaikan notifikasi itu, lalu mengenakan sepatu hak tinggi dengan tenang dan keluar dari kamar.Baru saja masuk ke dalam lift, dia bertemu dengan Amanda. Amanda mengenakan jumpsuit elegan dengan potongan V-neck yang dihiasi kalung Mutiara. Penampilannya tampak Anggun, tetapi tetap profesional.Dia melirik Janice dan berkata, "Kamu nggak usah berpakaian terlalu sederhan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 312

    Norman kembali ke sisi Jason dan berbicara pelan, "Pak Jason, Bu Janice sudah pergi sendiri."Jason terdiam beberapa detik sebelum berkata, "Suruh seseorang mengawasinya.""Baik. Selain itu ...." Norman mendekat dan berbisik beberapa patah kata di telinganya. Jason hanya mengangguk tanpa ekspresi.Dia kemudian berjalan ke arah Vania, mengulurkan tangan untuk mengambilkan tasnya dari bagasi kabin dan menyampirkan jaketnya di Pundak Vania dengan santai."Kota Gunang lebih dingin dibandingkan Kota Pakisa," katanya."Hmm." Vania tersenyum malu-malu, dengan tatapan penuh semangat melihat Jason. Para tamu di sekitar mereka memandangnya dengan iri.....Setelah mengambil barang bawaannya, Janice menemukan Amanda. Amanda terlihat sendirian. "Vania nggak pergi sama kita?""Hmm."Janice sudah menduganya. Ketika dia sedang berpikir, sebuah keributan terjadi tidak jauh darinya.Jason keluar dari bandara sambil menggandeng Vania, menciptakan pemandangan yang heboh. Vania mengangkat pandangannya dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status