Janice belum sempat menghentikannya, Jason sudah mengambil benda di atas sofa. Sebuah syal yang hampir selesai dirajut. Di sekitarnya, ada berbagai gulungan benang berwarna-warni.Beberapa di antaranya sudah dirajut beberapa baris, tetapi karena warnanya tidak sesuai harapan, akhirnya dibiarkan begitu saja. Semuanya menjadi setengah jadi. Pada akhirnya, Janice bimbang antara warna merah tua dan hitam.Jason sudah memiliki banyak barang berwarna hitam, jadi dia lebih condong memilih merah tua.Namun, khawatir bahwa Jason lebih suka warna hitam, dia akhirnya merajut satu lagi dengan warna hitam. Sekarang, jika melihat sofa yang penuh dengan syal setengah jadi ini, rasanya seolah dia benar-benar sangat serius mempersiapkannya."Semua ini untukku?"Nada bicara Jason tetap dingin seperti biasa, seakan hanya sekadar bertanya. Janice langsung merasa bahwa dirinya terlalu percaya diri.Dengan canggung, dia mencoba menutupi barang-barang di sofa. "Nggak, aku cuma sudah lama nggak merajut. Karen
Anggap saja ini balas budi. Balas budi.Jason tertawa mendengus seketika.....Di Kediaman Keluarga Karim.Seorang kepala pelayan mengetuk pintu dan masuk.Di dalam ruangan, Anwar sedang berlatih Taichi. Gerakannya lambat tetapi penuh tenaga. Melihat pelayan yang berdiri dengan hormat di samping, dia menyapu pandangan sekilas sebelum menghentikan gerakannya.Setelah menerima handuk dari seorang pelayan wanita, dia melambaikan tangannya untuk mengisyaratkan agar semua orang mundur. Begitu ruangan itu hanya tersisa mereka berdua, dia duduk perlahan sambil menyeka keringat."Gimana perkembangan soal Ferdy? Setelah dia pulang nanti, aku harus ceramahi dia. Sebagai anak sulung, dia malah menimbulkan keributan demi wanita seperti itu."Pelayan itu menyerahkan secangkir teh dengan ekspresi serius. "Orang yang kita utus untuk menyingkirkan ibu dan anak itu melaporkan bahwa ...."Anwar mengerutkan alis. "Apa yang mereka laporkan?""Warung makan Tuan Ferdy terbakar beberapa hari lalu. Meskipun n
Angin musim dingin berembus di sepanjang jalan kota, udara dingin menusuk tulang. Di bulan Januari, Kota Pakisa sudah mulai membeku. Meskipun kota ini masih penuh dengan kemegahan, tetap ada sedikit aura kesunyian yang menyelimuti.Janice turun dari taksi dengan membawa sebuah kantong, lalu buru-buru menarik kerah tinggi sweternya untuk menutupi setengah wajahnya.Saat berbalik, dia mendapati gerbang megah rumah keluarga Karim yang biasanya tampak simpel, kini justru dihiasi dengan lampu dan dekorasi meriah. Ini bukan tahun baru, ada acara apa yang begitu megah?Setelah menyapa satpam, Janice melangkah masuk dengan cepat. Di bawah serambi, Ivy sedang mengatur para pelayan untuk bekerja."Ibu.""Janice, kamu datang. Apa itu? Bungkusannya cantik sekali."Sambil berbicara, Ivy menjulurkan tangan untuk membuka kantongnya.Janice segera menyembunyikannya di belakang. "Bukan apa-apa, aku beli saat lewat. Hari ini ada acara apa? Kenapa begitu meriah?"Ivy memastikan para pelayan telah menyapu
"Oh, jadi kalian sudah saling kenal." Anwar berdiri dengan tangan di belakang, ekspresinya sedikit rumit."Janice, dia ini penyelamat nyawa Jason. Dia baru saja kembali dari luar negeri. Dia juga adik kelas Jason di universitas. Dia berasal dari keluarga terpandang. Kalian harus bergaul dengan baik ke depannya."Penyelamat nyawa, keluarga terpandang. Itu adalah kata-kata yang ingin Anwar sampaikan kepada Janice.Janice tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia sedikit mendongak dan melihat ekspresi lembut serta penuh kasih yang Rachel tujukan kepada Jason.Bagaimana mungkin wanita yang rela mengorbankan nyawanya untuk seorang pria tidak memiliki perasaan padanya?Tenggorokan Janice terasa pahit, tetapi wajahnya tetap dihiasi senyuman. "Oh, rupanya begitu."Begitu ucapan itu dilontarkan, tatapan dingin Jason tertuju padanya. Janice tidak mendongak, hanya berdiri diam di tempat.Tidak lama kemudian, para kerabat Keluarga Karim pun berdatangan. Anwar melambaikan tangan. "Jangan berdiri saja,
Janice mencuci tangannya, menggulung lengan baju, dan bersiap membantu Ivy bekerja. Namun, Zachary tiba-tiba melepas jasnya dan masuk ke dapur."Sudahlah, kalian berdua pergi makan saja, biar aku yang mengawasi di sini.""Terima kasih, Sayang." Ivy tersenyum manis."Terima kasih, Paman."Janice mengambil dua mangkuk sup dan langsung duduk di meja kecil untuk meminumnya. Sup yang direbus dengan herbal langka memang rasanya berbeda.Setelah bermesraan sejenak, Ivy dan Zachary akhirnya duduk. Begitu duduk, Ivy langsung merebut sup dari tangan Janice dan meminumnya sampai habis."Aku haus sekali. Aku sudah mencari tahu semuanya untukmu.""Mencari tahu? Ibu, aku menyuruhmu mencari tahu tentang apa?" Janice terkejut."Rachel."Mungkin karena penasaran, Janice tidak menyela Ivy.Ivy berbisik, "Rachel adalah putri sulung Keluarga Luthan, keluarga terpandang di Kota Heco. Dia dan Jason satu universitas di luar negeri. Saat Jason mengalami kecelakaan di luar negeri, dia yang menariknya keluar se
Rachel menatap Jason dan segera menggeleng. "Aku bukan menyelamatkan Jason demi balasan. Siapa pun yang ada di dalam mobil itu, aku tetap akan menolongnya."Dia tidak mengatakannya untuk mendapatkan pujian, itu memang yang dia yakini.Anwar menatapnya dengan puas sambil mengangguk. "Rachel, Jason beruntung sekali karena bisa mengenalmu.""Paman, kalau kamu bicara seperti itu, aku jadi nggak tahu harus menjawab apa." Rachel sedikit malu, jadi secara naluriah bergerak lebih dekat ke sisi Jason.Niatnya terlihat jelas oleh semua orang, tetapi semua orang menerimanya dengan senang hati. Meskipun dia kehilangan satu kakinya, itu terjadi karena dia menyelamatkan Jason.Jika Rachel bergabung dengan keluarga ini, sekalipun hanya sebagai simbol, itu bisa meningkatkan reputasi Keluarga Karim. Belum lagi latar belakang keluarganya yang terpandang, menjadikan pernikahan ini sebagai aliansi yang sempurna.Rachel menoleh menatap wajah Jason yang dingin dari samping. Tatapannya dipenuhi harapan, berh
Wajah Jason menjadi sangat masam. Matanya menyipit, memancarkan hawa dingin. "Janice."Janice menatap langsung ke matanya. "Kamu benaran nggak tahu apa yang dilakukan ayahmu hari ini? Melihatku dan Ibu berusaha keras, tapi nggak dihargai, rasanya menyenangkan ya? Aku nggak ingin bermain permainan ini dengan kalian lagi. Malam itu sudah lama berlalu, Paman."Di antara mereka, hanya sapaan paman yang bisa menjadi batas. Tatapan Jason penuh dengan kilatan dingin. Tanpa berkata apa-apa, dia berbalik menuju tempat sampah.Janice menatap punggungnya dengan perasaan campur aduk, tak tahu apakah dia berharap Jason mengambil kembali syal itu, atau justru membiarkannya pergi begitu saja.Namun, setiap langkah Jason mendekati tempat sampah, hati Janice semakin tegang. Tepat ketika Jason hendak menghentikan pelayan, terdengar jeritan dari jalan kecil di taman.Secara refleks, semua orang menoleh. Rachel yang memakai kaki prostetik, tampaknya tersandung batu dan jatuh.Janice secara naluriah menole
Mendengar itu, wajah Zachary tampak semakin serius. Dia memahami maksud tersembunyi di balik kata-kata Janice.Mulai sekarang, mereka bukan lagi keluarga, bahkan hubungan saudara jauh pun tidak dihitung."Janice, kamu pasti sangat tertekan.""Paman, tolong jaga ibuku dengan baik." Janice tersenyum, menitipkan pesan.Ivy ingin menegur Janice. Namun, mengingat mereka bertiga harus makan di dapur hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dirinya telah membebani putrinya.Dia yang membuat Janice harus kembali berkali-kali untuk menanggung penghinaan ini. Dia pun memasang senyuman. "Jaga dirimu baik-baik.""Aku pergi." Janice mengambil tasnya dan pergi tanpa menoleh ke belakang.....Beberapa saat kemudian, kepala pelayan datang ke dapur. "Tuan, Nyonya, Nona Rachel sudah mau pergi.""Hm, kami akan segera ke sana." Zachary merapikan pakaiannya dan menggandeng Ivy keluar.Kepala pelayan segera berkata, "Tuan Anwar minta Nona Janice ikut mengantar tamu.""Janice ada urusan, dia sudah pergi duluan
Setelah Janice mengenakan gaunnya, Naura dan penata riasnya langsung terpukau."Gaun ini terlihat biasa saja, tapi kenapa terlihat begitu bagus saat kamu pakai?" kata Naura.Jika Naura tidak membantu Janice mengenakan gaun itu, dia juga tidak akan percaya itu adalah gaun yang tadi dibawanya. Gaun berwarna ungu pucat dan tanpa lengan ini terlihat agak kusam saat dipegangnya, tetapi gaun itu terlihat sempurna saat dipakai Janice seolah-olah gaun itu memang khusus dibuat untuk Janice. Setiap kali Janice melangkah, gaun itu juga akan memancarkan cahaya.Penata rias yang terkejut pun berkata, "Benar-benar berubah."Pipi Janice langsung memerah karena merasa malu.Naura segera memapah Janice dan berkata, "Ayo cepat, jangan buat semua orang menunggu lama."Setelah mengiakan, Janice pun perlahan-lahan berjalan keluar dari ruang rias itu. Restoran ini hanya memiliki satu ruang rias di lantai ini, sehingga dia harus berjalan melewati koridor untuk sampai ke ruangan pribadi yang sudah dipesannya.
Mendengar pertanyaan itu, Ivy yang sedang membantu Janice untuk menutup kopernya pun tangannya terjepit. "Ah! Sakit sekali."Jari-jari Ivy memerah dan ekspresinya juga terlihat sangat muram.Janice segera mengambil kantong es dari kulkas untuk mengompres tangan Ivy. "Ibu, kenapa kamu begitu nggak fokus?""Nggak apa-apa. Mungkin maksudnya adalah rekan kerja kita lainnya yang sudah lama nggak bekerja lagi. Kamu juga tahu pekerjaan kita ini bergantung pada penampilan, jadi kantor pusat mengirim gadis muda yang cantik. Kita juga nggak bisa apa-apa," jawab Ivy sambil menekan kantong es dan menundukkan kepala, sehingga ekspresinya tidak jelas.Janice juga tidak begitu memperhatikan, hanya membungkuk dan hendak mengangkat kopernya.Ivy langsung terkejut. "Jangan bergerak. Kandunganmu masih belum tiga bulan, mengangkat barang berat seperti ini bisa berbahaya.""Ini nggak berat," jelas Janice."Nggak boleh, biar aku saja yang angkat," balas Ivy, lalu merebut koper dari tangan Janice dan membawa
"Benar juga," kata Ivy yang tidak bersikeras lagi, lalu meletakkan kartu bank dan sertifikat rumah itu kembali ke dalam brankasnya.Janice lanjut mengemas barangnya, tetapi Ivy malah merebut pakaian yang ada di tangan Janice. "Kamu duduk di samping saja. Lihat saja pakaian yang kamu lipat ini, berantakan sekali. Biar aku saja yang rapikan.""Baiklah," jawab Janice yang tahu Ivy sebenarnya tidak ingin berpisah dengannya. Mengingat mereka tidak akan bisa bertemu lagi dalam waktu yang cukup lama, dia pun tidak menolaknya. Dia duduk di sofa dan menyerahkan pakaiannya pada Ivy.Tepat pada saat itu, ponsel Janice berdering. Melihat telepon itu ternyata dari Yuri, dia segera mengangkatnya. "Yuri, kamu baik-baik saja?""Kak, aku baik-baik saja, Pak Jason yang menyelamatkanku. Dia bahkan mengatur sekolah baru untukku," jawab Yuri dengan semangat."Menyelamatkanmu?" tanya Janice dengan bingung. Bukankah Jason sengaja membawa pergi Yuri?Yuri menjelaskan, "Setelah aku turun dari atap saat itu, ak
Janice dan Landon pun memutuskan untuk tetap bertunangan sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Begitu kabarnya tersebar, Ivy langsung datang menemui Janice sambil membawa sebuah brankas.Saat ini, perusahaan layanan rumah baru saja selesai merapikan rumah Janice. Sekarang dia sedang menyortir barang-barang yang tidak diperlukan untuk dibuang dan sisanya langsung dimasukkan ke koper.Untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan, Janice dan Landon memutuskan untuk pergi ke Kota Heco dan menjalani prosedurnya setelah bertunangan. Dia ingin seluruh anggota Keluarga Karim tahu dia sudah menjadi bagian dari Keluarga Luthan, lalu mereka pergi ke luar negeri. Kepergian mereka ini mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun.Saat masuk dan melihat koper yang ada di lantai, Ivy terdiam cukup lama. Setelah berkedip beberapa kali, dia akhirnya berhasil menahan air matanya. "Jadi, kamu benar-benar akan meninggalkanku?""Ibu, kita bukan berpisah selamanya. Bukannya dulu kamu malah berharap aku b
"Kamu tahu kamu sudah tidur berapa lama? Aku hampir saja mengira kamu sudah tiada, aku sampai berkali-kali pergi memeriksa napasmu," kata Naura."Hanya sedikit lelah," jawab Janice dengan lemah.Melihat wajah Janice yang agak pucat, Naura segera membantu Janice untuk duduk dan menyajikan semangkuk sup. "Aku terus menghangatkan sup ini di atas kompor agar kamu bisa meminumnya saat kamu bangun. Ayo coba."Setelah meminum seteguk supnya, seluruh tubuh Janice langsung terasa hangat. Tak lama kemudian, semangkuk penuh supnya sudah habis diminum. Setelah makan sepiring nasi dan beberapa potong iga yang kembali disajikan Naura, dia baru merasa lebih baik.Saat bangkit dan hendak membantu Naura membereskan piring, tas yang digantung Janice di belakang kursi tiba-tiba jatuh dan sebuah kotak berguling keluar. Itu adalah kotak yang diberikan Jason saat mengantarnya pulang dan menyuruhnya hari ini baru membukanya. Dia memungut kotak itu dengan curiga, lalu perlahan-lahan membukanya dan terlihat se
Jason berkata dengan tenang, "Sehari sebelum Elaine menjebak Ivy, Landon berhasil melamar Janice. Landon masih belum memberi tahu orang lain tentang hal ini, hanya keluarga saja."Rachel pun cemberut. "Bibi Elaine juga keluargaku."Jason berkata dengan dingin, "Alasannya cukup masuk akal, tapi kamu nggak cocok melakukan hal seperti ini."Setelah terdiam sejenak, Rachel menundukkan kepala dan berkata, "Mana Bibi Elaine?"Jason berdiri dan menjawab, "Tenang saja, kalian akan segera bertemu."Mendengar perkataan itu, Rachel menatap Jason dengan bingung.....Beberapa jam sebelumnya.Melihat popularitas siaran langsung putra Fenny, Elaine merasa sangat senang. Dia yakin Ivy pasti dalam masalah dan Jason juga pasti akan menyesal. Namun, saat dia membuka pintu, asap yang memenuhi udara membuatnya langsung waspada. "Siapa itu? Berani-beraninya merokok di kantorku."Kursi di depan meja Elaine pun perlahan-lahan berputar dan terlihat wajah Jason dengan ekspresi yang tajam dan berbahaya. Dia ber
Oleh karena itu, seluruh pihak kepolisian langsung memverifikasi semua bukti itu secepat mungkin. Saat petang, pernyataan resmi sudah dirilis di internet. Dalam sekejap, para netizen yang merasa ditipu pun langsung marah.[ Bocah yang baru berusia 15 tahun ternyata sudah punya target kecil di luar negeri, kita malah disuruh donasi untuk pengobatannya. Bagaimana kalau kasurnya itu kasih aku dulu. ][ Hari ini ada influencer yang bilang pencahayaan di siaran langsungnya sangat profesional, jelas ada tim di baliknya. Mana seperti anak yatim. ][ Rasa iri memang bisa buat orang berubah, sungguh mengerikan. Karena iri dengan kehidupan Pak Zachary dan Nyonya Ivy, jadi mati pun mau menghancurkan orang lain. ]Janice hanya membaca beberapa komentar saja. Saat melihat kata target kecil, dia langsung menyadari semuanya sesuai dengan perkataan Zachary. Karena takut dilacak, Elaine mengirim semua uangnya ke rekening Fenny untuk memutuskan hubungan mereka.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara t
Melihat situasinya tidak beres, Naura segera menarik Janice untuk duduk. Dia berkata pada polisi sambil tersenyum dengan canggung, "Maaf. Dia terlalu khawatir dengan kondisi ibunya, jadi agak emosional."Setelah polisi itu memberi isyarat bisa memaklumi reaksi Naura, Zachary kembali berkata, "Orang yang mengumpulkan uang ilegal itu sebenarnya Fenny. Nggak ada aset atas namanya, tapi semuanya sudah dialihkan ke nama putranya. Dia bahkan sudah menyiapkan operasi transplantasi sumsum tulang untuk putranya, putranya juga tahu semuanya. Pengacaraku sudah menyerahkan semua buktinya.""Selain itu, putranya memanfaatkan usianya yang masih muda pun berbicara sembarangan di internet dan mencari simpati orang lain. Dia bahkan melakukan penipuan donasi dan sekarang jumlahnya sudah mencapai dua miliaran. Aku ingin putranya Fenny untuk minta maaf kepada publik di siaran langsungnya."Setelah mengatakan itu, Zachary membuka dokumen buktinya. Terlihat seorang pemuda bisa memiliki rekening bank luar ne
Di antara orang-orang yang bersimpati pada pemuda itu, sebagian besar berasal dari Kota Pakisa. Kabar menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut, sehingga kini kerumunan orang mulai berdatangan ke kantor polisi untuk menuntut penjelasan. Melihat tatapan mereka sangat mengerikan, Naura melindungi Janice saat masuk ke kantor polisi.Saat melihat Zachary yang sudah menunggu bersama asistennya, Janice segera maju dan bertanya, "Paman, bagaimana keadaan ibuku?""Ibumu baik-baik saja, tapi Fenny tiba-tiba mulai menyakiti dirinya sendiri. Kabar itu sudah tersebar keluar, jadi publik sangat marah," jelas Zachary."Paman, tolong selidiki putranya Fenny. Aku curiga ada yang sengaja membantunya membangun citra ini," kata Janice."Ini ...." Mendengar perkataan Janice, Zachary menggigit bibirnya dan tidak langsung menjawab.Pada akhirnya, asistennya Zachary berkata dengan tidak berdaya, "Nona Janice, Pak Zachary sudah diskors perusahaan dan semua dananya juga sudah dibekukan Keluarga Karim.""Ini ..