Janice langsung mengirimkan serangkaian angka kepada Jason melalui pesan, lalu menggeser ke kiri untuk menghapus ruang obrolan.Melihat Tracy hampir pingsan, Janice akhirnya melepaskan tangannya. Sebenarnya, dia benar-benar ingin mencekik Tracy sampai mati.Namun di kehidupan ini, hidupnya baru saja dimulai dan dia pernah berjanji pada Vega bahwa dia akan menjadi diri yang berbeda. Dia tidak akan membiarkan orang seperti Tracy menghancurkan hidupnya.Setelah lolos dari cekikan, Tracy seperti orang gila yang berteriak keras, "Tolong! Tolong aku!"Saat berikutnya, pintu dibuka. Yoshua yang baru selesai membalut lukanya, segera masuk dengan pengawal.Yoshua sontak menarik Janice menjauh. "Janice, tenanglah! Kalau bukan karena Jason, kami nggak akan jatuh sampai seperti ini. Semua ini gara-gara dia!"Mendengar itu, Janice langsung terdiam. Wajahnya yang sudah pucat semakin pucat. Mata merahnya menatap Yoshua. "Kamu juga tahu? Kamu juga terlibat?"Yoshua baru sadar bahwa dirinya salah bicar
Ruangan di bangsal menjadi sunyi.Jason menatap angka-angka di layar dengan tatapan dingin. "Apa maksud angka 1, 2, dan 3?""1 berarti rumah, 2 berarti tempat kerjaku, dan 3 berarti luar kota," jawab Ivy segera tanpa berani menunda.Ibu dan anak itu hidup saling bergantung, sehingga harus berhati-hati. Saat masih muda, Ivy pernah diikuti oleh seorang pria. Kemudian, putrinya yang cantik, Janice, juga pernah menjadi target orang jahat.Itu sebabnya, mereka berdua menciptakan kode ini. Jika terjadi masalah dan tidak bisa menelepon, mereka akan mengirim pesan.Saat itu, Janice masih kecil. Hidup mereka berpusat di rumah dan tempat kerja, jadi tidak ada banyak angka dalam kode itu.Zachary berasumsi, "Apa mungkin Janice dibawa ke luar kota?"Ivy mengernyit, "Kalaupun ke kota lain, seharusnya itu angka 4. Dia pasti tahu aku bisa mengerti dan nggak mungkin salah mengirim angka. Kenapa malah kirim angka 5?""Ke luar negeri," ucap Jason sebelum berbalik meninggalkan ruangan.Norman dan Arya se
Jason mengeluarkan ponsel, memutar rekaman panggilan telepon yang dilakukan oleh Vania kepada kekasihnya di luar negeri."Sayang, aku akan terbang saat natal. Kamu harus datang menjemputku. Aku benar-benar muak dengan Azka si bodoh ini!"Vania tertegun seperti patung. Bibirnya bergetar karena ketakutan, "Azka, bukan seperti itu. Aku cuma ...."Azka tersenyum tipis dan langsung memeluknya. "Nggak apa-apa, aku percaya padamu."Tepat saat Vania merasa lega, Arya muncul. "Azka! Kamu gila ya? Kamu jelas-jelas dimanfaatkan olehnya! Dia sama sekali nggak mencintaimu! Dia mendekatimu cuma karena kamu adikku! Tujuannya untuk mengetahui keberadaan dan situasi Jason melalui dirimu!""Aku tahu." Azka tertawa terbahak-bahak. "Aku tahu segalanya."Kali ini, bukan hanya Arya yang tertegun, tetapi Vania juga.Azka menunjuk ke arah Arya dan tertawa sinis. "Sejak kecil, kamu selalu menjadi teladan di mata orang lain. Kamu nggak pernah berbuat salah, sedangkan aku selalu salah dalam segala hal yang kulak
Di rumah merah, interior rumah itu sangat indah, tetapi entah mengapa ada aura menyeramkan di setiap sudutnya. Yoshua yang terbiasa dilayani orang lain, hanya menyisakan dua pelayan untuk merawat Tracy.Janice dibawa ke sebuah kamar di lantai atas. Begitu pintu terbuka, ruangan itu gelap gulita. Dia bahkan belum sempat menyesuaikan diri saat tiba-tiba didorong hingga terjatuh ke lantai.Janice menopang tubuhnya dan berusaha menyerbu ke luar, tetapi pintu sudah terkunci rapat. Seketika, ketakutan akan kegelapan menjalar di hati. Dia meraba dinding untuk mencari saklar dan menyalakan lampu.Saat melihat jelas isi ruangan, wajahnya langsung pucat pasi. Pikirannya belum sepenuhnya menangkap apa yang terjadi, tetapi tubuhnya sudah bereaksi dengan sangat cepat."Huek!" Janice bergegas masuk ke kamar mandi dan muntah dengan hebat. Setelah tidak ada lagi yang bisa dimuntahkan, kedua tangannya diletakkan di wastafel untuk menopang tubuhnya.Saat menatap ke cermin, dia melihat wajahnya perlahan-
"Pergi!" Suara Janice bergetar saat dia berbicara, sama sekali tidak bisa membuat orang merasa takut.Mata Yoshua memerah seperti darah, begitu juga lehernya. Dia mengambil sebuah sabuk dari lemari dan mengikat tangan Janice. Dengan satu tangan, dia menarik pakaian Janice, sementara tangan lainnya menjelajahi tubuhnya.Saat Janice hampir kehilangan harapan, dia menyadari sesuatu yang tidak wajar. Yoshua tidak menunjukkan reaksi pria pada umumnya. Sama sekali tidak ada.Deg! Perasaan aneh muncul di hati Janice saat dia menatap Yoshua dengan heran. Yoshua menyadari tatapan itu, lalu menunduk menatap Janice. Dia tampak tidak bisa menahan diri, tetapi usahanya tidak ada gunanya.Janice langsung tahu ... Yoshua telah minum obat, tetapi obat itu tidak berefek.Yoshua duduk di sebelahnya, menyeringai dingin. "Kamu meremehkanku? Ini semua gara-gara Jason! Dulu saat ayahku mengalami kecelakaan mobil, aku ada di mobil itu. Aku melompat keluar untuk menyelamatkan diri, tapi tubuhku terluka. Setel
Tanpa berbelaskasihan sedikit pun, Janice langsung menusukkan pisaunya ke tubuh pria yang mendekat. Meskipun harus membunuh mereka semua, Janice sama sekali tidak takut.Norgia disebut sebagai negara paling bahagia. Bukan hanya karena tingkat kebahagiaan warganya, tetapi juga karena hukum di sini sangat memanjakan warganya. Mereka memiliki penjara bintang lima.Bagi Janice, membunuh beberapa sampah masyarakat lebih terasa seperti sebuah keuntungan.Dengan keberanian yang membara, Janice menusuk tiga orang sekaligus, membuat darah menggenang di lantai. Dua pria lainnya tampak ketakutan."Pergi!" teriak Janice sambil mengangkat pisaunya yang berlumuran darah.Segera, Yoshua datang bersama para pengawalnya. Ketika melihat ketiga pria yang mengerang kesakitan di lantai, wajahnya sontak dipenuhi amarah."Sepertinya kamu belum memahami situasimu. Sekarang, nggak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu! Tangkap dia. Aku ingin dia menyaksikan semua dengan mata kepala sendiri!"Janice mencoba
"Memangnya impoten sepertimu sanggup?" Jason melemparkan pistol ke tengah-tengah mereka dengan ekspresi datar. "Demi menghormati ayahmu, aku memberimu satu kesempatan. Ambil itu."Yoshua menghapus darah di wajahnya. "Apa hakmu menyebut ayahku? Kamu yang membunuhnya! Kamu pikir aku nggak berani?""Siapa yang bilang? Ibumu? Wanita munafik dan egois.""Kamu nggak pantas bicara begitu tentang ibuku!"Begitu ucapan itu dilontarkan, Yoshua bergegas mengambil pistol yang ada di lantai.Namun, saat berikutnya, Jason melepaskan syal dari lehernya dan melilitkannya ke leher Yoshua. Kemudian, dia menarik hingga tubuh Yoshua terangkat dan terhempas keras ke lantai.Jason perlahan mempererat lilitan syal itu. Wajah Yoshua memerah, tetapi dia masih berusaha melawan. "Aku ... aku sudah menyentuhnya! Di tubuhnya ... ada bekasku, juga bekas pria lain ... hahaha ... uh ...."Mendengar tawa itu, Janice mendongak. Pemandangan di depannya tertangkap jelas. Dalam pikirannya, terdengar suara keras seperti ge
Setelah Yoshua diikat erat-erat, Janice baru yakin bahwa dirinya benar-benar aman.Saat ini, tubuhnya sudah penuh dengan keringat dingin dan lemas. Ketika terjatuh, sepasang tangan menangkapnya, lalu mengangkatnya dalam pelukan dan membawanya keluar dari ruangan.Pemandangan itu persis seperti di kehidupan sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah kali ini mereka berdua selamat.Janice selalu takut bahwa semuanya hanya mimpi. Dia mengangkat tangannya, menyentuh wajah pria itu. Kumisnya kasar."Kasar sekali.""Nanti aku cukur." Suara Jason terdengar lebih santai dari biasanya."Jason." Janice mengelus alis matanya, memanggilnya dengan lembut.Jason berhenti sejenak saat mendengar suaranya. "Ya."Mendengar respons itu, Janice akhirnya merasa tenang, lalu tenggelam dalam kegelapan.Tidur kali ini membuatnya merasa dunia seperti terbalik. Di dalam mimpi, ingatan yang selama ini terkunci akhirnya terbuka.Rasanya seperti seluruh dunia berubah. Meskipun di kehidupan kali ini dia berhasil men
Setelah Janice mengenakan gaunnya, Naura dan penata riasnya langsung terpukau."Gaun ini terlihat biasa saja, tapi kenapa terlihat begitu bagus saat kamu pakai?" kata Naura.Jika Naura tidak membantu Janice mengenakan gaun itu, dia juga tidak akan percaya itu adalah gaun yang tadi dibawanya. Gaun berwarna ungu pucat dan tanpa lengan ini terlihat agak kusam saat dipegangnya, tetapi gaun itu terlihat sempurna saat dipakai Janice seolah-olah gaun itu memang khusus dibuat untuk Janice. Setiap kali Janice melangkah, gaun itu juga akan memancarkan cahaya.Penata rias yang terkejut pun berkata, "Benar-benar berubah."Pipi Janice langsung memerah karena merasa malu.Naura segera memapah Janice dan berkata, "Ayo cepat, jangan buat semua orang menunggu lama."Setelah mengiakan, Janice pun perlahan-lahan berjalan keluar dari ruang rias itu. Restoran ini hanya memiliki satu ruang rias di lantai ini, sehingga dia harus berjalan melewati koridor untuk sampai ke ruangan pribadi yang sudah dipesannya.
Mendengar pertanyaan itu, Ivy yang sedang membantu Janice untuk menutup kopernya pun tangannya terjepit. "Ah! Sakit sekali."Jari-jari Ivy memerah dan ekspresinya juga terlihat sangat muram.Janice segera mengambil kantong es dari kulkas untuk mengompres tangan Ivy. "Ibu, kenapa kamu begitu nggak fokus?""Nggak apa-apa. Mungkin maksudnya adalah rekan kerja kita lainnya yang sudah lama nggak bekerja lagi. Kamu juga tahu pekerjaan kita ini bergantung pada penampilan, jadi kantor pusat mengirim gadis muda yang cantik. Kita juga nggak bisa apa-apa," jawab Ivy sambil menekan kantong es dan menundukkan kepala, sehingga ekspresinya tidak jelas.Janice juga tidak begitu memperhatikan, hanya membungkuk dan hendak mengangkat kopernya.Ivy langsung terkejut. "Jangan bergerak. Kandunganmu masih belum tiga bulan, mengangkat barang berat seperti ini bisa berbahaya.""Ini nggak berat," jelas Janice."Nggak boleh, biar aku saja yang angkat," balas Ivy, lalu merebut koper dari tangan Janice dan membawa
"Benar juga," kata Ivy yang tidak bersikeras lagi, lalu meletakkan kartu bank dan sertifikat rumah itu kembali ke dalam brankasnya.Janice lanjut mengemas barangnya, tetapi Ivy malah merebut pakaian yang ada di tangan Janice. "Kamu duduk di samping saja. Lihat saja pakaian yang kamu lipat ini, berantakan sekali. Biar aku saja yang rapikan.""Baiklah," jawab Janice yang tahu Ivy sebenarnya tidak ingin berpisah dengannya. Mengingat mereka tidak akan bisa bertemu lagi dalam waktu yang cukup lama, dia pun tidak menolaknya. Dia duduk di sofa dan menyerahkan pakaiannya pada Ivy.Tepat pada saat itu, ponsel Janice berdering. Melihat telepon itu ternyata dari Yuri, dia segera mengangkatnya. "Yuri, kamu baik-baik saja?""Kak, aku baik-baik saja, Pak Jason yang menyelamatkanku. Dia bahkan mengatur sekolah baru untukku," jawab Yuri dengan semangat."Menyelamatkanmu?" tanya Janice dengan bingung. Bukankah Jason sengaja membawa pergi Yuri?Yuri menjelaskan, "Setelah aku turun dari atap saat itu, ak
Janice dan Landon pun memutuskan untuk tetap bertunangan sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Begitu kabarnya tersebar, Ivy langsung datang menemui Janice sambil membawa sebuah brankas.Saat ini, perusahaan layanan rumah baru saja selesai merapikan rumah Janice. Sekarang dia sedang menyortir barang-barang yang tidak diperlukan untuk dibuang dan sisanya langsung dimasukkan ke koper.Untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan, Janice dan Landon memutuskan untuk pergi ke Kota Heco dan menjalani prosedurnya setelah bertunangan. Dia ingin seluruh anggota Keluarga Karim tahu dia sudah menjadi bagian dari Keluarga Luthan, lalu mereka pergi ke luar negeri. Kepergian mereka ini mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun.Saat masuk dan melihat koper yang ada di lantai, Ivy terdiam cukup lama. Setelah berkedip beberapa kali, dia akhirnya berhasil menahan air matanya. "Jadi, kamu benar-benar akan meninggalkanku?""Ibu, kita bukan berpisah selamanya. Bukannya dulu kamu malah berharap aku b
"Kamu tahu kamu sudah tidur berapa lama? Aku hampir saja mengira kamu sudah tiada, aku sampai berkali-kali pergi memeriksa napasmu," kata Naura."Hanya sedikit lelah," jawab Janice dengan lemah.Melihat wajah Janice yang agak pucat, Naura segera membantu Janice untuk duduk dan menyajikan semangkuk sup. "Aku terus menghangatkan sup ini di atas kompor agar kamu bisa meminumnya saat kamu bangun. Ayo coba."Setelah meminum seteguk supnya, seluruh tubuh Janice langsung terasa hangat. Tak lama kemudian, semangkuk penuh supnya sudah habis diminum. Setelah makan sepiring nasi dan beberapa potong iga yang kembali disajikan Naura, dia baru merasa lebih baik.Saat bangkit dan hendak membantu Naura membereskan piring, tas yang digantung Janice di belakang kursi tiba-tiba jatuh dan sebuah kotak berguling keluar. Itu adalah kotak yang diberikan Jason saat mengantarnya pulang dan menyuruhnya hari ini baru membukanya. Dia memungut kotak itu dengan curiga, lalu perlahan-lahan membukanya dan terlihat se
Jason berkata dengan tenang, "Sehari sebelum Elaine menjebak Ivy, Landon berhasil melamar Janice. Landon masih belum memberi tahu orang lain tentang hal ini, hanya keluarga saja."Rachel pun cemberut. "Bibi Elaine juga keluargaku."Jason berkata dengan dingin, "Alasannya cukup masuk akal, tapi kamu nggak cocok melakukan hal seperti ini."Setelah terdiam sejenak, Rachel menundukkan kepala dan berkata, "Mana Bibi Elaine?"Jason berdiri dan menjawab, "Tenang saja, kalian akan segera bertemu."Mendengar perkataan itu, Rachel menatap Jason dengan bingung.....Beberapa jam sebelumnya.Melihat popularitas siaran langsung putra Fenny, Elaine merasa sangat senang. Dia yakin Ivy pasti dalam masalah dan Jason juga pasti akan menyesal. Namun, saat dia membuka pintu, asap yang memenuhi udara membuatnya langsung waspada. "Siapa itu? Berani-beraninya merokok di kantorku."Kursi di depan meja Elaine pun perlahan-lahan berputar dan terlihat wajah Jason dengan ekspresi yang tajam dan berbahaya. Dia ber
Oleh karena itu, seluruh pihak kepolisian langsung memverifikasi semua bukti itu secepat mungkin. Saat petang, pernyataan resmi sudah dirilis di internet. Dalam sekejap, para netizen yang merasa ditipu pun langsung marah.[ Bocah yang baru berusia 15 tahun ternyata sudah punya target kecil di luar negeri, kita malah disuruh donasi untuk pengobatannya. Bagaimana kalau kasurnya itu kasih aku dulu. ][ Hari ini ada influencer yang bilang pencahayaan di siaran langsungnya sangat profesional, jelas ada tim di baliknya. Mana seperti anak yatim. ][ Rasa iri memang bisa buat orang berubah, sungguh mengerikan. Karena iri dengan kehidupan Pak Zachary dan Nyonya Ivy, jadi mati pun mau menghancurkan orang lain. ]Janice hanya membaca beberapa komentar saja. Saat melihat kata target kecil, dia langsung menyadari semuanya sesuai dengan perkataan Zachary. Karena takut dilacak, Elaine mengirim semua uangnya ke rekening Fenny untuk memutuskan hubungan mereka.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara t
Melihat situasinya tidak beres, Naura segera menarik Janice untuk duduk. Dia berkata pada polisi sambil tersenyum dengan canggung, "Maaf. Dia terlalu khawatir dengan kondisi ibunya, jadi agak emosional."Setelah polisi itu memberi isyarat bisa memaklumi reaksi Naura, Zachary kembali berkata, "Orang yang mengumpulkan uang ilegal itu sebenarnya Fenny. Nggak ada aset atas namanya, tapi semuanya sudah dialihkan ke nama putranya. Dia bahkan sudah menyiapkan operasi transplantasi sumsum tulang untuk putranya, putranya juga tahu semuanya. Pengacaraku sudah menyerahkan semua buktinya.""Selain itu, putranya memanfaatkan usianya yang masih muda pun berbicara sembarangan di internet dan mencari simpati orang lain. Dia bahkan melakukan penipuan donasi dan sekarang jumlahnya sudah mencapai dua miliaran. Aku ingin putranya Fenny untuk minta maaf kepada publik di siaran langsungnya."Setelah mengatakan itu, Zachary membuka dokumen buktinya. Terlihat seorang pemuda bisa memiliki rekening bank luar ne
Di antara orang-orang yang bersimpati pada pemuda itu, sebagian besar berasal dari Kota Pakisa. Kabar menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut, sehingga kini kerumunan orang mulai berdatangan ke kantor polisi untuk menuntut penjelasan. Melihat tatapan mereka sangat mengerikan, Naura melindungi Janice saat masuk ke kantor polisi.Saat melihat Zachary yang sudah menunggu bersama asistennya, Janice segera maju dan bertanya, "Paman, bagaimana keadaan ibuku?""Ibumu baik-baik saja, tapi Fenny tiba-tiba mulai menyakiti dirinya sendiri. Kabar itu sudah tersebar keluar, jadi publik sangat marah," jelas Zachary."Paman, tolong selidiki putranya Fenny. Aku curiga ada yang sengaja membantunya membangun citra ini," kata Janice."Ini ...." Mendengar perkataan Janice, Zachary menggigit bibirnya dan tidak langsung menjawab.Pada akhirnya, asistennya Zachary berkata dengan tidak berdaya, "Nona Janice, Pak Zachary sudah diskors perusahaan dan semua dananya juga sudah dibekukan Keluarga Karim.""Ini ..