Share

Bab 163

Penulis: Danira Widia
Janice terkejut dengan sisi Jason yang asing ini. Napasnya memburu saat dia mencoba mendorong Jason menjauh. Namun, Jason menangkap pergelangan tangannya. Jari-jarinya menggosok bagian bekas luka bakar yang sudah sembuh di pergelangan itu.

"Sudah sembuh?" tanyanya dengan nada malas.

Janice memalingkan wajahnya karena enggan menjawab. Jason mengangkat tangannya, memaksa wajah Janice kembali menghadapnya, dan mencubitnya dengan pelan.

"Bisa bicara baik-baik sekarang?" tanyanya.

"Paman, kamu lupa? Aku itu keras kepala," balas Janice dengan nada kesal.

Jason menopang kedua tangannya di meja, lalu menundukkan kepala sambil menahan tawa di tenggorokannya. "Kalau aku bicara baik-baik, kamu nggak mau dengar. Tapi omongan beginian malah kamu ingat dengan jelas."

Nada suaranya kali ini ringan, bahkan membawa kesan santai yang belum pernah dia tunjukkan sebelumnya.

Janice bingung harus menjawab apa. Padahal, suasana di antara mereka tadinya terasa sangat tegang. Dia menundukkan matanya, memilih u
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 164

    Jason berdiri di depan kepala asrama untuk menghalangi langkahnya. "Ada apa?" tanyanya dengan nada dingin.Kepala asrama langsung berubah menjadi lebih segan. "Pak Jason, begini, gedung ini rencananya akan direnovasi untuk digunakan oleh mahasiswa baru angkatan berikutnya. Tapi Janice belum juga pindah. Aku tahu, dia ini perempuan dan mungkin sulit untuk memindahkan barang-barangnya, jadi aku panggil tiga satpam untuk membantunya."Dia tersenyum dengan munafik, tapi tidak berani menatap Jason secara langsung, terutama saat menyebutkan tiga satpam tadi. Nada bicaranya terdengar lemah, menunjukkan ada sesuatu yang dia sembunyikan.Sepertinya dia tahu identitas asli ketiga satpam itu. Namun, kenapa dia melakukan hal seperti ini? Janice baru saja ingin bertanya tentang identitas ketiga pria tersebut, tapi Jason memotongnya."Nona kedua Keluarga Karim nggak perlu minta bantuan orang lain," ucap Jason dengan nada dingin."Apa? Nona kedua?" Kepala asrama terkejut hingga membelalakkan matanya.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 165

    Begitu mobil tiba di depan apartemen, ponsel Jason berdering. Janice mendengar suara dering itu dan meliriknya sejenak. Seperti yang dia duga, panggilan itu dari Vania.Setelah kepala asrama dan para satpam gagal, kini Vania tidak sabaran untuk ikut campur. Tidak akan ada yang percaya jika mengatakan bahwa Vania tidak terlibat dalam masalah ini. Namun, Jason mungkin percaya.Saat panggilan diangkat, terdengar suara Vania yang penuh terisak di ujung telepon. Janice duduk di dekat jendela, jadi dia tidak mendengar dengan jelas. Dia hanya bisa menangkap nada suara bicara Vania yang seolah-olah sangat tersiksa.Jason berkata dengan nada lembut, "Aku akan segera datang."Saat itu, mobil baru saja berhenti. Janice yang tidak ingin mendengar lebih jauh lagi, langsung membuka pintu dan keluar. Namun, Jason menahan tangannya. "Aku ada urusan, jadi nggak bisa turun. Aku akan suruh sopir untuk bantu kamu pindahin barang-barang.""Oke," jawab Janice singkat sambil melepaskan tangannya dengan agak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 166

    Janice memendam wajahnya ke dalam bantal sofa, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Saat itu, ponselnya berbunyi. Itu panggilan dari Ivy."Janice, gimana hari ini?" Suara Ivy terdengar ceria, dengan nada yang penuh arti."Buruk," jawab Janice sambil menarik napas panjang."Nggak mungkin, bukannya Jason sudah membantumu?""Ibu, apa punggungmu sudah nggak sakit lagi?" Janice membalas dengan nada kesal. "Sudah kubilang sebelumnya, jangan coba-coba menjodohkan kami. Kami nggak akan pernah bersama.""Bukan aku! Dia yang bilang ....""Bu, berhentilah. Nggak ada gunanya," kata Janice dengan nada tegas.Ivy menghela napas pelan. "Baiklah, aku mengerti. Aku cuma berharap kalian bisa bicara baik-baik."Sebagai ibu Janice, Ivy tentu bisa melihat dengan jelas bahwa Janice selalu sengaja melawan Jason. Namun ... orang itu adalah Jason!Bahkan sebagai iparnya, Ivy selalu merasa harus merendahkan diri di hadapan Jason. Mana mungkin Janice bisa menghadapinya? Dia hanya takut hubungan Janice dan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 167

    Melihat wajah Vania yang pucat, Risma buru-buru mengambil ponsel yang jatuh dan menempelkannya ke telinga."Ah! Aku salah! Aku nggak berani lagi! Bu Vania, tolong aku!""Selamatkan aku, Bu Vania! Kalau nggak, aku akan menghantuimu setelah mati!"Suara jeritan beberapa pria terdengar sangat menyeramkan. Risma yang ketakutan langsung mematikan panggilan itu. Dia memijat pelipisnya sambil berkata, "Suara itu sepertinya ...."Vania menjawab dengan lemah, "Kepala asrama dan tiga preman itu .... Jason sudah tahu semuanya!""Tenanglah." Risma mencoba menenangkan Vania, tapi dia malah didorong keras oleh putrinya.Vania yang biasanya lembut dan anggun, sekarang terlihat seperti orang gila. Dia berjalan mondar-mandir di ruang tamu dengan ekspresi penuh kemarahan. "Bagaimana aku bisa tenang? Dia menyuruhku menahan diri! Gimana aku bisa menahan diri?"Karena khawatir akan ada yang melihat keadaan putrinya, Risma segera bangkit menutup pintu ruang tamu, lalu menarik Vania untuk duduk."Jason pergi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 168

    Di saat semua orang tidak memperhatikan, sebuah sosok berjalan keluar. Vania meliriknya sekilas, lalu tersenyum semakin lebar.....Di meja resepsionis, Malia sedang menatap undangan di tangannya.Kertas dengan ukiran mewah itu dipercantik dengan taburan serbuk emas, memberikan kesan kemewahan yang begitu berlebihan. Sebuah kemewahan yang tidak akan pernah bisa dia raih dalam hidupnya.Saat itu, suara seorang wanita terdengar dari seberang meja. "Iri sekali, ya?"Malia mendongak dan melihat Herisa yang memandangnya dengan senyum sinis."Kamu? Untuk apa kamu ke sini?" Malia bertanya dengan nada penuh kewaspadaan.Herisa mendekat, menunjuk undangan di tangan Malia. "Seekor anjing nggak akan pernah bisa menggantikan majikannya.""Jangan bicara sembarangan!" Malia langsung meradang."Kenapa? Panik? Apa aku salah bicara?" Herisa semakin memperlebar senyumnya dengan penuh ejekan.Mendengar hal itu, Malia mundur selangkah dengan hati-hati, ekspresinya berubah semakin tegang."Apa yang sebenar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 169

    Di ruang istirahat.Janice sedang mengelap noda anggur di gaunnya dengan handuk kecil ketika Malia mendekat dan menyodorkan sebuah kantong pakaian."Janice, aku kebetulan bawa pakaian cadangan. Ukuran kita hampir sama, kamu bisa pakai ini saja dulu," ujar Malia sambil tersenyum.Janice melirik logo pada kantong itu dan berkata, "Malia, kamu kaya mendadak? Pakaian dari toko ini harganya nggak ada yang kurang dari puluhan juta."Malia tampak sedikit terkejut sebelum menjawab dengan cepat, "Baru saja gajian. Aku mau menghadiahi diri sendiri. Lagian, ini pekerjaan formal pertamaku.""Begitu ya. Tapi aku merasa nggak enak minjam pakaian barumu. Lagi pula, aku bukan tokoh utama di sini. Pakai ini saja sudah cukup, nggak perlu ganti."Janice sengaja mendorong kantong itu kembali ke tangan Malia. Sejenak, ekspresi panik melintas di mata Malia. Namun, dia buru-buru memaksakan senyumnya, lalu menyelipkan kantong itu kembali ke pelukan Janice."Janice, kita ini sahabat baik. Kenapa harus hitung-h

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 170

    Gaun tanpa lengan itu melekat sempurna di tubuh Janice, menonjolkan lekuk tubuhnya yang sempurna, seolah-olah pakaian itu dirancang khusus untuknya. Lengannya yang putih mulus menambah pesona pada penampilannya.Meskipun hanya bagian lengannya yang terlihat, auranya yang memikat terasa begitu kuat. Menyadari tatapan iri Malia, Janice sengaja merapikan gaun di hadapan wanita itu."Malia, pakaianmu ini terlalu ketat untukku."Janice teringat kejadian di kehidupan sebelumnya. Setelah dirinya terpuruk dan dihina habis-habisan, Malia bahkan tidak repot-repot menyembunyikan jati dirinya. Dia terang-terangan menginjak-injak Janice yang sudah tersungkur."Jangan salahkan aku. Siapa suruh kamu selalu lebih baik dari aku? Katanya kita sahabat, tapi kenapa kamu bisa langsung melesat menikah sama Pak Jason?""Aku kasih tahu ya, semua yang terjadi padamu adalah rencanaku dan Vania. Sekarang Jason bahkan muak melihatmu. Sebaiknya kamu mati saja!"Jika Malia begitu iri hati, maka biarlah dia hidup de

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 171

    Begitu memasuki ruangan, Janice segera menyadari bahwa Malia yang tadi mengikutinya telah menghilang.Malia mungkin sengaja menghindar karena takut berhadapan langsung dengannya. Dia lebih memilih untuk muncul belakangan, berpura-pura berperan sebagai "sahabat baik" yang siap menyalahkan Janice saat situasi memburuk.Namun, ada satu hal yang Malia lupakan. Tanpa kehadirannya, Janice bebas mengarang sesuai keinginannya. Janice tersenyum sopan kepada suami Amanda. "Terima kasih, tapi saya merasa tetap perlu memberikan penjelasan."Suami Amanda melirik istrinya dengan cemas, lalu buru-buru berkata, "Nggak perlu dijelaskan, aku percaya padamu."Pernyataannya itu justru menimbulkan lebih banyak spekulasi di benak orang-orang."Nggak," Janice menjawab dengan lembut. "Saya bukan menjelaskan kepada Anda, tapi kepada Bu Amanda." Dia menatap Amanda dengan wajah memerah. "Gaun yang kupakai ini ... adalah imitasi."Orang-orang langsung terkejut mendengarnya.Janice melanjutkan dengan nada penuh ra

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 324

    Janice terpaku sejenak. Saat dia mencoba menutup pintu lagi, Jason sudah melangkah masuk ke kamar. Bunyi pintu tertutup membangunkannya dari keterkejutan. Dia segera berdiri di hadapan Jason dan mencoba menghalangi langkahnya."Aku cuma pesan kamar dengan tempat tidur biasa. Nggak ada tempat untukmu tidur," katanya dengan nada tegas."Bukan pertama kalinya kita tidur bersama," balas Jason dengan nada santai, sambil memindahkan tangan Janice dari jalannya dan berjalan ke dalam kamar.Wajah Janice langsung memanas. Tiba-tiba dia teringat pakaian yang masih berserakan di atas tempat tidur. Dia segera berlari ke tempat tidur dan dengan panik menutupi semuanya dengan selimut.Sambil menekan selimut dengan tangannya, dia menunjuk ke sekitar kamar. "Paman, kamu lihat sendiri, ini kamar standar, sederhana sekali. Sebaiknya kamu kembali saja. Bukankah ada kehangatan yang menunggumu?""Kehangatan?" Jason menyandarkan tubuhnya ke lemari TV, memasukkan kedua tangannya ke saku, dan menatap Janice d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 323

    Janice langsung menjawab, "Borgol itu harus sepasang."Baru saja kata-katanya selesai, pemilik stan langsung paham maksudnya. Dia mengambil satu gelang capybara lagi dan memasangkannya di pergelangan tangan Jason."Lihat! Sepasang! Kalau kalian bergandengan tangan, itu jadi seperti borgol."Saat itulah Janice menyadari bahwa sejak selesai menembak tadi, Jason terus menggenggam tangannya. Dia mencoba menarik tangannya beberapa kali, tetapi cengkeraman Jason tetap tak tergoyahkan. Dengan nada kesal, dia berkata, "Kamu sengaja, ya?"Jason tidak membalas, hanya menggenggam tangannya erat dan berjalan pergi sambil berkata, "Benda ini jelek sekali."Jelek, tapi kamu tetap membujuk pemilik stan untuk memakaikannya. Gelang murah seharga belasan ribu itu kini terlihat aneh berdampingan dengan jam tangan Jason yang harganya setara sebuah mobil mewah.Janice menoleh ke belakang, mendapati bahwa pria-pria yang tadi mengikutinya sudah menghilang. Dia menatap Jason dengan penuh curiga. "Mereka itu s

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 322

    Melihat wajah Janice yang pucat, Amanda berusaha menenangkannya, "Istirahatlah lebih awal. Jangan terlalu mikirin apa yang terjadi hari ini."Namun, setelah kembali ke kamarnya, Janice tidak bisa tidur. Marco mengatakan bahwa dia telah "dijual".Siapa yang menjualnya?Lalu, ada Vania yang tampaknya tahu sesuatu ketika dia muncul. Namun, Vania terus bersama Jason sepanjang waktu. Yang paling membingungkan adalah potongan-potongan kenangan aneh yang muncul di pikirannya.Janice mencoba mengingat, tetapi dalam dua kehidupan yang diingatnya, tidak pernah ada memori seperti itu. Semakin dipikirkan, semakin rumit rasanya. Pada akhirnya, dia bahkan merasa lapar.Janice bangkit untuk mengambil menu di samping telepon dan membukanya. Semua harga makanan di hotel itu berjumlah puluhan juta ke atas.Meskipun Zachary telah memberinya kartu, Janice tahu dia harus mulai mengatur keuangannya untuk masa depan.Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk keluar. Dia pernah membaca bahwa jajanan mala

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 321

    Seorang polisi lain membuka tas yang ditemukan di samping Marco. Setelah melihat isinya, ekspresinya berubah serius.Dengan mengenakan sarung tangan, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Selembar kulit manusia yang telah diproses, tampaknya bagian punggung seseorang. Beberapa desainer yang melihatnya langsung merasa mual dan muntah di tempat.Polisi yang memimpin segera berdiri di depan para tamu untuk mencegah mereka mendekat dan berkata, "Jangan sebarkan kabar ini. Polisi akan meminta keterangan kalian nanti."Mendengar hal itu, ekspresi Vania menjadi tidak terkendali. Urat di pelipisnya terlihat menonjol dan dia mundur beberapa langkah dengan panik. Namun, gerak-geriknya itu tidak luput dari pengamatan polisi."Bu Vania, Anda juga perlu tinggal untuk dimintai keterangan.""Aku? Kenapa aku? Aku nggak tahu apa-apa ...." Vania belum selesai bicara saat tubuhnya menabrak seseorang.Ketika berbalik, dia melihat Jason. Matanya langsung dipenuhi rasa sedih dan tertekan. "Jason, aku cum

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 320

    Sebagian besar orang yang hadir di jamuan tersebut baru pertama kali melihat tes narkoba seperti ini, sehingga mereka memandang dengan rasa penasaran. Namun, hanya Vania yang tampak berbeda. Matanya memerah dan dia mulai menangis pelan."Pak, bisa nggak Anda kasih toleransi? Janice masih muda. Kalau masalah ini tersebar, reputasinya akan hancur," ujarnya dengan nada penuh belas kasihan.Polisi tetap menjaga ekspresi tegasnya. "Hukum adalah hukum, tidak seorang pun diizinkan untuk melanggarnya."Begitu mendengar hal itu, beberapa desainer yang sebelumnya berdiri di dekat Janice segera mundur karena takut ikut terseret.Janice mengangkat kepalanya memandang Vania dengan tenang, lalu berkata, "Bu Vania, hasilnya bahkan belum keluar. Kenapa kamu bisa yakin aku pasti bersalah? Kamu punya kemampuan meramal?"Vania sedikit terpaku, lalu buru-buru menghapus air matanya. "Aku cuma khawatir. Aku takut sesuatu terjadi padamu. Maafkan aku kalau aku terlalu ikut campur."Kerumunan mulai memandang J

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 319

    Tak ingin memprovokasi pelaku, polisi tidak menyebutkan langsung soal narkoba. Namun, semua orang di ruangan itu mengerti maksudnya.Mendengar itu, Amanda terkejut dan langsung menggeleng keras. "Nggak mungkin! Pasti ada kesalahan."Sebelum polisi sempat menjelaskan lebih jauh, sebuah suara tiba-tiba menyela, "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?"Itu suara Vania.Begitu masuk, dia tampak terkejut melihat Amanda. "Bu Amanda, ternyata Anda juga di restoran ini. Eh? Di mana Janice? Ke mana dia?"Polisi yang mendengar bahwa ada orang yang tidak hadir langsung merasa khawatir. Mereka tahu bahwa pengguna barang terlarang sering bertindak di luar kendali, dan jika orang tersebut pergi, itu bisa membahayakan orang lain.Salah satu polisi segera bertanya dengan tegas, "Siapa lagi yang nggak ada di sini? Sekarang dia ada di mana? Kalau kalian nggak jujur, kalian akan dianggap melindungi pelaku dan itu adalah tindak pidana."Amanda mengerutkan alisnya dengan kesal dan melirik ke arah Vania.Vania b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 318

    Janice terdiam, bingung dengan maksud Jason. Kata-katanya terdengar seperti sedang meminta pengakuan atau status hubungan. Namun, mana mungkin ada status seperti itu di antara mereka?Orang yang paling dicintai Jason adalah Vania, sedangkan Janice hanyalah alat yang dia gunakan. Bagi Jason, Janice adalah seseorang yang bisa dia korbankan kapan saja.Hati Janice terasa sesak. Dengan suara dingin, dia berkata, "Aku lupa, kamu adalah pamanku."Mendengar itu, mata Jason menyipit, emosinya bergolak seperti gelombang yang dalam. Akhirnya, dia kehilangan kesabaran. Dia menekan belakang kepala Janice dan kembali mencium bibirnya dengan kasar.Napas mereka bertaut dan dia sepenuhnya kehilangan kendali. Dia tidak memberi Janice sedikit pun ruang untuk melawan. Sampai Ketika Janice kehilangan seluruh tenaganya dan hanya bisa pasrah membiarkan Jason mengambil alih, suara lirih keluar dari tenggorokannya."Mm ...."Jason terengah-engah memeluk pinggang Janice erat-erat. Dengan suara serak, dia berk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 317

    Melalui jaket yang menutupi tubuhnya, Janice mendengar suara pukulan yang menghantam tubuh, diikuti oleh suara tulang yang patah atau terpelintir.Klang! Pisau bedah jatuh ke lantai.Marco bahkan tidak sempat mengeluarkan suara sebelum tubuhnya ambruk ke lantai. Tali yang mengikat keempat anggota tubuh Janice segera dilepaskan. Tubuhnya yang lemas diangkat dalam pelukan seseorang.Saat tubuhnya digerakkan, jaket yang menutupi wajahnya melorot. Akhirnya, Janice melihat wajah pria yang memeluknya.Jason.Wajahnya sama seperti bayangan di pikirannya ... dingin tanpa ekspresi, tetapi mata itu penuh dengan amarah yang membara dan menyiratkan aura membunuh yang pekat.Dengan sisa kekuatannya, Janice perlahan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Jason. Dia berkata dengan suara lemah, "Kamu datang menyelamatkanku ...."Sebelum kata-katanya selesai, tangannya jatuh lemas, dan dia pingsan.Jason merasakan sesuatu menyusup ke hatinya, tetapi auranya tetap dingin dan tajam. Dia menatap Marco

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status