Share

Bab 100

Penulis: Danira Widia
Jantung Janice sontak berdetak kencang. Dia menatap Zachary dengan terkejut. "Kenapa begitu?"

Zachary tersenyum murah hati. "Ayah nggak menyukaimu. Kalau tahu masalah ini terjadi karenamu, dia pasti bakal marah besar."

"Maaf, Paman." Janice merasa bersalah.

"Nggak apa-apa. Nggak usah dipikirkan." Zachary mengelus kepala Janice.

Ivy tiba-tiba berkata, "Sayang, aku masih lapar. Kita makan lagi yuk."

"Oke." Suami istri itu pun bergandengan tangan dan pergi.

Janice merasa agak frustrasi. Dia berkeliling di taman. Tiba-tiba, dia melihat sebuah sosok hitam. Itu adalah Jason.

Jason sedang berdiri di pinggir kolam sambil merokok. Cahaya di kolam terpantul di wajahnya. Angin sepoi meniup rambut di dahi Jason. Tatapan Jason terlihat mendalam.

Janice mengepalkan tangannya, merasa dia harus memperjelas semuanya. Akan tetapi, ponsel Jason tiba-tiba berdering, membuat Janice menghentikan langkah kakinya.

Jason membelakangi Janice saat menjawab panggilan. "Jangan nangis lagi. Kak Zachary nggak bakal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (34)
goodnovel comment avatar
pratama djafar
ceritanya bagus,tapi trlalu bnyak iklan
goodnovel comment avatar
Muliahati Ziliwu
tokoh wanitanya hdp kembali tp msh bertahan di lingkungan keluarga seperti itu harusnya pergi jauh yg tdk ada pengaruh kuasa si Jason
goodnovel comment avatar
Ra M
jangan lama lama. aku suka sekali ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 101

    Janice tidak percaya bahwa Jason akan bertindak seberani itu di depan Keluarga Karim, apalagi di hadapan Joshua. Dia sama sekali tidak memedulikan ucapan Jason dan terus berusaha diam-diam melepaskan diri dari cengkeramannya.Saat mengangkat kepala, pandangannya bertemu dengan mata Jason yang kelam dan penuh dengan aura mengancam. Semakin lama, mata itu semakin dekat. Baru saat itulah, Janice sadar bahwa Jason tidak memedulikan kehadiran Joshua yang sedang menyaksikan mereka dari seberang.Janice akhirnya merasa panik. Dia mengangkat tangan untuk menahan tubuh Jason yang semakin dekat dan mengangguk sebagai tanda setuju untuk pergi bersamanya. Jason akhirnya berhenti. Dia mengangkat tangan dan mengambil daun yang menempel di rambut Janice.Dengan nada dingin seperti biasanya, dia berkata, "Ada sesuatu."Baru saat itu Janice sadar dirinya telah dikelabui. Dia mengerutkan hidung dengan kesal, tetapi tidak punya pilihan selain menerima kenyataan itu. Dia menoleh ke arah Joshua dan berkata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 102

    Entah sejak kapan, Jason ternyata sudah melepaskan sepatu dan kaus kaki Janice."Paman, kamu ngapain? Ini membuatku nggak nyaman!" seru Janice, mencoba menarik kembali kakinya. Namun, Jason tidak merasa terganggu sedikit pun dan memegang telapak kaki Janice.Telapak tangan Jason terasa hangat. Meskipun tidak ingin mengakuinya, tubuh Janice bereaksi dengan jujur. Kehangatan itu terasa begitu nyaman, bahkan hingga membuat jari-jari kakinya bergerak tanpa sadar.Jason memegang kaki Janice. Ujung jarinya menggosok kulit di punggung kaki Janice dengan sedikit tekanan hingga menciptakan sensasi campuran antara sakit dan geli."Nggak nyaman?" tanya Jason dengan nada menggoda.Janice hanya menggigit bibirnya, tidak mengatakan apa pun. Jason kemudian mengambil semprotan dari kotak P3K, lalu menyemprotkannya ke pergelangan kaki Janice yang mulai memerah dan menempelkan salep di atasnya.Janice hanya bisa menatapnya diam-diam karena tidak mengerti mengapa dia melakukan semua ini. Tiba-tiba, sebua

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 103

    Janice langsung tahu bahwa Jason pasti sedang membalas dendam karena Janice pernah menggigitnya sebelumnya. Dia memilih untuk menutup mata, siap menerima rasa sakit dan kemungkinan darah yang akan mengalir.Namun, rasa sakit itu hanya sesaat. Gigi Jason di lehernya memberi tekanan ringan dan berat secara bergantian, seperti sedang mempermainkannya. Tubuh Janice sedikit bergetar dan bibir Jason yang ada di lehernya pun berubah gerakan dan menggesek kulitnya perlahan.Detik berikutnya, Janice mendapati dirinya diangkat dan didudukkan di atas meja kecil. Dia mencoba melarikan diri, tetapi Jason mengurungnya di antara lengannya. Jason bergerak mendekat. Saking dekatnya, hanya dengan sedikit gerakan dari bibirnya, mereka akan bersentuhan.Janice mundur, tetapi Jason mengangkat tangannya untuk menahan kepala Janice dan menariknya kembali. Sentuhan samar yang nyaris tak terasa itu membuat atmosfer menjadi semakin panas."Ulangi," Jason berbisik rendah.Janice tetap diam dan bibirnya terkatup

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 104

    Norman menyadari wajah Janice yang pucat pasi dan dengan cemas memanggil, "Bu Janice ...."Janice hanya tersenyum dingin, "Paman Jason benar-benar bekerja keras.""Bu Janice, sebenarnya ...." Norman mencoba menjelaskan, tetapi Janice sudah berjalan pergi meninggalkannya yang hanya bisa menghela napas sambil mengerutkan alis.Setelah kembali ke kamarnya, Janice langsung menuju kamar mandi. Begitu melihat bayangannya di cermin, dia terkejut melihat tanda merah yang jelas di lehernya. Tanda gigi itu sangat samar, tetapi area yang memerah itu tampak intim. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tahu apa yang terjadi.Janice mencoba mencucinya berkali-kali. Namun, semakin lama dia mencuci, semakin merah pula area tersebut. Akhirnya, dia menyerah.Besok dia harus pergi ke studio Amanda untuk melapor. Tampaknya dia hanya bisa menutupi tanda itu dengan alas bedak. Saat sedang berpikir bagaimana cara meminjam alas bedak dari Ivy, tiba-tiba Ivy muncul di depan pintunya."Janice? Kamu sudah pulang?

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 105

    Mendengar suara itu, Janice berbalik dan melihat seorang wanita mengenakan setelan hitam yang rapi berhenti tepat di depannya."Masih ingat aku? Aku Herisa." Pemenang peringkat ketiga dalam lomba.Janice mengangguk sopan. "Ingat. Hai."Herisa merapikan setelannya sambil menyisir rambutnya dengan lembut. "Terima kasih atas pengorbananmu waktu itu.""Nggak masalah. Sebentar lagi telat, ayo kita naik dulu. Nanti kita bisa ngobrol lebih banyak," kata Janice sambil melirik jam tangannya. Dia tidak ingin datang terlambat. Ini adalah hari pertama magangnya, setidaknya dia harus tiba 10 menit lebih awal untuk membiasakan diri."Baik," jawab Herisa sambil mengikuti langkah Janice. Dengan antusias, dia berkata, "Janice, sebenarnya aku pikir karyamu lebih pantas dapatin juara pertama."Janice berhenti sejenak dan memotong pembicaraan dengan lembut, "Herisa, simpan pendapat itu untuk dirimu sendiri. Jangan pernah mengatakannya lagi."Vania bukanlah orang yang terlihat tenang seperti yang dia tunju

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 106

    Saat mereka masuk ke kantor, Bella bertepuk tangan untuk menarik perhatian semua orang dan berkata, "Ini adalah karyawan magang yang baru. Bu Vania yang sudah dinobatkan sama Bu Amanda sebagai juara pertama. Selebihnya, aku rasa nggak perlu diperkenalkan lagi."Nada bicara Bella yang penuh makna segera ditangkap oleh semua orang di ruangan itu. Mereka langsung berbaris untuk menyapa Vania dengan ramah. Sementara itu, Janice dan Herisa bahkan tidak ditanya namanya.Vania melirik sekilas ke arah Janice, lalu memulai aksinya.Dia melangkah ke tengah antara Janice dan Herisa sambil menggandeng lengan mereka berdua dengan senyuman lembut dan berkata, "Mereka berdua adalah teman-temanku, Janice dan Herisa. Mohon bimbingannya untuk mereka ke depannya."Janice sempat tertegun. Jelas sekali Vania mendengar percakapan mereka di depan lift dan sekarang mencari kesempatan untuk membalas.Vania sengaja menggunakan mereka berdua untuk memamerkan sikapnya yang murah hati, sekaligus merendahkan kebera

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 107

    Janice sudah pernah mengalami kekejaman Vania di kehidupan sebelumnya. Vania sangat ahli dalam memerankan dua kepribadian dengan sangat sempurna. Di masa lalu, Janice akan melakukan segalanya untuk menjelaskan diri. Namun sekarang, dia menyadari bahwa menghadapi Vania tidak perlu repot-repot.Gila-gilaan saja sudah cukup.Janice meletakkan ponselnya, lalu mengambil teko kopi yang masih panas, dan berbalik dengan cepat."Mulutmu busuk sekali, belum cukup kena air panas ya? Bu Vania mau coba gimana rasanya disiksa orang gila di sini?""Aku cuma kehilangan gaji. Tapi kamu? Kamu bakal kehilangan harga diri, kehormatan keluargamu, dan harga diri Jason. Kamu berani mengambil risiko itu?"Seperti yang diduga, begitu melihat teko kopi, otot di wajah Vania refleks menegang. Bahkan, riasannya yang tebal tampak hampir retak.Dia segera mundur dua langkah dan tatapannya berubah tajam. "Janice, jangan terlalu percaya diri! Kamu pikir kamu bisa menang? Pada akhirnya, Jason tetap berpihak padaku. Sem

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 108

    Herisa terlihat cemas, lalu berbisik, "Ini ... ini nggak apa-apa? Bukannya anggur Pak Jason sangat mahal?"Vania tersenyum santai, seolah tidak peduli. "Jason sering bawa aku ke sini. Dia selalu bilang aku boleh ambil apa saja yang aku suka. Aku juga nggak terlalu tahu harganya. Tapi aku pernah nggak sengaja menjatuhkan sebotol, katanya harganya ratusan juta. Jason juga nggak marah, dia malah khawatir aku terluka.""Wah, kenapa jadi malah pamer kemesraan?" Seorang rekan bercanda. "Ayo, semua, ucapkan terima kasih pada calon Nyonya besar!""Terima kasih, Nyonya Besar!""Ah, jangan begitu. Kalian buat aku malu," jawab Vania dengan pipi tersipu. Namun, sudut matanya tetap terpaku pada Janice, seolah-olah ingin menegaskan dirinya sebagai pemilik Jason di depan semua orang.Janice menatapnya dengan ekspresi tenang, mengikuti rekan-rekan kerja lainnya dan pura-pura tertawa sopan. Dia bahkan tidak peduli pada Jason, apalagi pada gelar "calon nyonya besar" ini.Herisa tiba-tiba mendekat dan te

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 717

    Janice terus memanggil nama Yuri berulang kali.Yuri menutup telinganya dengan frustrasi, nyaris meledak, "Berhenti! Jangan panggil lagi! Aku paling benci namaku!"Setelah masuk sekolah, dia baru menyadari bahwa sejak lahir dia sudah punya seorang adik laki-laki yang tidak terlihat.Janice menatap gadis kecil yang menangis tersedu-sedu itu dan menyerahkan selembar tisu. "Nggak ada yang salah dengan namamu. Kamu adalah kamu. Aku tahu kamu punya banyak impian, jadi jangan biarkan siapamu mengekangmu."Yuri menutupi matanya dengan tisu dan akhirnya menangis keras. Setelah lelah, dia menatap Janice dengan mata yang bengkak dan merah. "Kak, maaf."Janice tersenyum lembut, mengelus kepalanya. Ternyata Yuri masih mengingatnya.Segalanya seperti kembali ke masa lalu. Mereka duduk di bangku taman sambil makan es krim. Saat itu Yuri masih kecil, duduk di samping Janice sambil memanggilnya "kakak".Di kehidupan sebelumnya, setelah Ivy meninggal, Janice benar-benar putus kontak dengan para bibi it

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 716

    Wajah Jason hanya sejengkal dari wajahnya. Janice menahan napas, tanpa sadar menarik erat syalnya.Agar Jason tidak menyadarinya, Janice mengalihkan pandangan, lalu melilitkan syal itu ke leher Jason dan menunjuk ke kerah bajunya."Masukkan, biar nutupin bagian bajumu yang basah."Jason menunduk, matanya tampak sedikit kecewa. Namun, dia tidak memaksa, hanya memperbaiki penampilannya sendiri.Sesaat kemudian, mereka berdua masuk ke Gedung 2 dan menemukan kelas SMA 3-3. Saat berdiri di dekat jendela, mereka bisa melihat isi kelas dengan jelas.Ada lima enam siswi yang duduk, mengobrol santai dalam kelompok kecil. Hanya satu siswi yang sedang serius mengerjakan lembar soal. Saat menyadari ada orang di luar jendela, dia mendongak melirik sekilas.Tatapan siswi itu bertemu dengan Janice selama dua detik, lalu dia cepat-cepat menunduk lagi, bahkan tangan yang memegang pena tampak bergetar.Saat Janice mengalihkan pandangan ke murid lain, gadis itu menarik dua lembar tisu dan pura-pura pergi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 715

    Setelah mengatakan itu, wanita itu mengeluarkan saputangan dari tasnya dan hendak menyeka dada Jason.Namun, Jason langsung menangkis tangan wanita itu, lalu berkata dengan dingin, "Nggak perlu."Setelah tertegun sejenak, wanita itu menggigit bibir dan merapikan rambutnya. "Pak Jason, aku pasti akan ganti rugi. Tapi, bajumu pasti sangat mahal, aku mungkin nggak bisa langsung membayarmu sekarang. Bagaimana kalau kamu berikan aku kontakmu ....""158 ribu." Jason langsung menyela perkataan wanita itu."Hah?" seru wanita itu yang langsung terkejut."Ada obral cuci gudang di ujung jalan, tunai atau transfer?" kata Jason dengan dingin.Saat itu, wanita itu baru mengerti maksud dari perkataan Jason. Ternyata, Jason sudah menyadari niatnya dan sedang menolaknya. Namun, pria di depannya ini adalah Jason. Meskipun hanya pakaian yang dijual di kaki lima, pakaian itu tetap akan terlihat seperti setelah bermerek di tubuh Jason. Dia segera mencari cara lain sambil tetap tersenyum. "Transfer saja, bo

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 714

    Mendengar suara itu, Janice langsung tersadar kembali dan mendorong pria di depannya. Namun, sebelum dia bisa berdiri dengan tegak, sekelompok siswa kembali mendorongnya sampai dia jatuh ke pelukan Jason.Jason langsung menopang Janice dan berkata dengan pelan, "Kamu yang mulai dulu."Janice menggigit bibirnya dan mencoba melepaskan genggaman Jason, tetapi Jason malah memeluk pinggangnya dengan erat. "Jangan bergerak. Orangnya terlalu banyak di sini, kita keluar dari sini dulu baru bicara lagi."Setelah mengatakan itu, Jason merangkul Janice dan berjalan ke depan.Janice berusaha melepaskan tangan Jason. "Lepaskan aku. Nanti kita akan ketahuan."Namun, Jason tetap tidak melepaskan genggamannya, melainkan menurunkan topi Janice dan menekan kepala Janice ke dadanya. "Ayo pergi."Setelah berusaha melawan sejenak, Janice yang benar-benar tidak bisa melepaskan diri pun akhirnya hanya bisa ikut pergi bersama Jason.Penampilan Jason terlihat sangat tidak ramah, sehingga tidak ada yang berani

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 713

    Janice berpikir Fenny yang sudah sekarat karena menderita kanker pasti akan berusaha memastikan kehidupan anaknya terjamin.Setelah terdiam cukup lama, Arya yang berada di seberang telepon perlahan-lahan berkata, "Apa yang ingin kamu lakukan?"Janice menjawab dengan jujur, "Ibuku dalam masalah. Anak laki-laki yang terkena leukemia itu adalah putra dari teman ibuku, dia pasti mengetahui sesuatu.""Baiklah, aku akan membantumu mencarinya," balas Arya."Terima kasih," kata Janice, lalu menutup teleponnya.Saat keluar dari apartemen, sebuah taksi kebetulan berhenti tepat di hadapan Janice. Setelah masuk ke dalam taksi, dia berkata pada sopir, "Ke SMA Chendana."Setelah taksi melaju, Janice memandang pemandangan di luar dari jendela. Dia sengaja menelepon Arya untuk mencari putra Fenny karena semua masalah ini terjadi untuk menjebaknya dan Ivy. Sebelum dia terperangkap, semuanya masih belum berakhir.Fenny adalah saksi dalam kasus ini, semua orang pasti akan mencari kelemahannya. Putranya y

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 712

    Landon bisa melihat perubahan suasana hati Janice. Kebetulan saat itu dia melihat Naura keluar dari dapur sambil membawa segelas air, dia pun berkata, "Kalau begitu, kamu tinggal di rumah Kak Naura dulu untuk sementara ini. Para pengawal akan tetap melindungi kalian di sini.""Ya," jawab Janice sambil menghela napas lega.Setelah menyerahkan air itu ke tangan Janice, Naura berkata sebagai jaminan, "Pak Landon, tenang saja, aku pasti akan menjaga Janice dengan baik.""Maaf merepotkanmu," kata Landon dengan sopan.Setelah mengatakan itu, Landon menerima pesan dari Zion. Setelah membaca pesan itu, dia berkata dengan tenang, "Janice, kamu istirahat dulu. Aku ada urusan lain yang harus segera ditangani."Janice langsung merespons perkataan Landon.Setelah mengantar Landon pergi, Naura langsung membawa Janice ke rumahnya.Beberapa menit kemudian, pengawal yang dikirim Landon mengetuk pintu. "Nona Janice, kalau ada apa-apa, langsung panggil kami saja. Nanti petugas kebersihan juga akan datang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 711

    Janice yang dalam keadaan putus asa ditemani Landon untuk kembali ke apartemen. Saat pintu lift terbuka, bau yang menyengat membuatnya yang sensitif terhadap bau karena hamil langsung terbatuk-batuk.Landon segera berdiri di depan Janice untuk melindunginya dari bau, lalu keluar dari lift terlebih dahulu.Namun, pada detik berikutnya, terdengar suara dari Naura. "Pak Landon? Mana Janice?"Janice segera menutupi hidung dan mulutnya dengan lengan bajunya, lalu keluar dari lift. Namun, sebelum sempat berbicara dengan Naura, dia tertegun karena melihat pemandangan di depan matanya. Pintu rumahnya disiram cat merah dan tertulis kata untuk membayar utang di dindingnya. Cat di tulisannya menetes seperti darah karena masih belum kering, terlihat sangat mengerikan.Naura yang apartemennya juga terkena imbasnya pun menggulung lengan bajunya dan memakai masker, lalu membersihkan cat dari dinding dengan alkohol seperti yang dipelajarinya dari internet. Bau cat bercampur dengan alkohol membuat loro

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 710

    Janice menyadari orang di dalam ruangan itu adalah Fenny yang duduk dengan tenang dan riasannya tetap terlihat muda serta anggun seperti saat meninggalkan Kota Pakisa. Namun, entah mengapa dia merasa orang ini terkesan berbeda dengan Fenny di ingatannya yang sangat pandai berbicara.Mungkin karena menyadari ada yang sedang memperhatikannya, Janice melihat Fenny mengangkat kepala dan menatapnya yang berada di luar pintu. Tatapan Fenny terlihat sangat kelelahan dan tidak bersemangat untuk mencari banyak uang seperti yang pernah diceritakan Ivy. Padahal Ivy pernah bergaul dengan banyak ibu-ibu kaya, tidak mungkin mudah ditipu ekspresi Fenny yang seperti ini.Saat Janice hendak memperhatikan Fenny dengan lebih jelas, polisi itu langsung menutup pintu. Dia pun hanya bisa segera menyusul Zachary. "Paman, tunggu sebentar.""Kenapa?" tanya Zachary yang agak tergesa-gesa."Paman, bisakah kamu menyelidiki Bibi Fenny ini? Maksudku, kehidupannya sebelum dia kembali ke Kota Pakisa," kata Janice. Di

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 709

    Ivy merasa agak emosional, sedangkan ekspresi Janice dan Zachary menjadi jauh lebih muram.Saat itu, Janice akhirnya mengerti mengapa Kristin berani menuduh Ivy menipu uang mereka di hadapan polisi karena tidak ada bukti yang jelas apakah yang itu diminta atau diberi. Selain itu, Fenny sudah menyerahkan diri dan mengakui kesalahan, sehingga Ivy terkesan seperti dalangnya. Sementara itu, bukan hanya tidak menyadari hal itu, Ivy juga tidak mampu membantah.Namun, Janice bertanya-tanya mengapa Kristin dan Fenny harus melakukan ini? Dia pun melirik Zachary dan terlihat jelas Zachary juga memiliki pemikiran yang sama dengannya.Setelah menenangkan Ivy terlebih dahulu, Zachary baru bertanya dengan nada lembut, "Kenapa Fenny bisa menghubungimu?"Ivy perlahan-lahan merasa tenang setelah mendengar nada bicara Zachary, lalu mencoba mengingat kembali saat pertama kalinya dia bertemu dengan Fenny. "Saat itu aku ikut acara minum teh sore yang diadakan Nyonya Linda, kebetulan dia ada janji dengan pe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status