Beranda / Urban / Pembalasan Tuan Muda Terkuat / Bab 66 - Tekanan Kuat

Share

Bab 66 - Tekanan Kuat

Penulis: Rianoir
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ryan tidak menyadari bahwa dia perlahan memancarkan tekanan mengancam yang kuat saat memikirkan masalah tersebut.

Aura tekanannya yang penuh penindasan telah mendinginkan suhu seluruh lantai 21 tempat kamar Ryan berada.

Alhasil, Killua, Frederick, dan Angelica yang masih berada di lorong lantai 21, merasakan gelombang udara dingin menusuk tulang.

Mereka saling berpandangan, merasakan udara berbahaya di sekeliling mereka. 'Aura menakutkan dan mengancam apa ini?' bisik hati mereka. 'Apakah tekanan ini datang dari Grandmaster Ryan?'

"Apakah kita secara tidak sengaja menyinggung perasaannya?" Killua berbisik, wajahnya pucat.

Frederick tidak dapat menahannya lagi. "Sepertinya tidak. Tapi ayo cepat pergi dari sini, sepertinya Tuan Ryan tidak dalam mood yang bagus."

Killua dan Angelica mengangguk setuju. Tanpa banyak bicara, mereka bergegas turun menggunakan tangga darurat, tidak lagi berani menggunakan lift.

Di dalam ruang kondominiumnya, Ryan perlahan menenangkan dirinya.

Ia menatap tana
Rianoir

Terima Kasih Kak Usman atas dukungan Gem-nya.(⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠) akumulasi Gem: 04-10-2024 (Siang) : 2 Gem Yuk 3 Gem lagi menuju bab bonus. Hari ini bab bonus belum keluar lho, hehehehe Selamat Membaca(⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠—⁠☆

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 67 - Kegaduhan di Warung Makan

    Beberapa saat kemudian, Paman Wong dan Bibi Sandra melihat sekitar tujuh atau delapan pria datang dari ujung jalan. Wajah mereka langsung pucat begitu melihat pria-pria itu dan mulai menutup kios dengan panik. "Nak, aku akan membungkus sisa makanan untukmu. Pergilah sekarang juga! Pergilah!" Bibi Sandra berlari ke arah Ryan dan berkata dengan nada berbisik, ketakutan jelas terlihat di matanya. Ryan tetap tidak bergerak, malah melanjutkan makannya dengan santai. "Mengapa aku harus pergi?" tanyanya dengan nada tenang. Bibi Sandra menatapnya dengan tatapan memohon. "Nak, kamu masih muda. Mungkin kamu masih belum mengerti aturan tertentu, tapi semuanya tidak akan berakhir baik jika kamu tidak segera pergi... Aku mohon padamu... Oke?" Suara Bibi Sandra mulai bergetar, membuat Ryan akhirnya menoleh ke arahnya. Namun, sebelum ia sempat menjawab, suara keras terdengar di samping telinganya! Ryan menoleh cepat dan melihat sekelompok pria bertubuh kekar yang mengenakan singlet hitam sudah

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 68 - Kegaduhan di Warung Makan (II)

    Bibi Sandra hendak membujuk Ryan untuk berhenti tetapi dihentikan oleh Paman Wong. Dengan suara pelan dan gemetar, Paman Wong berkata, "Apa yang bisa kamu, seorang wanita, lakukan? Biarkan pemuda itu membereskan kekacauan yang dibuatnya. Jangan mencoba memperbaiki sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Dia telah menyinggung Tuan Enrico. Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Tidak bisakah kamu melihat berapa banyak orang di sini yang menyaksikan ini?" Bibi Sandra terdiam, matanya melebar melihat tujuh atau delapan penjahat yang menatap tajam ke arah pemandangan di hadapan mereka. Ia menyadari bahwa apapun yang mereka katakan tidak akan berarti apa-apa. Mereka hanyalah orang biasa. Bagaimana mereka bisa melawan orang-orang yang tidak rasional ini? Sementara itu, ekspresi Tuan Enrico semakin menggelap. Selama ini, dia adalah bos preman yang paling ditakuti di distrik ini. Tidak pernah ada yang berani menantangnya, apalagi mempermalukannya di depan umum seperti ini. "Bocak kam

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 69 - Tusuk Gigi

    Enrico menjadi sangat marah ketika melihat tidak ada satupun pengikutnya yang berani bergerak. Wajahnya yang sudah memar kini semakin memerah karena amarah yang memuncak. "Kalian semua buta?!" teriaknya frustrasi. "Dia hanya seorang! Apa yang kalian takutkan?!" Namun, tak seorang pun dari anak buahnya berani menjawab. Mereka hanya berdiri diam, gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Ryan. Enrico merasakan darah hangat mengalir dari telapak tangannya yang tertusuk garlu. Rasa sakit yang tajam mulai merambat ke seluruh lengannya. Ia tahu, jika dibiarkan lebih lama, ia mungkin akan kehilangan fungsi tangannya selamanya. Dengan sisa-sisa keberaniannya, Enrico menoleh ke arah Ryan. "Hei, kau," ujarnya, berusaha terdengar tenang meski suaranya bergetar. "Tidakkah kau pikir ini berlebihan? Melumpuhkan kedua lenganku seperti ini? Aku, Enrico, tidak melakukan apa pun untuk menyinggungmu." Ryan mengabaikan perkataan Enrico. Ia justru berdiri dan mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 70 - Memohon

    Ryan belum menghitung sampai tiga ketika Enrico berteriak, "Lepaskan aku... Aku mohon padamu... lepaskan aku..." Suaranya pecah, air mata dan ingus bercampur di wajahnya yang merah padam karena rasa sakit yang luar biasa. Ryan menatapnya dengan tatapan dingin, tidak bergerak sedikit pun. Ia bukan orang suci, dan beberapa orang memang tidak pantas mendapatkan belas kasihan. "Kau menyebut dirimu seorang pria? Bahkan dua detik rasa sakit saja kau tidak sanggup menahan," ujar Ryan, suaranya penuh penghinaan. Enrico menggeliat, tubuhnya bergetar hebat karena rasa sakit yang menusuk setiap sel tubuhnya. "Kumohon... aku mohon padamu... Biarkan aku pergi..." Matanya melebar penuh ketakutan, air mata mengalir deras. Ia benar-benar takut sekarang, tidak ingin mengalami rasa sakit seperti ini lagi dalam hidupnya. Tetap hidup, meski dalam keadaan menyedihkan, jauh lebih baik daripada mati dalam penderitaan seperti ini. Ryan tetap tidak bergerak meski Enrico terus memohon. Selama lima tah

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 71 - Bertemu Rindy Snowfield

    Saat itu pukul sepuluh malam. Udara malam Kota Golden River terasa sejuk, membawa aroma samar asap kendaraan dan makanan dari warung-warung pinggir jalan yang masih buka. Ryan baru saja turun dari taksi, bersiap untuk kembali ke Apartemen Grand City. Ia tidak yakin apakah Adel sudah pulang atau belum.Tepat saat Ryan hendak melangkah masuk ke gerbang kompleks apartemen, sebuah cahaya terang tiba-tiba menyorot ke arahnya, disertai bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga. Jelas sekali seseorang sedang berusaha menarik perhatiannya.Ryan mengerutkan kening, sedikit terganggu dengan gangguan tak terduga ini. Ia melihat sekilas ke arah mobil dan menangkap sosok seorang wanita di kursi pengemudi. Tidak mengenali siapa wanita itu dan merasa tidak ada urusan dengannya, Ryan memutuskan untuk mengabaikannya. Ia melanjutkan langkahnya menuju pintu masuk apartemen.Sebenarnya, wanita di dalam mobil itu adalah Rindy Snowfield, CEO Snowfield Group. Malam ini, meski hari Minggu, ia telah me

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 72 - Khawatir

    Ketika Ryan masuk ke unit Apartemen milik Adel, dia menyadari bahwa sang tuan rumah masih belum kembali. Ruangan itu gelap dan sunyi, hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lampu jalanan yang menembus tirai jendela. "Adel?" panggil Ryan, suaranya bergema di ruangan kosong. Tidak ada jawaban. Ryan menyalakan lampu dan memperhatikan sekeliling. Semua tampak normal, tidak ada tanda-tanda kerusakan atau penyusupan. Namun ketidakhadiran Adel yang berkepanjangan mulai membuatnya gelisah. Dia berjalan ke arah telepon rumah yang terpasang di dinding ruang tamu. Dengan cepat, dia menekan nomor Adel yang sudah dihafalnya. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum akhirnya masuk ke kotak suara. "Sial," gumam Ryan, mengacak rambutnya frustrasi. Dia teringat perkataan Rindy Snowfield tadi. Adel bahkan tidak mengambil izin cuti dari kantor. Ini sangat tidak seperti Adel yang ia kenal. Ryan mulai mondar-mandir di ruang tamu, pikirannya berkecamuk. 'Hal penting apa yang terjadi di ru

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 73 - Keberadaan Adel

    Di unit Apartemen Grand City milik Adel, Ryan menutup sambungan teleponnya, dan kemudian jatuh tenggelam dalam pikirannya. Dia tidak pernah ingin menghubungi Lancelot. Melibatkan kelompok itu dalam rencana balas dendamnya ataupun meminta bantuan untuk sekedar menggali informasi bukanlah sesuatu yang ia inginkan. Namun, kembali ke Nexopolis sepertinya telah memaksanya untuk menggunakan koneksi lama itu. Ryan melirik jam dinding, lalu menghempaskan diri ke sofa. Tangannya merogoh saku, mengeluarkan sebungkus rokok. Dengan satu goyangan pelan, sebatang rokok jatuh ke tangannya. Ia menyalakannya, membiarkan asap mengepul di udara. "Ah, tidak ada yang lebih menenangkan dari sebatang rokok saat pikiran sedang kacau," gumamnya pada diri sendiri, setengah bercanda. Lima menit berlalu begitu cepat. Ryan mematikan rokoknya, lalu dengan gerakan santai namun presisi, menjentikkan puntung rokok itu keluar jendela. Puntung itu meluncur melewati udara malam dan mendarat tepat di tempat sam

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 74 - Keluarga Paman Adel

    Di Rumah Sakit Umum Hati Sehat Kota Golden River, Adel berdiri diam di depan jendela kaca unit perawatan intensif, matanya terpaku pada sosok adiknya yang terbaring lemah di dalam. Wajahnya yang biasanya ceria kini diliputi kekhawatiran mendalam. Suasana hatinya begitu rumit, campuran antara cemas, putus asa, dan rasa bersalah. Beberapa jam yang lalu, telepon dari ayahnya telah mengubah seluruh dunianya. Kondisi Harry Weiss, adiknya yang sakit, memburuk secara tiba-tiba. Awalnya Adel mengira itu hanya fluktuasi data medis biasa, dan akan mereda dengan sendirinya. Namun kenyataan bahwa adiknya kini terbaring di rumah sakit dengan kebutuhan operasi segera senilai satu miliar Nex membuat dadanya sesak. 'Satu miliar Nex,' pikir Adel getir. Angka itu terasa begitu jauh, begitu mustahil untuk dijangkau. Meski posisinya sebagai manajer pemasaran di Snowfield Group cukup bergengsi, tapi gajinya telah terkuras habis untuk cicilan apartemen, cicilan mobil, dan biaya pengobatan ruti

Bab terbaru

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 357 - Keluarga Jorge

    Juliana hanya tersenyum. "Tuan Ryan, apa yang Anda katakan? Keluarga Herbald kami tidak membutuhkan apa pun dari Anda. Wajar saja jika Pedang Surgawi Excalibur memiliki pengguna yang tepat. Itu saja sudah cukup untuk memuaskan penciptanya."Ryan mengangguk mengagumi keputusan cerdas wanita itu."Ngomong-ngomong, Tuan Ryan," Juliana melanjutkan dengan antusias, "apa lagi yang Anda butuhkan? Keluarga Herbald memiliki bahan dan peralatan pembuatan pedang terbaik di seluruh negeri. Jika Anda tertarik, kami dapat menyediakan lebih dari sekadar bahan..."Mata Juliana berbinar penuh harap saat menambahkan, "Mengapa Anda tidak mengunjungi kami besok, Tuan Ryan?"Ryan mempertimbangkan tawaran itu dengan seksama. Ini bisa menghemat waktu dan tenaga dibanding mengirim Lancelot mencari bahan. Terlebih dengan Pedang Suci Caliburn yang dipulihkan, ia akan lebih siap menghadapi Fuze."Baiklah," Ryan mengangguk, membuat Juliana terkej

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 356 - Pelindung Keluarga Quins

    "Senior, apa itu Puncak Langit Biru?" Karl Quins bertanya heran. "Saya belum pernah mendengarnya sebelumnya."Lelaki tua itu tampak termenung. "Orang-orang ini hanyalah praktisi bela diri, bukan kultivator. Tentu saja mereka tidak tahu tentang Puncak Langit Biru...""Jawab aku," desisnya mendesak. "Dari mana kamu mendapatkan ini?""Senior, ini adalah harta karun yang diwariskan oleh leluhur Keluarga Quins," Karl Quins menjelaskan cepat. "Kami berharap dapat menggunakannya untuk memohon Senior agar membantu Keluarga Quins."Sang lelaki tua menyimpan benda itu di dadanya dengan hati-hati. Ini jelas sesuatu yang tak bisa ia tolak begitu saja.Setelah beberapa saat menimbang, ia berkata, "Waktuku terbatas. Demi harta karun ini, aku bersedia keluar dari gunung sekali. Namun, paling lama aku bisa menjaga Keluarga Quins selama sebulan."Ia berhenti sejenak sebelum menambahkan, "Tentu saja, aku bersedia menerima murid dari Keluarga Quins

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 355 - Pria Tua Di Gunung

    Tawa Fuze mendadak meledak memenuhi ruangan. "Sammy Lein, bagaimana kamu akan menyelamatkannya sekarang?""Fuze," Sammy Lein menghela napas, "sejak aku memasuki pintu, aku tidak berniat menyelamatkan Tuan Ryan. Aku menyelamatkanmu."Tawa Fuze semakin keras mendengar pernyataan itu. Perbedaan kekuatan antara dirinya dan Ryan terlalu jauh–ini benar-benar lelucon!Mengabaikan Sammy Lein, ia menatap Ryan dengan sorot mata tertarik. "Kamu adalah junior pertama yang berani menantangku dalam duel hidup dan mati. Menarik, sangat menarik!""Karena kaulah yang mencari kematian, aku akan memuaskanmu!" lanjutnya dengan nada final. "Lima hari kemudian, aku akan membuatmu terjerumus dalam ketakutan dan keputusasaan!"Mata Fuze berkilat berbahaya saat menambahkan, "Juga, aku lupa memberitahumu bahwa aku, Fuze, menduduki peringkat ke-99 dalam peringkat grandmaster Nexopolis!""Hahahaha!"Tawanya yang penuh kepuasan bergema di ruangan sa

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 354 - Menantang Grandmaster Fuze

    "Jika aku memberimu sepuluh tahun lagi untuk berkembang, kamu mungkin bisa melampauiku!" Fuze berkata dengan nada mengejek, tatapannya meremehkan sosok Ryan yang berdiri tenang di hadapannya.Aula perjamuan yang megah itu dipenuhi ketegangan mencekam. Para tamu undangan telah lama meninggalkan ruangan, menyisakan Ryan yang berhadapan dengan Fuze dan beberapa praktisi bela diri di belakangnya."Sayangnya, itu tidak akan terjadi," Fuze melanjutkan dengan dingin. "Kamu akan mati hari ini!"Ryan hanya tersenyum tipis mendengar ancaman itu. Ia telah menghadapi banyak ancaman kematian sejak kembali dari Gunung Langit Biru. Dan sejauh ini, mereka yang mengancam nyawanya justru telah mendahuluinya ke alam baka.Niat membunuh yang pekat menguar dari tubuh Fuze, menciptakan tekanan berat yang membuat udara terasa sesak. Namun Ryan tetap berdiri tegak, tak terpengaruh sedikitpun oleh intimidasi lawannya.Fuze baru hendak melancarkan serangan ketika suara tembakan menggelegar memecah keteganga

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 353 - Majunya Grandmaster Fuze

    Merasa suasananya tidak tepat, lelaki tua itu melangkah maju dengan aura mengancam. "Bocah, kau telah melangkah ke jalan yang tidak bisa kembali lagi. Kekuatanmu tidak sepadan dengan waktuku."Tatapannya dipenuhi penghinaan saat melanjutkan, "Begitu aku bergerak, kau akan mati. Berlututlah dan terimalah takdirmu!"Dalam hatinya, dia yakin Ryan hanyalah pemuda yang mengandalkan trik kotor tanpa kekuatan nyata.Ryan menyipitkan mata, niat membunuh yang dingin menguar dari tubuhnya. "Memangnya kau siapa, berani-beraninya memerintahku? Seharusnya kau yang berlutut!"Tanpa peringatan, Ryan melesat maju. Kekuatan dorongannya begitu dahsyat hingga membuat lantai bergetar. Tinju yang dipenuhi niat membunuh meluncur ke arah sang lelaki tua.Terkejut dengan serangan mendadak itu, lelaki tua itu mundur sambil melancarkan pukulan balasan. Senyum kejam merekah di bibirnya tepat sebelum kedua tinju mereka beradu."Bajingan kecil, aku lupa memberitahumu bahwa aku ahli dalam Teknik Pukulan!"Dia s

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 352 - Tamparan Keras

    Seluruh ruangan membeku dalam keheningan total. Mata semua orang terbelalak menatap Ryan dengan campuran ketakutan dan ketidakpercayaan.Gila! Orang ini benar-benar gila! Dia bahkan mengabaikan peringatan Departemen Penanggulangan Bencana Supranatural Nexopolis!'Apakah dia berniat menjadikan seluruh dunia sebagai musuhnya?' batin para penonton ngeri.Ryan hanya tersenyum santai. "Aku benar-benar minta maaf," ujarnya tenang, "tanganku terpeleset..."Tangannya terpeleset? Para penonton nyaris tersedak mendengar alasan itu. Bahkan orang bodoh pun bisa melihat bahwa Ryan sengaja membunuh Tang San!Semua mata tertuju pada rombongan Departemen Penanggulangan Bencana Supranatural, menunggu reaksi mereka menghadapi penghinaan terang-terangan ini. Wajah sang lelaki tua dipenuhi amarah yang nyaris meledak.Bagaimana tidak? Tang San adalah muridnya selama beberapa dekade, bahkan doa menganggapnya seperti putra sendiri! Begitu menerima telepon Tang San kemarin, dirinya langsung bergegas

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 351 - Intervensi

    "Nona, Ryan ini..." Wilhem Herbald tiba-tiba bersuara, menyadarkan Juliana dari lamunannya.Menatap sosok Ryan yang masih berdiri tenang, Juliana membuat keputusan. "Mulai sekarang, Keluarga Herbald akan memasok orang ini dengan sumber daya apapun!""Nanti saat kita kembali, keluarkan bahan untuk Pedang Surgawi Excalibur dari ruang rahasia. Karena Ryan membutuhkannya, kita akan memberikannya tanpa syarat!"Wajah Wilhem Herbald seketika memucat. "Nona Muda, bahan untuk Pedang Surgawi Excalibur adalah...""Nilai Ryan lebih tinggi dari pedang," Juliana memotong tegas, "dan bahkan lebih tinggi dari leluhur kita yang menempa pedang itu!"Wilhem Herbald tak mampu berkata-kata lagi meski ekspresinya masih dipenuhi keengganan.Sementara itu, Ryan melangkah santai mendekati peti mati. Dengan tangan terlipat di belakang punggung, ia menatap Tang San yang terbaring lemah di dalamnya."Sepertinya aku memilih ukuran peti mati yang tepat untukmu," ujarnya dengan senyum dingin.Meski amarah masih be

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 350 - Satu Lawan Banyak (III)

    Tang San yang hendak menyerang mendadak berhenti. Matanya terpaku pada bekas tebasan di lantai yang membelah aula perjamuan menjadi dua bagian sempurna. Kekuatan mengerikan macam apa yang mampu melakukan ini?Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Tang San merasakan ketakutan yang begitu nyata. Dia merasa begitu tidak berdaya menghadapi monster di hadapannya."Ini..."Juliana Herbald menatap Ryan dengan mata terbelalak tak percaya. Seolah ribuan ombak menghantam jiwanya saat ia mengalihkan pandangan ke Pedang Caliburn.Pedang itu memang ditempa oleh pandai besi terhebat Keluarga Herbald, dan memang sangat kuat. Namun bahkan dalam kondisi utuh sekalipun, pedang itu tak mungkin mampu melancarkan serangan sedahsyat ini. Apalagi dalam keadaan rusak seperti sekarang!Realisasi menghantam Juliana–kekuatan sejati ini berasal dari Ryan sendiri! Selama ini dia lebih menghargai pedang daripada orangnya. Benar-benar kesalahan fatal!'Sial!' batinnya getir. 'Aku salah besar! Ryan bernilai l

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 349 - Satu Lawan Banyak (II)

    Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke dinding dan menekuk lututnya. Dalam satu gerakan eksplosif, ia mendorong tubuhnya ke arah tiga grandmaster yang tersisa. Pedang Suci Caliburn berpendar dingin di tangannya. Ketiga praktisi yang tersisa segera mengeluarkan senjata masing-masing. Namun sebelum mereka sempat menyerang, Ryan telah muncul di hadapan Wesly. Tak ada belas kasihan dalam gerakan Ryan saat Pedang Caliburn yang dipenuhi energi spiritual melesat membelah udara. Pedang Wesly hancur berkeping-keping oleh tebasan itu. Darah segar mengalir dari leher Wesly. Ia mencoba bicara namun tubuhnya tak lagi merespons. Dalam gerakan mulus yang mengerikan, kepalanya terpisah dari tubuh. Satu gerakan! Hanya butuh satu gerakan untuk membunuh seorang grandmaster! Seluruh ruangan menahan napas menyaksikan pembantaian itu. Juliana Herbald, Wilhem Herbald, Frederich Herbald, dan Herold Snowfield gemetar di tempat duduk mereka. Wajah mereka dipenuhi ketakutan dan ketidakpercayaa

DMCA.com Protection Status