Terima Kasih Kak Agus dan Kak Daniel atas dukungan Gem-nya.(. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, genap ada 5 gem nih hari ini. Yang artinya akan ada bab bonus hari ini(≧▽≦) Akumulasi Gem: 08-10-2024 (siang) : 0 Gem (reset) Selamat Membaca(◠‿・)—☆
Sebagai seorang wanita, Sophia paling cemburu ketika ada orang lain yang terlihat lebih baik darinya! Dan Adel, tanpa diragukan lagi, adalah orang yang paling dibencinya selama bertahun-tahun ini. Setiap kali ada acara kumpul keluarga, Sophia tak pernah melewatkan kesempatan untuk pamer atau mengejek Adel. Sophia selalu meremehkan Adel dan keluarganya. 'Keluarga miskin seperti mereka, bagaimana bisa punya putri secantik itu?' pikirnya sinis. 'Belum lagi anak laki-laki mereka yang sudah sekarat dan hampir mati itu...' Dengan ekspresi palsu penuh simpati, Sophia melirik ke arah Harry yang terbaring lemah di unit perawatan intensif. Ia menghela napas dramatis dan berkata, "Keluargamu benar-benar deh... Aku heran kejahatan macam apa yang telah dilakukan hingga melahirkan orang penyakitan seperti itu. Hidup kalian seharusnya bisa berjalan sangat baik tanpanya. Dia benar-benar telah menjadi beban, ya ampun…" Adel merasakan amarah membakar dadanya mendengar kata-kata Sophia. 'Orang p
Felix Weiss tahu saat itu bahwa sudah saatnya ia menengahi dan membujuk keluarga kakaknya. "Gilbert dan juga Adel, jika kalian tidak ingin melakukan ini demi diri kalian sendiri, maka lakukanlah ini demi orang yang ada di dalam ruangan itu." Felix berhenti sejenak, melihat ke arah kamar di mana Harry dirawat, dan melanjutkan perkataannya. "Apakah kalian benar-benar ingin melihat Harry pergi hanya karena kalian tidak punya cukup uang untuk mengobatinya? Dia baru berusia 14 tahun, dia masih memiliki banyak hal yang ingin dicapai di masa depan." Kata-kata Felix menghantam Adel dan Gilbert bagai pukulan telak. Mereka saling berpandangan, keraguan terpancar jelas di mata mereka. Situasi ini benar-benar memojokkan mereka ke sudut yang tak berujung. Cecil, melihat celah dalam pertahanan mereka, melanjutkan dengan nada manis yang dibuat-buat, "Adel sayang, kamu kan belum punya pacar. Meskipun putra CEO Tony mungkin... tidak sempurna, tapi itu bisa jadi hal yang baik lho. Dia polos, tidak
Bukan hanya keluarga Felix Weiss yang berjumlah tiga orang itu, tetapi juga ayah Adel pun tercengang. Gilbert Weiss menatap putrinya dengan mata melebar, seolah baru saja melihat alien mendarat di depannya. Ia tidak pernah mendengar Adel membicarakan pacar sebelumnya. Tapi kini, putrinya mencium seorang pemuda asing tepat di depan matanya!'Mungkinkah putri kecilku benar-benar sudah punya pacar?' pikir Gilbert, masih belum pulih dari keterkejutannya.Sophia Weiss, yang selalu iri pada Adel, adalah orang pertama yang pulih dari keterkejutan. Matanya menyipit curiga, mengamati penampilan Ryan dari atas ke bawah. Pakaian yang dikenakan Ryan jelas bukan barang bermerek—hanya barang dagangan biasa yang bisa ditemukan di pinggir jalan. Bagaimana mungkin pria seperti ini bisa membayar tagihan medis yang begitu mahal?Dengan dengusan dingin, Sophia berkata, "Adel, Adel. Kau harus hati-hati. Ada banyak pria di dunia ini yang tidak bisa diandalkan dan suka berbohong. Jangan sampai kau tert
Semua orang terkejut melihat Dokter Jiang mendekati Ryan dan membungkuk padanya. Suasana di koridor rumah sakit seketika berubah, seolah-olah waktu terhenti. Mata-mata yang tadinya meremehkan Ryan kini terbelalak tak percaya.Dokter Ajaib Jiang tahu persis apa yang dilambangkan oleh pria di hadapannya. Beberapa hari lalu, ia bertemu Ryan di kediaman Blackwood dan menganggapnya sebagai penipu belaka.Namun, setelah menyaksikan Jeremy Blackwood bangkit dari ambang kematian, Jiang sadar betapa keliru penilaiannya.Selama beberapa hari terakhir, Dokter Jiang telah berkonsultasi dengan rekan-rekan medisnya dari seluruh dunia. Namun tak seorang pun percaya pada ceritanya. Sebagai dokter ternama, Dokter Jiang paham betul arti keunggulan dalam dunia medis—suatu hari nanti, orang tersebut akan berdiri di puncak, mengabaikan semua orang di bawahnya.Itulah mengapa Dokter Jiang memutuskan untuk tinggal lebih lama di Kota Golden River. Di permukaan, ia tampak sibuk berdiskusi dan bertukar pikira
Dokter Kei melihat wanita yang tertampar itu dan segera berlari menghampirinya. "Mari kita bicarakan ini dengan baik-baik. Saya tidak ingin pertengkaran ini semakin memanas, apalagi ini adalah rumah sakit..." ujarnya dengan nada memohon, berusaha meredakan situasi yang semakin memanas. Namun Sophia Weiss sudah terlanjur dikuasai amarah. Ia tak lagi peduli dengan Ryan dan Adel. Dengan wajah merah padam, ia menunjuk hidung Dokter Jiang dan membentak, "Beraninya kau menamparku! Kau tahu siapa aku? Dasar orang tua malang, percaya atau tidak, aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja!" Dokter Jiang melirik Ryan, mendapati pria muda itu menatapnya dengan ekspresi santai, namun juga penuh minat. Merasa usahanya untuk menyenangkan Ryan berhasil, Dokter Jiang menyeringai pada Sophia. "Tidak mengizinkanku pergi dari Kota Golden River? Memangnya kau punya kualifikasi apa, hah?" Cecil, istri Felix Weiss, segera menarik lengan baju suaminya. "Sayang, apa kau akan diam saja melihat anak kit
Panggilan telepon itu terputus. Kalimat terakhir jelas ditujukan kepada Dokter Kei. Pria berkacamata itu berdiri kaku, nyaris tidak berani bernapas. Direktur rumah sakit benar-benar murka kali ini, dan ia tahu nasibnya kini bergantung pada bagaimana ia menangani situasi ini. Sementara itu, wajah keluarga Felix Weiss memucat. Mereka tak pernah menyangka bahwa pria tua yang mereka anggap malang itu ternyata seorang dokter ajaib! Dan dari nada bicara presiden rumah sakit, jelas sekali bahwa Dokter Jiang memiliki pengaruh yang luar biasa mengerikan. Felix Weiss merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Ia bahkan tak bisa membayangkan orang berpengaruh macam apa yang baru saja ia singgung. Satu kesalahan ini bisa menghancurkan seluruh usahanya selama sepuluh tahun terakhir dalam sekejap mata. Sebagai seorang pebisnis ulung, Felix tahu betul kapan harus mengubah strateginya. Dengan cepat ia memulihkan diri dari keterkejutan dan memaksakan senyum di wajahnya. Ia menghampir
Direktur Ferdinand menatap Ryan dalam-dalam. Ia sama sekali tidak mengenal siapa identitas pemuda tersebut. Namun, sebagai Dokter Senior dan Direktur rumah sakit, ia tahu harus bersikap seperti pada pada pemuda yang diduga memiliki identitas luar biasa itu."Jadi, ini Dewa Pengobatan Ryan. Aku sudah lama ingin bertemu denganmu. Mari kita lihat apakah ini baik-baik saja. Sekarang aku akan memindahkan pasien ke kamar VIP dan melakukan operasi segera dalam waktu satu jam," ucap Direktur Ferdinand dengan cepat, seakan ia sudah mengenalnya.Ia lalu berhenti sejenak, seolah baru teringat sesuatu. "Oh, dan mengenai biaya operasi, kebetulan saya mendapat informasi dalam perjalanan ke sini bahwa rumah sakit kami memiliki kuota polis untuk penyakit ini. Jadi, nikmatilah subsidi polis tersebut dan biaya lainnya akan ditanggung oleh rumah sakit dan negara..."Ryan menatap CEO Ferdinand dengan senyum tipis. Meski ia ingin merawat adik Adel secara langsung, ia tahu lebih baik membiarkan rumah saki
Beberapa saat kemudian, mereka berdua menuruni tempat parkir bawah tanah dan masuk ke dalam mobil Mercedes. Ryan membukakan pintu untuk Adel dengan gestur penuh perhatian, senyum tipis tersungging di bibirnya."Silakan masuk, Nona Cantik," godanya, nada suaranya ringan meski ada kilatan serius di matanya.Adel memutar bola matanya, tapi tak bisa menahan senyum. "Dasar gombal," gumamnya, tapi tetap masuk ke mobil dengan anggun.Mungkin karena saat itu malam hari, tetapi tidak banyak mobil di jalan. Lampu-lampu kota berkedip-kedip di kejauhan, menciptakan pemandangan yang hampir magis. Di dalam mobil, suasananya tenang, hanya terdengar alunan musik lembut dari radio.Ryan menyandarkan kepalanya ke jok, matanya terpejam sejenak. Ia tampak lelah, tapi ada kedamaian di wajahnya yang jarang terlihat. Adel meliriknya sesekali, tangannya menggenggam kemudi dengan erat.Tiba-tiba, Adel mematikan radio dan mengarahkan kemudi sambil berkata, "Boleh aku bertanya sesuatu?"Ryan membuka matanya,
"Yang paling kukuasai bukanlah seni bela diri, melainkan keterampilan medis dan alkemis." Senyum dingin Ryan melebar. "Awalnya kupikir ilmu medis digunakan untuk menyelamatkan nyawa. Tapi tempat itu mengajariku bahwa keterampilan yang sama bisa digunakan untuk menyiksa dan membunuh."Saat berbicara, Ryan melepaskan enam sampai tujuh jarum perak yang langsung menancap di tubuh Aaron Ravenclaw. Jari-jarinya bergerak cepat membentuk segel, membuat jarum-jarum itu bersinar semakin terang."Ini..."Sebelum Aaron Ravenclaw sempat bereaksi, rasa sakit luar biasa menghantam seluruh tubuhnya! Dalam sekejap, tubuhnya mengejang dan mendingin, seolah jutaan mulut sedang mengunyah dagingnya."ARGHHHH!"Jeritan menyayat hati memenuhi aula. Rasa sakit yang dia rasakan semakin intens hingga jiwanya pun bergetar.Zend Bark menyaksikan dengan ngeri. Sebagai praktisi berpengalaman, dia tahu betul semakin kuat seorang praktisi seni bela diri, semakin tinggi toleransi mereka terhadap rasa sakit. Sesua
Mata Zend Bark menyipit saat dia melesat ke tengah kerumunan. Dalam sekejap, jeritan-jeritan menyayat hati memenuhi udara. Bayangan kematian tetua tadi masih membayangi pikiran para praktisi Keluarga Ravenclaw, membuat mereka tak mampu mengerahkan kekuatan penuh.Meski begitu, menghadapi puluhan praktisi sekaligus tetap bukan perkara mudah. Beberapa luka mulai muncul di tubuh Zend Bark saat dia kewalahan menahan serangan dari berbagai arah.Ryan menggeleng pelan melihat ini. Tanpa kata-kata, ia melesat ke medan pertempuran. Hembusan angin kencang mengikuti setiap gerakannya. Ke manapun Ryan melangkah, darah dan daging berceceran! Sosoknya bagai Malaikat Maut yang memanen nyawa tanpa ampun. Dalam waktu lima menit saja, puluhan praktisi telah tewas di tangannya. Aula yang tadinya megah kini dipenuhi bau anyir darah dan kematian yang menyesakkan.Hanya satu orang yang masih hidup di seluruh aula–Aaron Ravenclaw yang meringkuk lemah di sudut ruangan. Setelah kehilangan lengannya,
Saat rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, Aaron Ravenclaw menyadari ada kekuatan tak terlihat yang mengalir masuk, membuat organ dalamnya terguncang parah. "Kuberi kau kesempatan, tapi kau menyia-nyiakannya," ujar Ryan datar. "Mulai hari ini, Keluarga Ravenclaw tidak akan ada lagi di Nexopolis." Nada suaranya tenang seolah hanya menyatakan fakta yang tak terbantahkan. Pedang Suci Caliburn muncul di tangannya saat dia melesat maju. Sinar pedang cemerlang membelah udara, membawa niat membunuh yang pekat. Tebasan ganas mengincar leher Aaron Ravenclaw–hutang darah harus dibayar dengan darah! Namun tetua Sekte Hell Blood tidak bisa membiarkan ini terjadi. Aaron Ravenclaw masih terlalu berharga untuk mati. Dia melempar ponsel yang baru digunakannya untuk mengirim pesan darurat, lalu menghunus pedang dan menyerang. "Ryan, jangan terlalu sombong!" hardiknya. "Kau menyakiti temanku. Hari ini, bukan hanya rahasiamu yang kuinginkan, tapi juga nyawamu! Matilah!" Tetua itu melepaskan
Gedebuk! Empat kepala itu menggelinding ke kaki Aaron Ravenclaw dengan suara berdebum yang mengerikan. Darah masih menetes dari leher yang terputus, menciptakan genangan merah pekat di lantai marmer putih. "Di mana ayahku?" tanya Ryan dingin. Dalam sekejap, dia muncul dua meter di depan Aaron Ravenclaw. Aura membunuh yang menguar dari tubuhnya membuat suhu ruangan turun drastis. Para tetua Sekte Hell Blood secara naluriah mundur beberapa langkah. Bayangan kejadian di arena seni bela diri tadi pagi berkelebat di benak mereka. Lucas Ravenclaw yang tak berdaya, Guardian yang tewas mengenaskan, dan kekuatan mengerikan yang ditunjukkan Ryan. Di seluruh Nexopolis saat ini, siapa yang mampu menghentikannya? Aaron Ravenclaw berusaha mengendalikan getaran di tubuhnya. Dia menatap Ryan dengan sorot tajam, meski keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Kau terlambat. William Pendragon sudah tidak ada di sini lagi!" "Benarkah begitu?" Alih-alih marah, Ryan justru mengeluarkan seba
Ketika Wendy merasakan angin menderu di sekelilingnya, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia telah melakukan sesuatu yang gila! Ini lantai kesepuluh! Jantungnya berdegup kencang saat gravitasi menarik tubuhnya ke bawah. Pandangannya tertuju pada tanah yang semakin dekat di bawah sana. Meskipun dia sudah mulai berkultivasi, dia bukanlah dewa yang bisa terbang! 'Bodoh! Apa yang kulakukan?' pikirnya panik. Wendy ingin menampar dirinya sendiri atas tindakan impulsif ini. Mengapa dia tiba-tiba melompat dari gedung? Hanya karena melihat sosok mencurigakan yang mirip Ryan? Besok pagi, headline koran Riverdale pasti akan berbunyi: [Dosen muda Universitas Negeri Riverdale bunuh diri karena stres. Haruskah sistem pendidikan direformasi?] Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Di usia dua puluhan, dia bahkan belum pernah pacaran! Padahal dia sudah menemukan seseorang yang disukainya, tapi kini akan mati sebelum sempat mengungkapkan perasaan. Saat tubuhnya hampir menyentuh
Ryan tersenyum melihat kepanikan Wendy. "Tidak apa-apa. Aku memang tidak berencana tinggal lama di apartemen ini." Ia menatap Wendy dengan kilatan tertarik. "Lagipula, sepertinya aku menemukan telah seorang genius. Kalau kau berkultivasi dengan baik, mungkin aku yang harus bergantung padamu nanti." "Benarkah?" Wajah cemas Wendy berubah terkejut. "Kalau begitu aku akan berlatih keras mengolah teknik Jiwa Es. Aku akan melindungimu di masa depan!" Begitu kata-kata itu meluncur dari mulutnya, wajah Wendy langsung memerah, takut Ryan akan salah paham. Ryan mengeluarkan beberapa buku teknik beladiri tipe es yang telah disiapkannya. "Bawa ini juga. Dengan bakatmu, kau pasti bisa menguasainya dengan cepat." "Baiklah." Wendy menerima buku-buku itu. Dia hendak mengatakan sesuatu lagi ketika terdengar ketukan di pintu. "Sudah larut, sebaiknya aku pulang..." Wendy bangkit untuk membuka pintu. Seorang pria asing berdiri di ambang pintu. Dia melirik Wendy sekilas sebelum tatapannya beralih p
Setelah memberikan beberapa instruksi lain, Ryan meninggalkan Guild Round Table. Jika tebakannya benar, ayahnya berada di tangan Guardian Nexopolis, Zeke Fernando, atau Keluarga Ravenclaw. Karena Larry tidak bisa bergerak, dia harus menanganinya sendiri. Ryan mengetahui lokasi kediaman Keluarga Ravenclaw, namun dia juga merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Karena itu, ia memutuskan untuk kembali ke apartemennya terlebih dahulu. Menggunakan telepon rumah, Ryan menghubungi Conrad Max dan memintanya membawakan beberapa tanaman obat. Setengah jam kemudian, Conrad Max tiba dengan semua yang diminta. Ketika melihat Ryan, matanya dipenuhi ketakutan sekaligus kekaguman. Insiden di arena seni bela diri telah tersebar ke seluruh ibu kota–bagaimana Lucas Ravenclaw gagal mengalahkan Ryan, dan seorang Guardian terbunuh! Ryan kini menjadi yang tak terbantahkan dalam peringkat grandmaster Nexopolis. Dan dia mencapai prestasi ini di usia dua puluhan–sesuatu yang belum pernah
Di Guild Round Table, Ryan membuka mata tepat pukul lima sore. Ia duduk tegak, merasakan luka-lukanya telah pulih signifikan. Yang mengejutkan, entah bagaimana ia berhasil menembus ke ranah Golden Core tingkat kelima. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Wajah Ryan menunjukkan sedikit keterkejutan. Ia terluka parah dan belum mengedarkan teknik kultivasi. Bagaimana mungkin bisa menembus tingkatan dengan sendirinya? Ini sungguh aneh. Apakah hal seperti ini benar-benar mungkin? Saat Ryan masih terheran-heran dengan terobosan tiba-tiba ini, perhatiannya tertuju pada batu giok naga yang melayang di udara. Energi qi mengalir deras dari batu itu memasuki tubuhnya. "Mungkinkah karena Kuburan Pedang?" gumamnya sambil mengepalkan tangan. Batu Giok Naga itu kembali muncul di telapak tangannya. "Larry seharusnya sudah membawa ayah kembali sekarang." Ryan menatap batu di tangannya dengan penasaran. "Aku juga harus menanyakan padanya tentang batu ini. Apa sebenarnya hubungan antara Keluar
Larry terjebak dalam situasi sulit. Di satu sisi ada perintah Ryan, di sisi lain dia berhadapan dengan Guardian yang bahkan tidak segan mengancamnya secara terbuka. Pada saat itu, tetua Sekte Hell Blood keluar dengan senyum menjilat. Dia membungkuk dalam pada Zeke Fernando. "Tetua Zeke, sungguh suatu kehormatan Anda berada di sini!" Larry tertegun. Zeke Fernando adalah tetua Sekte Hell Blood? Dan dari cara tetua lain membungkuk padanya, jelas statusnya sangat tinggi dalam sekte tersebut! Amarah membuncah dalam dada Larry saat menyadari pengkhianatan ini. Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Zeke Fernando melirik tetua yang membungkuk padanya dan mendengus. "Dasar tidak berguna! Kau bahkan tidak bisa menangani masalah kecil seperti ini dengan benar. Memalukan nama Sekte Hell Blood!" Wajah tetua itu memucat. Dia hanya bisa menunduk dalam-dalam, tidak berani membantah. Setelah menimbang situasi dengan cermat, Larry berkata, "Tuanku, aku bisa melepaskan