Terima Kasi Kak Jaz atas dukungan Gem-nya. \(^_^)/ Ini adalah bab bonus hari ini. Akumulasi Gem: 03-10-2024 (Sore): 3 Gem Yuk, kurang 2 lagi nih. Selamat membaca (◠‿・)—☆
Tak lama setelah Ryan berkeliling rumah barunya, bel berbunyi. Ia tersenyum, menyadari bahwa ramuan obat pesanannya pasti sudah tiba. Dengan langkah ringan, ia berjalan menuju pintu depan. Namun, pemandangan yang menyambutnya di balik pintu bukanlah yang ia duga. Alih-alih kuli angkut biasa, ia mendapati tiga orang berdiri di lorong: dua orang tua dan seorang wanita muda. Masing-masing dari mereka memegang setumpuk tanaman obat, sementara lebih banyak lagi tersebar rapi di lantai. Ryan mengenali dua di antara mereka: Frederick dan cucunya, Angelica. Namun lelaki tua ketiga merupakan wajah yang tampak asing baginya. Meski begitu, Ryan bisa merasakan energi Qi dari pria itu, yang menandakan lelaki tua itu seorang praktisi bela diri tingkat tinggi. "Frederick," Ryan menyapa dengan nada geli, "jangan bilang Paviliun Kejayaan bahkan tidak bisa mengirim seorang pekerja biasa. Kenapa kalian repot-repot datang sendiri?" Frederick tersenyum canggung. "Tuan Ryan, sebenarnya kami tida
Ketika mereka mendengar apa yang dikatakan Ryan, mereka semua tercengang. Mata mereka melebar, mulut mereka sedikit terbuka, seolah-olah Ryan baru saja mengatakan bahwa ia bisa terbang. 'Seorang grandmaster seni bela diri yang tidak tahu arti grandmaster?' pikir mereka hampir bersamaan. 'Bagaimana mungkin?' Frederick yang pertama kali pulih dari keterkejutannya. "Tuan Ryan," ia berkata hati-hati, "bukankah Anda seorang ahli bela diri yang mampu memanipulasi energi Qi di luar tubuh?" Ryan mengangguk santai. "Ya, saya bisa melakukan itu. Memangnya kenapa?" Kali ini giliran Killua yang berbicara, suaranya penuh ketidakpercayaan. "Tapi... tapi nama-nama tingkatan ranah seharusnya selalu diajarkan kepada setiap orang yang melangkahkan kaki pertama kali pada seni bela diri! Jika Anda tidak mengerti dasar-dasarnya, bagaimana Anda bisa mencapai tingkat ini?" Ryan menggaruk kepalanya, sedikit malu. "Ah, itu. Sebenarnya, aku baru saja datang ke kota ini dari desa belum lama ini. Jadi, aku
Ryan tidak menyadari bahwa dia perlahan memancarkan tekanan mengancam yang kuat saat memikirkan masalah tersebut. Aura tekanannya yang penuh penindasan telah mendinginkan suhu seluruh lantai 21 tempat kamar Ryan berada. Alhasil, Killua, Frederick, dan Angelica yang masih berada di lorong lantai 21, merasakan gelombang udara dingin menusuk tulang.Mereka saling berpandangan, merasakan udara berbahaya di sekeliling mereka. 'Aura menakutkan dan mengancam apa ini?' bisik hati mereka. 'Apakah tekanan ini datang dari Grandmaster Ryan?'"Apakah kita secara tidak sengaja menyinggung perasaannya?" Killua berbisik, wajahnya pucat.Frederick tidak dapat menahannya lagi. "Sepertinya tidak. Tapi ayo cepat pergi dari sini, sepertinya Tuan Ryan tidak dalam mood yang bagus."Killua dan Angelica mengangguk setuju. Tanpa banyak bicara, mereka bergegas turun menggunakan tangga darurat, tidak lagi berani menggunakan lift.Di dalam ruang kondominiumnya, Ryan perlahan menenangkan dirinya. Ia menatap tana
Beberapa saat kemudian, Paman Wong dan Bibi Sandra melihat sekitar tujuh atau delapan pria datang dari ujung jalan. Wajah mereka langsung pucat begitu melihat pria-pria itu dan mulai menutup kios dengan panik. "Nak, aku akan membungkus sisa makanan untukmu. Pergilah sekarang juga! Pergilah!" Bibi Sandra berlari ke arah Ryan dan berkata dengan nada berbisik, ketakutan jelas terlihat di matanya. Ryan tetap tidak bergerak, malah melanjutkan makannya dengan santai. "Mengapa aku harus pergi?" tanyanya dengan nada tenang. Bibi Sandra menatapnya dengan tatapan memohon. "Nak, kamu masih muda. Mungkin kamu masih belum mengerti aturan tertentu, tapi semuanya tidak akan berakhir baik jika kamu tidak segera pergi... Aku mohon padamu... Oke?" Suara Bibi Sandra mulai bergetar, membuat Ryan akhirnya menoleh ke arahnya. Namun, sebelum ia sempat menjawab, suara keras terdengar di samping telinganya! Ryan menoleh cepat dan melihat sekelompok pria bertubuh kekar yang mengenakan singlet hitam sudah
Bibi Sandra hendak membujuk Ryan untuk berhenti tetapi dihentikan oleh Paman Wong. Dengan suara pelan dan gemetar, Paman Wong berkata, "Apa yang bisa kamu, seorang wanita, lakukan? Biarkan pemuda itu membereskan kekacauan yang dibuatnya. Jangan mencoba memperbaiki sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Dia telah menyinggung Tuan Enrico. Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Tidak bisakah kamu melihat berapa banyak orang di sini yang menyaksikan ini?" Bibi Sandra terdiam, matanya melebar melihat tujuh atau delapan penjahat yang menatap tajam ke arah pemandangan di hadapan mereka. Ia menyadari bahwa apapun yang mereka katakan tidak akan berarti apa-apa. Mereka hanyalah orang biasa. Bagaimana mereka bisa melawan orang-orang yang tidak rasional ini? Sementara itu, ekspresi Tuan Enrico semakin menggelap. Selama ini, dia adalah bos preman yang paling ditakuti di distrik ini. Tidak pernah ada yang berani menantangnya, apalagi mempermalukannya di depan umum seperti ini. "Bocak kam
Enrico menjadi sangat marah ketika melihat tidak ada satupun pengikutnya yang berani bergerak. Wajahnya yang sudah memar kini semakin memerah karena amarah yang memuncak. "Kalian semua buta?!" teriaknya frustrasi. "Dia hanya seorang! Apa yang kalian takutkan?!" Namun, tak seorang pun dari anak buahnya berani menjawab. Mereka hanya berdiri diam, gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Ryan. Enrico merasakan darah hangat mengalir dari telapak tangannya yang tertusuk garlu. Rasa sakit yang tajam mulai merambat ke seluruh lengannya. Ia tahu, jika dibiarkan lebih lama, ia mungkin akan kehilangan fungsi tangannya selamanya. Dengan sisa-sisa keberaniannya, Enrico menoleh ke arah Ryan. "Hei, kau," ujarnya, berusaha terdengar tenang meski suaranya bergetar. "Tidakkah kau pikir ini berlebihan? Melumpuhkan kedua lenganku seperti ini? Aku, Enrico, tidak melakukan apa pun untuk menyinggungmu." Ryan mengabaikan perkataan Enrico. Ia justru berdiri dan mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya
Ryan belum menghitung sampai tiga ketika Enrico berteriak, "Lepaskan aku... Aku mohon padamu... lepaskan aku..." Suaranya pecah, air mata dan ingus bercampur di wajahnya yang merah padam karena rasa sakit yang luar biasa. Ryan menatapnya dengan tatapan dingin, tidak bergerak sedikit pun. Ia bukan orang suci, dan beberapa orang memang tidak pantas mendapatkan belas kasihan. "Kau menyebut dirimu seorang pria? Bahkan dua detik rasa sakit saja kau tidak sanggup menahan," ujar Ryan, suaranya penuh penghinaan. Enrico menggeliat, tubuhnya bergetar hebat karena rasa sakit yang menusuk setiap sel tubuhnya. "Kumohon... aku mohon padamu... Biarkan aku pergi..." Matanya melebar penuh ketakutan, air mata mengalir deras. Ia benar-benar takut sekarang, tidak ingin mengalami rasa sakit seperti ini lagi dalam hidupnya. Tetap hidup, meski dalam keadaan menyedihkan, jauh lebih baik daripada mati dalam penderitaan seperti ini. Ryan tetap tidak bergerak meski Enrico terus memohon. Selama lima tah
Saat itu pukul sepuluh malam. Udara malam Kota Golden River terasa sejuk, membawa aroma samar asap kendaraan dan makanan dari warung-warung pinggir jalan yang masih buka. Ryan baru saja turun dari taksi, bersiap untuk kembali ke Apartemen Grand City. Ia tidak yakin apakah Adel sudah pulang atau belum.Tepat saat Ryan hendak melangkah masuk ke gerbang kompleks apartemen, sebuah cahaya terang tiba-tiba menyorot ke arahnya, disertai bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga. Jelas sekali seseorang sedang berusaha menarik perhatiannya.Ryan mengerutkan kening, sedikit terganggu dengan gangguan tak terduga ini. Ia melihat sekilas ke arah mobil dan menangkap sosok seorang wanita di kursi pengemudi. Tidak mengenali siapa wanita itu dan merasa tidak ada urusan dengannya, Ryan memutuskan untuk mengabaikannya. Ia melanjutkan langkahnya menuju pintu masuk apartemen.Sebenarnya, wanita di dalam mobil itu adalah Rindy Snowfield, CEO Snowfield Group. Malam ini, meski hari Minggu, ia telah me
"Kurasa tidak lama lagi Tuan Arthur akan menjadi mimpi buruk bagi banyak kekuatan dan sekte. Yang pertama menderita pastilah Sekte Hell Blood," lanjutnya serius. "Jika Paviliun Ivoryshroud tidak mengambil tindakan yang tepat, itu akan berbahaya bagi mereka juga." Saat mereka berdua mengobrol, seekor naga suci panjang turun dari langit! Meski sudah siap secara mental, Tetua Juan masih sangat terkejut. Bahkan seorang ahli Ranah Saint tidak semengerikan ini–apakah Arthur Pendragon benar-benar menantang surga? Lalu mereka melihat naga darah Ryan membubung ke langit, menghantam petir Ilahi yang menyambar-nyambar dari langit. Di tengah angin dingin yang menderu dan kilatan petir yang membutakan, samar-samar terlihat sosok Ryan berdiri tegak tanpa gentar. Ryan telah bersiap di puncak gunung untuk menyambut petir Ilahi, memenuhi permintaan Lex Denver! Bagaimanapun, setelah apa yang telah mereka saksikan hari ini, tidak akan ada seorang pun yang berani mengganggunya. Arthur Pendrago
Ryan membentuk segel tangan rumit, menciptakan jimat spiritual berisi tandanya. "Ini untukmu. Kau bisa menghubungiku bila perlu." Hestia dan Tetua Juan nyaris tak bisa menahan kegembiraan mereka. Jimat spiritual dari Arthur Pendragon! Ini benar-benar sepadan dengan hadiah mereka. "Tuan Arthur, kalau begitu saya tidak akan mengganggu lebih lama," Hestia tersenyum manis sambil menyerahkan sebuah liontin giok. "Liontin ini berisi lokasi wilayah Keluarga Jirk. Jika Anda lewat, Anda harus mampir." "Baiklah." Ryan menerima liontin itu dengan anggukan singkat. Setelah kepergian Hestia dan Tetua Juan, Ryan bertanya pada Lex Denver, "Guru, Anda ingin saya mengambil ini? Apa yang ada di dalamnya? Mengapa saya merasakan gerakan di dalam?" Lex Denver tersenyum misterius. "Jangan kembali dulu. Cari tempat yang tenang, bentuk formasi, dan mulailah menerobos. Aku akan melindungimu." "Baiklah." Ryan menemukan sebuah gua di tepi yang curam, mengusir binatang buas yang mendiaminya, lalu duduk
Ryan menyipitkan matanya, memikirkan situasi ini dengan cermat. Ia harus kembali ke Ibu Kota. Karena Tetua Zigfrid telah tiba di Nexopolis, Ryan seharusnya bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari Eagle Squad dan lelaki tua itu. Adapun Floridas Kennedy, dia tahu lokasi pasti markas besar Sekte Hell Blood dan merupakan kunci untuk Ryan bisa menyusup ke sana. Karena itu, untuk sementara nyawanya masih berguna. Lagipula sekarang dia sudah menjadi budak, kesetiaannya tidak perlu diragukan lagi. "Tuan Ryan," Shiki Seiho tiba-tiba berkata pelan, "saya merasakan dua aura mendekat. Mereka tidak memiliki niat buruk. Menurut perkiraan saya, mereka adalah dua orang dari Keluarga Jirk." "Bagaimana kita harus menangani hal ini?" Keluarga Jirk? Ryan tentu saja tidak mengira keluarga itu akan menyerangnya. Setelah berpikir sejenak, dia melirik ke arah tertentu dan memberi instruksi, "Shiki Seiho, bawa Floridas Kennedy kembali ke ibu kota dulu. Aku akan menyusul nanti." "Baik, Tuan Ryan.
"Tidak, aku harus kembali ke Gunung Langit Biru dan melaporkan ini pada pemimpin sekte!" seru seorang pria tua panik. "Kita harus menggambar potretnya sebelum wajahnya terlupakan!" "Mulai hari ini, tidak ada seorang pun yang boleh menyinggung Arthur Pendragon," tambah yang lain dengan wajah pucat. "Benar, benar! Aku khawatir Arthur Pendragon akan memasuki Gunung Langit Biru suatu hari nanti. Kita harus segera memperingatkan sekte kita. Jika tidak, siapa pun yang berani menyinggung iblis ini akan membuat seluruh sekte mereka dihancurkan oleh dahan pohon bunga sakura!" Di tengah kepanikan itu, seorang wanita tampak tersadar akan sesuatu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas mengejar ke arah Ryan pergi. Tetua Juan dari Keluarga Jirk juga melakukan hal yang sama! Setelah semua yang terjadi, mereka harus menunjukkan pendirian Keluarga Jirk. Tetua Juan tidak lagi berambisi memenangkan hati Arthur Pendragon–dia hanya ingin memastikan sosok mengerikan itu tidak menjadi mu
Pemikiran itu segera terhenti. Bagaimanapun, baik Brandy Shroud maupun para pengikutnya tidak dianggap sangat kuat di Gunung Langit Biru. Terlalu banyak kultivator di sana yang jauh lebih mengerikan. Brandy Shroud hanyalah kepala cabang Paviliun Ivoryshroud di Nexopolis. Para kultivator di cabang lain di Gunung Langit Biru jelas tak akan semudah ini ditangani. Dan kali ini, Ryan tidak hanya menyinggung Sekte Hell Blood, tetapi juga Paviliun Ivoryshroud. Namun Ryan justru tersenyum tipis. Lalu kenapa? Jika orang-orang dari Gunung Langit Biru ingin mencari masalah, mereka akan mencari Arthur Pendragon. Dan setelah hari ini, yang akan mereka temui hanyalah Ryan. 'Meski begitu,' pikirnya sambil merapikan jubahnya yang ternoda darah, 'nama Arthur Pendragon mungkin masih berguna sebagai jimat penyelamat nyawa di masa depan.' Mulai hari ini, nama itu akan mengguncang seluruh Gunung Langit Biru. Jika suatu saat dia perlu mengungkapkan identitasnya sebagai Arthur Pendragon, mungkin
"Dahan pohon bunga sakura menghancurkan formasi kuno dan membunuh Brandy Shroud!" seru seseorang tak percaya. "Pengungkapan kekuatan ini sendiri sudah cukup untuk mengguncang seluruh Gunung Langit Biru!"Tetua Juan dari Keluarga Jirk gemetar hebat. Sebagai anggota terkuat dari rombongan Keluarga Jirk, ini adalah pertama kalinya dia merasakan ketakutan yang begitu mencekam. Penyesalan memenuhi hatinya–dia tahu telah kehilangan kesempatan terbaik.'Jika saja aku mendengarkan nona muda dan berdiri di pihak Arthur Pendragon tanpa ragu,' pikirnya getir. 'Mungkin Keluarga Jirk masih bisa membangun hubungan dengannya.'Berkat bakat Shirly Jirk yang luar biasa, Keluarga Jirk terbiasa unggul dalam hal negosiasi dan perekrutan orang-orang jenius. Namun penampilan Ryan tampak bahkan melampaui kejayaan Shirly Jirk yang selama ini menjadi kebanggaan keluarga.'Selama dua puluh tahun terakhir, mengapa tidak ada berita di Gunung Langit Biru tentang seorang jenius seperti ini?' Tetua Juan bertanya
"Astaga... Ini adalah petir Ilahi!""Bagaimana mungkin? Arthur Pendragon benar-benar memiliki kekuatan petir Ilahi!""Mungkinkah dahan pohon bunga sakura itu? Apakah itu harta karun yang dapat memicu petir Ilahi?""Kali ini Brandy Shroud akan mati!"Bisikan-bisikan ketakjuban memenuhi arena. Para anggota Keluarga Jirk yang hadir saling berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Bahkan Tetua Juan dari Keluarga Jirk membelalakkan matanya lebar-lebar. "Dari mana Arthur Pendragon berasal?" gumamnya heran. "Kekuatan seperti ini... dia pasti bukan orang biasa!"Sementara itu, wajah Brandy Shroud semakin memucat. Dia bisa merasakan kematian mengintai dari balik petir ilahi yang menari-nari di sekeliling Ryan. Namun ego dan harga dirinya tidak mengizinkan dia mundur."Pergi kau ke neraka!" teriaknya sambil melancarkan serangan pamungkas.Pedang spiritualnya melesat bagai meteor merah yang siap menghancurkan segalanya. Namun Ryan hanya tersenyum dingin."Hari ini, aku akan mengajarimu kon
Dengan satu gerakan saja, bumi berguncang! Ryan mengayunkan dahan pohon bunga sakura di tangannya dengan gerakan ringan, namun dampaknya luar biasa. Tanah di bawah kakinya retak dan bergetar hebat, menciptakan gelombang kejut yang menyebar ke segala arah.Brandy Shroud yang tadinya berdiri angkuh terpaksa mundur beberapa langkah untuk menjaga keseimbangan. Matanya menyipit melihat kekuatan tak terduga ini.Dengan gerakan kedua, awan gelap menutupi langit!Dahan pohon bunga sakura kembali bergerak, kali ini membentuk pola rumit di udara. Dalam sekejap, langit cerah berubah gelap mencekam. Awan hitam bergulung-gulung menutupi matahari, menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk merinding."Mustahil..." bisik salah seorang penonton. "Bagaimana bisa sebuah dahan pohon bunga sakura memiliki kekuatan seperti ini?"Dengan gerakan ketiga, bahkan ruang terasa terkoyak!Ryan tersenyum tipi
Wajah nona muda Jirk memucat seketika, seolah seluruh energinya tersedot habis. Dengan putus asa dia menoleh pada lelaki tua di sampingnya."Kakek Juan, izinkan aku melakukannya. Aku merasa Arthur Pendragon pantas mendapatkannya."Semua wanita di Keluarga Jirk memang memiliki bakat terpendam yang memungkinkan mereka merasakan hal-hal tertentu tentang masa depan. Shirly Jirk telah menyelamatkan Ryan empat tahun lalu berkat bakat itu. Dan kini, wanita lain dari Keluarga Jirk juga merasakan sesuatu yang serupa.Sayangnya lelaki tua di sampingnya sama sekali tidak tergerak. Para penonton mendesah tak henti-hentinya menyaksikan pertarungan ini. Mereka mengira akan melihat kelahiran seorang jenius, namun tampaknya takdir berkehendak lain. Sepertinya orang jenius memang ditakdirkan untuk mati muda.Bahkan Floridas Kennedy yang baru terbangun dari proses pemulihannya hanya bisa menghela napas panjang. Dia telah mele