Terima Kasih Kak Daniel atas Dukungan Gem-nya \(^_^)/ akumulasi Gem: 02-10-2024: 2 Gem Yuk, kurang 3 Gem nih, yuk-yuk ditambah, hehehehe Ini bab reguler, dan Bab bonus akan othor UP nanti sore. Ditunggu(◠‿・)—☆
Ryan melambaikan tangannya di depan wajah Frederick yang tampak melamun. "Frederick? Apa kau masih mendengarkanku?" tanyanya dengan nada geli.Frederick tersentak, kembali ke realitas. Ia berdeham, berusaha menyembunyikan rasa malunya. "Ah, maafkan saya, Tuan Ryan. Saya hanya... sedang memikirkan sesuatu."Ryan tersenyum tipis. "Pasti sesuatu yang sangat menarik, eh? Sampai membuatmu lupa ada orang di depanmu."Frederick tertawa canggung. "Bukan apa-apa, Tuan Ryan. Hanya... urusan bisnis biasa." Ia lalu mengalihkan pembicaraan, "Jadi, tentang tungku alkemis yang Anda cari. Jika Anda hanya ingin mengoleksi, saya sarankan Anda mencoba peruntungan di pasar barang antik. Kota Golden River memiliki pasar barang antik terbesar di Jalan Antique River."Ryan mengangguk, pura-pura tertarik. "Ah, begitu. Tapi bukankah barang antik sering kali palsu?"Meski Ryan memiliki cara untuk melihat apakah barang tersebut asli atau palsu, tapi hampir 90% barang di pasar barang antik adalah barang palsu. Me
Setengah jam kemudian, Angelica masuk ke Paviliun Kejayaan bersama seorang lelaki tua. Gadis itu mengenakan pakaian olahraga merah muda yang, meski terlihat longgar, tetap tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuhnya yang indah. Rambut panjangnya yang biasanya tergerai kini diikat tinggi dalam ekor kuda, menampakkan leher jenjangnya yang berkilau oleh keringat. Lelaki tua di sampingnya mengenakan satu set pakaian olahraga abu-abu dan sepasang sepatu hitam. Tubuhnya kurus, namun posturnya setegak pensil. Matanya yang tajam namun penuh belas kasih bersinar di bawah alisnya yang tipis, memberikan kesan bijaksana sekaligus waspada. Frederick, yang sedang merapikan beberapa tanaman obat di konter, langsung menyambut mereka dengan senyum lebar. "Ah, Killua! Lagi-lagi kau membawa Angelica berlatih hari ini," sapanya ramah. Lalu dengan nada menggoda, ia menambahkan, "Gadis usil ini pasti membuatmu repot, kan?" Angelica langsung cemberut mendengar komentar kakeknya. "Apa maksudmu, Kakek?"
Frederick, menahan rasa sakit di lengannya yang masih dicengkeram Killua, berusaha memahami situasi yang terjadi. "Killua," ujarnya dengan nada penasaran, "maksudmu... apa yang tertulis di koran itu tidak biasa, kan?"Killua, yang baru menyadari kekuatan cengkeramannya, segera melepaskan tangan Frederick. Ia berdeham, berusaha menenangkan diri sebelum menjelaskan."Tidak biasa?" Killua tertawa kecil. "Bukan hanya tidak biasa, Frederick. Ini adalah teknik kultivasi dari para Dewa!"Angelica dan Frederick saling pandang, kebingungan jelas terpancar di wajah mereka.Killua melanjutkan, "Angelica dan aku telah berlatih metode kultivasi yang disebut Metode Matahari Jiwa. Aku mendapatkannya secara kebetulan saat masih muda, tapi itu hanyalah metode yang tidak lengkap."Ia berhenti sejenak, matanya menerawang jauh seolah mengingat masa lalu. "Kemudian, aku bertemu dengan seorang grandmaster hebat. Aku menghabiskan banyak uang agar dia membantuku menyempurnakan metode itu. Tapi..." Killua me
Setibanya di apartemen Adel, Ryan disambut oleh aroma yang sangat menggoda ketika ia melangkah masuk.Wangi sup ayam dan rempah-rempah memenuhi udara, membuat perutnya langsung berkerucuk. Ia mengikuti aroma itu ke dapur, di mana pemandangan yang membuatnya tersenyum lebar menyambutnya.Adel berdiri membelakanginya, sibuk mengaduk sesuatu di kompor. Gaun rumahan yang ia kenakan memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan rasio pinggang dan pinggul yang membuat Ryan menelan ludah.'Ah, wanita sempurna,' batin Ryan. 'Cantik, pintar memasak, dan yang terpenting... punya bentuk tubuh yang wow.'Tanpa suara, Ryan menyelinap ke meja makan yang sudah penuh dengan hidangan lezat. Ia meraih garlu dan baru saja akan mencicipi sepotong ayam goreng ketika..."Ehem!" Adel berdeham keras, membuat Ryan sedikit terkejut. "Kamu dari mana saja? Datang-datang langsung nyomot makanan. Itu tidak sopan!" Ryan tersenyum seolah-olah sama sekali tidak merasa bersalah. "Hei, salahkan masakanmu yang ter
Tak lama setelah Ryan berkeliling rumah barunya, bel berbunyi. Ia tersenyum, menyadari bahwa ramuan obat pesanannya pasti sudah tiba. Dengan langkah ringan, ia berjalan menuju pintu depan. Namun, pemandangan yang menyambutnya di balik pintu bukanlah yang ia duga. Alih-alih kuli angkut biasa, ia mendapati tiga orang berdiri di lorong: dua orang tua dan seorang wanita muda. Masing-masing dari mereka memegang setumpuk tanaman obat, sementara lebih banyak lagi tersebar rapi di lantai. Ryan mengenali dua di antara mereka: Frederick dan cucunya, Angelica. Namun lelaki tua ketiga merupakan wajah yang tampak asing baginya. Meski begitu, Ryan bisa merasakan energi Qi dari pria itu, yang menandakan lelaki tua itu seorang praktisi bela diri tingkat tinggi. "Frederick," Ryan menyapa dengan nada geli, "jangan bilang Paviliun Kejayaan bahkan tidak bisa mengirim seorang pekerja biasa. Kenapa kalian repot-repot datang sendiri?" Frederick tersenyum canggung. "Tuan Ryan, sebenarnya kami tida
Ketika mereka mendengar apa yang dikatakan Ryan, mereka semua tercengang. Mata mereka melebar, mulut mereka sedikit terbuka, seolah-olah Ryan baru saja mengatakan bahwa ia bisa terbang. 'Seorang grandmaster seni bela diri yang tidak tahu arti grandmaster?' pikir mereka hampir bersamaan. 'Bagaimana mungkin?' Frederick yang pertama kali pulih dari keterkejutannya. "Tuan Ryan," ia berkata hati-hati, "bukankah Anda seorang ahli bela diri yang mampu memanipulasi energi Qi di luar tubuh?" Ryan mengangguk santai. "Ya, saya bisa melakukan itu. Memangnya kenapa?" Kali ini giliran Killua yang berbicara, suaranya penuh ketidakpercayaan. "Tapi... tapi nama-nama tingkatan ranah seharusnya selalu diajarkan kepada setiap orang yang melangkahkan kaki pertama kali pada seni bela diri! Jika Anda tidak mengerti dasar-dasarnya, bagaimana Anda bisa mencapai tingkat ini?" Ryan menggaruk kepalanya, sedikit malu. "Ah, itu. Sebenarnya, aku baru saja datang ke kota ini dari desa belum lama ini. Jadi, aku
Ryan tidak menyadari bahwa dia perlahan memancarkan tekanan mengancam yang kuat saat memikirkan masalah tersebut. Aura tekanannya yang penuh penindasan telah mendinginkan suhu seluruh lantai 21 tempat kamar Ryan berada. Alhasil, Killua, Frederick, dan Angelica yang masih berada di lorong lantai 21, merasakan gelombang udara dingin menusuk tulang.Mereka saling berpandangan, merasakan udara berbahaya di sekeliling mereka. 'Aura menakutkan dan mengancam apa ini?' bisik hati mereka. 'Apakah tekanan ini datang dari Grandmaster Ryan?'"Apakah kita secara tidak sengaja menyinggung perasaannya?" Killua berbisik, wajahnya pucat.Frederick tidak dapat menahannya lagi. "Sepertinya tidak. Tapi ayo cepat pergi dari sini, sepertinya Tuan Ryan tidak dalam mood yang bagus."Killua dan Angelica mengangguk setuju. Tanpa banyak bicara, mereka bergegas turun menggunakan tangga darurat, tidak lagi berani menggunakan lift.Di dalam ruang kondominiumnya, Ryan perlahan menenangkan dirinya. Ia menatap tana
Beberapa saat kemudian, Paman Wong dan Bibi Sandra melihat sekitar tujuh atau delapan pria datang dari ujung jalan. Wajah mereka langsung pucat begitu melihat pria-pria itu dan mulai menutup kios dengan panik. "Nak, aku akan membungkus sisa makanan untukmu. Pergilah sekarang juga! Pergilah!" Bibi Sandra berlari ke arah Ryan dan berkata dengan nada berbisik, ketakutan jelas terlihat di matanya. Ryan tetap tidak bergerak, malah melanjutkan makannya dengan santai. "Mengapa aku harus pergi?" tanyanya dengan nada tenang. Bibi Sandra menatapnya dengan tatapan memohon. "Nak, kamu masih muda. Mungkin kamu masih belum mengerti aturan tertentu, tapi semuanya tidak akan berakhir baik jika kamu tidak segera pergi... Aku mohon padamu... Oke?" Suara Bibi Sandra mulai bergetar, membuat Ryan akhirnya menoleh ke arahnya. Namun, sebelum ia sempat menjawab, suara keras terdengar di samping telinganya! Ryan menoleh cepat dan melihat sekelompok pria bertubuh kekar yang mengenakan singlet hitam sudah
Saat rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, Aaron Ravenclaw menyadari ada kekuatan tak terlihat yang mengalir masuk, membuat organ dalamnya terguncang parah. "Kuberi kau kesempatan, tapi kau menyia-nyiakannya," ujar Ryan datar. "Mulai hari ini, Keluarga Ravenclaw tidak akan ada lagi di Nexopolis." Nada suaranya tenang seolah hanya menyatakan fakta yang tak terbantahkan. Pedang Suci Caliburn muncul di tangannya saat dia melesat maju. Sinar pedang cemerlang membelah udara, membawa niat membunuh yang pekat. Tebasan ganas mengincar leher Aaron Ravenclaw–hutang darah harus dibayar dengan darah! Namun tetua Sekte Hell Blood tidak bisa membiarkan ini terjadi. Aaron Ravenclaw masih terlalu berharga untuk mati. Dia melempar ponsel yang baru digunakannya untuk mengirim pesan darurat, lalu menghunus pedang dan menyerang. "Ryan, jangan terlalu sombong!" hardiknya. "Kau menyakiti temanku. Hari ini, bukan hanya rahasiamu yang kuinginkan, tapi juga nyawamu! Matilah!" Tetua itu melepaskan
Gedebuk! Empat kepala itu menggelinding ke kaki Aaron Ravenclaw dengan suara berdebum yang mengerikan. Darah masih menetes dari leher yang terputus, menciptakan genangan merah pekat di lantai marmer putih. "Di mana ayahku?" tanya Ryan dingin. Dalam sekejap, dia muncul dua meter di depan Aaron Ravenclaw. Aura membunuh yang menguar dari tubuhnya membuat suhu ruangan turun drastis. Para tetua Sekte Hell Blood secara naluriah mundur beberapa langkah. Bayangan kejadian di arena seni bela diri tadi pagi berkelebat di benak mereka. Lucas Ravenclaw yang tak berdaya, Guardian yang tewas mengenaskan, dan kekuatan mengerikan yang ditunjukkan Ryan. Di seluruh Nexopolis saat ini, siapa yang mampu menghentikannya? Aaron Ravenclaw berusaha mengendalikan getaran di tubuhnya. Dia menatap Ryan dengan sorot tajam, meski keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Kau terlambat. William Pendragon sudah tidak ada di sini lagi!" "Benarkah begitu?" Alih-alih marah, Ryan justru mengeluarkan seba
Ketika Wendy merasakan angin menderu di sekelilingnya, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia telah melakukan sesuatu yang gila! Ini lantai kesepuluh! Jantungnya berdegup kencang saat gravitasi menarik tubuhnya ke bawah. Pandangannya tertuju pada tanah yang semakin dekat di bawah sana. Meskipun dia sudah mulai berkultivasi, dia bukanlah dewa yang bisa terbang! 'Bodoh! Apa yang kulakukan?' pikirnya panik. Wendy ingin menampar dirinya sendiri atas tindakan impulsif ini. Mengapa dia tiba-tiba melompat dari gedung? Hanya karena melihat sosok mencurigakan yang mirip Ryan? Besok pagi, headline koran Riverdale pasti akan berbunyi: [Dosen muda Universitas Negeri Riverdale bunuh diri karena stres. Haruskah sistem pendidikan direformasi?] Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Di usia dua puluhan, dia bahkan belum pernah pacaran! Padahal dia sudah menemukan seseorang yang disukainya, tapi kini akan mati sebelum sempat mengungkapkan perasaan. Saat tubuhnya hampir menyentuh
Ryan tersenyum melihat kepanikan Wendy. "Tidak apa-apa. Aku memang tidak berencana tinggal lama di apartemen ini." Ia menatap Wendy dengan kilatan tertarik. "Lagipula, sepertinya aku menemukan telah seorang genius. Kalau kau berkultivasi dengan baik, mungkin aku yang harus bergantung padamu nanti." "Benarkah?" Wajah cemas Wendy berubah terkejut. "Kalau begitu aku akan berlatih keras mengolah teknik Jiwa Es. Aku akan melindungimu di masa depan!" Begitu kata-kata itu meluncur dari mulutnya, wajah Wendy langsung memerah, takut Ryan akan salah paham. Ryan mengeluarkan beberapa buku teknik beladiri tipe es yang telah disiapkannya. "Bawa ini juga. Dengan bakatmu, kau pasti bisa menguasainya dengan cepat." "Baiklah." Wendy menerima buku-buku itu. Dia hendak mengatakan sesuatu lagi ketika terdengar ketukan di pintu. "Sudah larut, sebaiknya aku pulang..." Wendy bangkit untuk membuka pintu. Seorang pria asing berdiri di ambang pintu. Dia melirik Wendy sekilas sebelum tatapannya beralih p
Setelah memberikan beberapa instruksi lain, Ryan meninggalkan Guild Round Table. Jika tebakannya benar, ayahnya berada di tangan Guardian Nexopolis, Zeke Fernando, atau Keluarga Ravenclaw. Karena Larry tidak bisa bergerak, dia harus menanganinya sendiri. Ryan mengetahui lokasi kediaman Keluarga Ravenclaw, namun dia juga merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Karena itu, ia memutuskan untuk kembali ke apartemennya terlebih dahulu. Menggunakan telepon rumah, Ryan menghubungi Conrad Max dan memintanya membawakan beberapa tanaman obat. Setengah jam kemudian, Conrad Max tiba dengan semua yang diminta. Ketika melihat Ryan, matanya dipenuhi ketakutan sekaligus kekaguman. Insiden di arena seni bela diri telah tersebar ke seluruh ibu kota–bagaimana Lucas Ravenclaw gagal mengalahkan Ryan, dan seorang Guardian terbunuh! Ryan kini menjadi yang tak terbantahkan dalam peringkat grandmaster Nexopolis. Dan dia mencapai prestasi ini di usia dua puluhan–sesuatu yang belum pernah
Di Guild Round Table, Ryan membuka mata tepat pukul lima sore. Ia duduk tegak, merasakan luka-lukanya telah pulih signifikan. Yang mengejutkan, entah bagaimana ia berhasil menembus ke ranah Golden Core tingkat kelima. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Wajah Ryan menunjukkan sedikit keterkejutan. Ia terluka parah dan belum mengedarkan teknik kultivasi. Bagaimana mungkin bisa menembus tingkatan dengan sendirinya? Ini sungguh aneh. Apakah hal seperti ini benar-benar mungkin? Saat Ryan masih terheran-heran dengan terobosan tiba-tiba ini, perhatiannya tertuju pada batu giok naga yang melayang di udara. Energi qi mengalir deras dari batu itu memasuki tubuhnya. "Mungkinkah karena Kuburan Pedang?" gumamnya sambil mengepalkan tangan. Batu Giok Naga itu kembali muncul di telapak tangannya. "Larry seharusnya sudah membawa ayah kembali sekarang." Ryan menatap batu di tangannya dengan penasaran. "Aku juga harus menanyakan padanya tentang batu ini. Apa sebenarnya hubungan antara Keluar
Larry terjebak dalam situasi sulit. Di satu sisi ada perintah Ryan, di sisi lain dia berhadapan dengan Guardian yang bahkan tidak segan mengancamnya secara terbuka. Pada saat itu, tetua Sekte Hell Blood keluar dengan senyum menjilat. Dia membungkuk dalam pada Zeke Fernando. "Tetua Zeke, sungguh suatu kehormatan Anda berada di sini!" Larry tertegun. Zeke Fernando adalah tetua Sekte Hell Blood? Dan dari cara tetua lain membungkuk padanya, jelas statusnya sangat tinggi dalam sekte tersebut! Amarah membuncah dalam dada Larry saat menyadari pengkhianatan ini. Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Zeke Fernando melirik tetua yang membungkuk padanya dan mendengus. "Dasar tidak berguna! Kau bahkan tidak bisa menangani masalah kecil seperti ini dengan benar. Memalukan nama Sekte Hell Blood!" Wajah tetua itu memucat. Dia hanya bisa menunduk dalam-dalam, tidak berani membantah. Setelah menimbang situasi dengan cermat, Larry berkata, "Tuanku, aku bisa melepaskan
Setelah beberapa saat menenangkan diri, tetua itu mengambil keputusan. "Jika tenaga medis Nexopolis tidak cukup kompeten, kita akan membawa mereka ke Gunung Langit Biru! Para praktisi di sana pasti bisa menyembuhkan mereka." "Ya, sebaiknya kita segera pergi dari sini..." Namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, seorang pelayan bergegas masuk dengan wajah panik. "Tuan! Gawat! Kediaman ini telah dikepung pasukan praktisi! Larry Brave sudah menerobos masuk!" "Apa?!" Aaron Ravenclaw menggeram marah. "Larry berani menyerang Keluarga Ravenclaw?" Dia melirik tetua Sekte Hell Blood dan membungkuk hormat. "Tuan, saya akan segera kembali." Tetua itu menatap rekannya yang terluka dan Lucas Ravenclaw sebelum mengangguk. "Jika ada masalah, beritahu saja. Kekuatan Sekte Hell Blood bukan sesuatu yang bisa diganggu semut-semut kecil." Aaron Ravenclaw bergegas menuju aula utama dimana lebih dari selusin praktisi keluarga sudah bersiaga. "Larry," sapanya dengan tawa mengejek. "Bukankah kau p
Larry menyapu pandangannya ke arah mayat-mayat yang bergelimpangan di tanah arena sebelum beralih pada kerumunan penonton. Hanya ada satu emosi yang terpancar dari mata mereka–ketakutan yang begitu dalam. Apa yang baru saja terjadi di sini telah meninggalkan trauma yang tak terhapuskan. Larry bisa merasakannya dari atmosfer mencekam yang menyelimuti arena. "Apa sebenarnya yang terjadi?" gumamnya sambil mengedarkan pandangan. Matanya menangkap sosok pemuda yang dikenalnya–salah satu murid dari akademi bela diri tempatnya mengajar dulu. Tanpa ragu Larry menghampirinya. "Kau, ceritakan padaku apa yang terjadi di sini!" Tubuh pemuda itu masih gemetar hebat. Dengan terbata dia menjawab, "Pa-paman Larry... Ryan, dia..." "Ada apa dengan Ryan?" desak Larry. "Dia melumpuhkan Lucas Ravenclaw..." Larry mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?" "Bahkan para tetua Sekte Hell Blood tidak sebanding dengannya..." lanjut pemuda itu dengan suara bergetar. "Ryan mengalahkan mereka semua dengan mudah!"