Ini adalah bab kedua pagi ini. sebelumnya othor minta maaf, bab ketujuh kemarin baru othor rilis mendekati jam 12 malam. Othor bener-bener tertidur saat menulis bab, dan ketika bangun langsung terkejut karena sudah hampir tengah malam. Selamat berlibur semuanya (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 1/6 Bab Bab Reguler: 1/1 Bab (Komplit)
Wajah ibu Wendy memucat mendengar penjelasan Ryan. Namun sebelum dia sempat bereaksi, Ryan melanjutkan. "Tapi Fisik Iblis Berdarah Dingin tidak sepenuhnya buruk," ujarnya. "Jika Wendy memiliki teknik kultivasi yang sesuai, terutama yang beratribut es, kecepatan kultivasinya bisa jauh melampaui orang normal. Bahkan ada kemungkinan dia bisa menjadi kultivator yang tak tertandingi." Ibu Wendy terdiam, mencerna informasi ini. Selama ini, dia tidak pernah mengizinkan Wendy untuk berkultivasi atau berlatih bela diri. Dia ingin putrinya memiliki masa kecil dan kehidupan yang normal. Dunia bela diri penuh dengan bahaya dan perselisihan, seperti yang baru saja mereka alami hari ini. Dia selalu puas melihat Wendy menjadi guru di universitas. Dalam benaknya, dia membayangkan Wendy akan menjalani kehidupan normal–bepergian, berkencan, menikah, punya anak. Tapi sekarang, tampaknya itu bukan lagi pilihan. Wendy tidak punya pilihan selain memasuki dunia seni bela diri. Tiba-tiba, sebuah
Di sebuah halaman yang tenang di pusat kota Riverdale, sebuah formasi rahasia berdenyut dan berputar, tak terlihat oleh mata biasa. Hanya mereka yang melangkah masuk ke dalamnya yang bisa mengetahui apa yang tersembunyi di baliknya. Di atas gerbang halaman itu, terpampang dua kata yang ditulis dengan tebal dan kuat: Keluarga Jorge. Di ruang tamu utama kediaman Keluarga Jorge, seorang lelaki tua duduk di sebuah kursi berlengan. Aura kuat menguar dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya terasa berat. Tiba-tiba, seorang pria paruh baya muncul di ambang pintu ruang tamu. Lelaki tua itu membuka matanya perlahan, tatapannya yang keruh dipenuhi penghinaan saat melihat sosok yang baru datang. "Sudahkah kau menyelidiki penyebab kematian Billy Jorge?" tanya lelaki tua itu dengan suara serak. Pria paruh baya itu mengangguk, tapi matanya dipenuhi keraguan. "Tuan Besar," ujarnya hati-hati Lelaki tua itu mengerutkan dahi, matanya menyipit berbahaya. "Katakan saja apa yang kau temukan
'Keluarga Pendragon sebenarnya cukup menyedihkan,' pikir pria paruh baya itu. Namun tentu saja, dia hanya berani memikirkan hal itu dalam hati. Kemarahan Kepala Keluarga Jorge bukanlah sesuatu yang bisa ditahan oleh pelayan sepertinya. Melihat pria paruh baya itu masih berdiri diam, mata lelaki tua itu berkilat marah. "Apa yang kamu tunggu?" bentaknya. "Cepat bekerja!" "Tuan Besar," pria paruh baya itu berkata dengan hati-hati, "masih ada satu hal lagi yang belum saya ceritakan kepada Anda." "Lain kali," suara Kepala Keluarga Jorge terdengar dingin dan mengancam, "jika kamu tidak menceritakan semuanya sekaligus, kamu akan dikeluarkan dari Keluarga Jorge!" Aura membunuh yang kuat memancar dari tubuh lelaki tua itu, membuat udara di ruangan terasa berat dan mencekam. Pria paruh baya itu merasa seolah ada gunung besar yang menekannya. Dia tidak berani ragu-ragu lagi dan dengan cepat berkata, "Tuan Besar, bajingan itu telah datang ke Ibu Kota." "Apa?!" Mata lelaki tua itu meleba
"Aku pikir kecepatan kultivasiku akan melambat setelah keluar dari Gunung Langit Biru," gumam Ryan. "Tapi berkat kesempatan yang kudapat di sini, aku berhasil membuat kemajuan setara sepuluh tahun di Gunung Langit Biru." Ryan merasa sangat gembira. Semangatnya semakin membara. Saat pori-pori di sekitar tubuhnya terbuka, Ryan merasakan gelombang energi yang kuat dan tak terbatas mengalir ke dalam tubuhnya. Ia mengedarkan teknik Matahari Surgawi, menyerap energi ini bagaikan lubang hitam tak berujung. Pada saat ini, energi spiritual di ruangan itu seribu kali lebih kuat dibanding di dunia luar. Semakin banyak energi yang dilepaskan Batu Earth Spirit, semakin kuat aura Ryan. Naga darah di sekelilingnya juga mendapat manfaat besar dari limpahan energi spiritual ini. Namun, saat semakin banyak energi kuat ini mengalir ke dalam tubuhnya, ekspresi Ryan berubah kesakitan. Gelombang energi itu mengancam akan mencabik-cabik tubuh dan meridiannya. Di sisi lain, energi itu juga melunak
Pyar! Sebelum Ryan sempat bereaksi, jendela di sebelah kirinya pecah berkeping-keping. Sebuah bayangan hitam menyerbu masuk dengan kecepatan tinggi. Dilihat dari bentuk tubuh dan usianya, penyusup itu adalah seorang pemuda. Dia mengenakan topeng setengah wajah dan jaket kulit hitam. Di tangan kirinya tergenggam sebilah pedang, sementara tangan kanannya memegang sebuah foto. Pemuda itu melirik foto di tangannya, lalu menatap Ryan. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum dingin. "Ryan Pendragon," ujarnya dengan nada mengejek, "beraninya kau melangkah masuk ke Ibu Kota? Apa kau tidak tahu kalau di sinilah markas Ordo Hassasin berada?" Mata Ryan menyipit mendengar nama itu. Kalimat singkat ini sudah cukup memberitahunya semua yang perlu ia ketahui tentang identitas si penyusup. 'Ordo Hassasin,' pikir Ryan. 'Pantas saja mereka tidak langsung mencari masalah denganku setelah aku membunuh pembunuh bayaran utama mereka di Provinsi Riveria. Rupanya mereka menunggu kesempatan ya
Ryan melangkah maju. Dalam sekejap, naga darah muncul dari tubuhnya, melilit tubuh si pemuda dengan kuat. Boom! Telapak tangan Ryan mendarat telak di dada lawannya. Suara teredam terdengar saat tulang-tulang pemuda itu remuk di bawah pukulan Ryan. "Sial!" Si pemuda memuntahkan darah. "Bagaimana ini mungkin? Kekuatan anak ini... ternyata jauh berbeda dari hasil penyelidikan kami!" Darah segar menyembur keluar dari mulutnya. Suara gemuruh menyakitkan terdengar saat tubuhnya terpental dengan keras, menghantam dinding di seberang ruangan. Krek! Suara tulang patah terdengar jelas. Jurus Ryan yang menggabungkan naga darah dan energi sejatinya tidak dapat dihalangi dengan mudah. Tubuh pemuda dari Ordo Hassasin itu terpelanting seperti boneka kain, menghantam dinding apartemen dengan keras. Ryan menatap dingin ke arah lawannya yang tergeletak. Selama sepuluh hari pengasingannya dengan lelaki tua berjubah hitam, inilah jurus yang telah ia asah tanpa henti. Puluhan ribu kali ia
Boom! Benturan keras terdengar saat tubuh si pembunuh terhempas ke tanah, tertancap batang baja. Darahnya berceceran di mana-mana, mengubah tanah di sekitarnya menjadi merah pekat. Zabi Jorge menyaksikan semua itu dengan napas tertahan. Pupil matanya mengecil, tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Pemandangan mengerikan itu tercetak jelas dalam benaknya. 'Apakah ini benar-benar anak haram Eleanor Jorge?' pikirnya tak percaya. 'Bukankah dia hanya sampah dengan akar fana? Tapi jika praktisi semacam ini dianggap sampah, maka kebanyakan praktisi bela diri di dunia seni bela diri ibu kota juga tak lebih dari sampah!' Zabi Jorge menelan ludah. Bahkan dia sendiri tak yakin bisa mengenai sasaran dengan akurasi seperti itu dari jarak sejauh itu. 'Monster macam apa anak ini?' Ia menghirup udara dingin dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Namun saat ia mengalihkan pandangan kembali ke tempat Ryan berdiri, ia mendapati sepasang mata dingin telah menatap ke arahnya. Zab
Ryan tahu bahwa lawannya kali ini jauh lebih kuat dari pembunuh Ordo Hassasin tadi. Karena itu, ia tak berani ceroboh atau menahan diri. Seluruh kekuatannya ia kerahkan dalam serangan ini.Zabi Jorge, yang juga menyadari bahaya yang mengancam, bergerak cepat. Di bawah sinar bulan yang redup, dia menghindar dengan gerakan mulus. Tangannya bergerak bagai sambaran petir, merobek udara saat mengarah ke dada Ryan.Kraaak!Pakaian Ryan robek. Beberapa luka dangkal muncul di dadanya, darah segar mengalir keluar. Namun Zabi Jorge juga tak luput dari serangan Ryan. Meski berhasil menghindari tebasan langsung Pedang Suci Caliburn, niat pedang yang kuat itu tetap melukai tubuhnya. Jejak darah merembes keluar dari luka di lengannya.Setelah pertukaran serangan pertama itu, keduanya tampak berimbang. Ryan menatap lawannya dengan serius. Ia tak menyangka ada yang mengirim praktisi s
Para penonton segera mundur, menciptakan ruang luas di sekitar para juri. Tak seorang pun berani bernapas terlalu keras. Bukan saja tingkat kultivasi Taois Nathan sangat mengerikan, tetapi penguasaannya terhadap alkimia juga menantang surga! Itulah sebabnya mengapa dia dipilih menjadi juri kali ini, dan dia jelas seorang veteran yang sangat dihormati.Pada saat ini, wajah Taois Nathan memerah karena marah. Di bawah pengawasannya, seorang murid Sekte Red Phoenix terbunuh tanpa alasan. Matanya memancarkan kemarahan yang nyaris tak terkendali. Ini adalah provokasi langsung!Hina Lambert buru-buru membungkuk dan berseru, "Tetua Nathan, Anda harus menegakkan keadilan bagi kami. Niat membunuh orang ini terlalu kuat dan dia telah mengabaikan aturan.""Dia harus dihukum berat! Kalau tidak, murid Sekte Red Phoenix yang sudah mati itu akan mati sia-sia!"Taois Nathan mengangguk sekali, gerakan tandas yang membuat semua anggota Sekte Red Phoenix merasakan dukungan moralnya. Tatapannya yang
Pemuda berambut pendek itu bisa merasakan bahaya fatal dari pukulan Ryan, dan berusaha sekuat tenaga untuk menghindar. Sayangnya, tekanan tak terlihat menahannya, dan tinju Ryan terus bergerak, menghantam telak dadanya.Untuk sesaat, dia bisa merasakan jantungnya berhenti berdetak. Dia membelalakkan matanya dan menatap tubuhnya sendiri. Dia benar-benar merasakan tulang rusuk dan organ dalamnya runtuh!Darah segar menyembur dari mulutnya. Dia telah memikirkan banyak cara untuk mati, tetapi ini bukan salah satunya. Dia tak percaya akan mati di tangan sampah yang selalu dihina semua orang.Aura kematian menyelimuti seluruh tubuhnya, dan suara acuh tak acuh Ryan terdengar di telinganya, "Aku tidak ingin membunuhmu, tapi sayangnya, kamu menyinggung Sekte Medical God."BOOM!Begitu dia selesai berbicara, tubuh pemuda berambut pendek itu terpental dengan kecepatan mengerikan, menabrak enam atau tujuh pengikut Sekte
"Lihat, murid Sekte Medical God yang lemah itu berjalan menuju area Sekte Red Phoenix," seseorang berbisik."Dia pasti cari mati," bisik yang lain.Di kejauhan, Shirly Jirk juga mengerutkan kening, tidak mengerti apa yang sedang direncanakan Ryan. Bahkan anggota Sekte Red Phoenix pun bingung. Apakah Sekte Medical God benar-benar datang untuk mencari masalah dengan mereka?Henry Lowe, yang duduk di barisan depan, tersenyum mengejek melihat kedatangan Ryan. Sebuah kesempatan telah datang. Ketika melihat Ryan semakin mendekat, dia berdiri dan berkata dengan marah, "Ryan, ini bukan wilayah Sekte Medical God. Keluar dari sini sekarang juga!"Ryan mengabaikannya. Sebaliknya, dia menatap dingin ke arah pemuda berambut pendek itu dan berkata, "Siapa pun yang membuat masalah dengan anggota Sekte Medical God sebelumnya, cepat keluar!"Nada suaranya tenang namun mengandung ancaman yang jelas. Udara di sekitar
Xiao Bi tertegun dan tersenyum canggung. "Tidak apa-apa. Aku baru saja berlatih tanding dengan Pak Tua Xue dan tidak sengaja melukai diriku sendiri."Pak Tua Xue juga berhenti dan menatap Ryan. Dia segera memahami cerita Xiao Bi dan ikut bermain. "Benar, benar. Lagipula, kompetisi belum dimulai. Kami bertarung seperti ini untuk belajar melindungi diri sendiri dengan lebih baik. Itu bukan masalah besar."Ryan menatap mereka dengan tajam. Dia bisa melihat bahu Xiao Bi yang gemetar dan mata Pak Tua Xue yang tak berani menatapnya langsung."Latih tanding?" Ryan mendengus dingin, jelas tak mempercayai penjelasan itu.Tanpa ragu-ragu lagi, dia membentuk segel tangan dan mengaktifkan teknik Pencarian Dao Agung.Teknik itu memungkinkannya untuk melihat fragmen-fragmen kejadian masa lalu yang tertinggal di udara.Dia memejamkan matanya, dan semua yang terjadi sebelumnya terulang kembali dalam benaknya seperti adegan film! Penghinaan yang diucapkan murid sekte luar Sekte Red Phoenix Biru kepad
Di barisan terdepan area Sekte Red Phoenix, tiga sosok menatap Ryan dengan ekspresi berbeda. Seorang pria, seorang wanita, dan seorang wanita tua dengan tongkat.Wanita tua itu adalah Nenek Hilda.Pria itu adalah Hugh Jackmen, murid sekte dalam dari Sekte Red Phoenix yang memiliki hubungan dengan Ryan. Bagaimanapun, orang inilah yang telah menendangnya keluar dari arena saat itu.Hina Lambert berdiri di samping Hugh Jackmen, dengan wajah dipenuhi kebencian. Tanda merah di wajahnya sudah sembuh, tetapi rasa malu dari pertemuan mereka di gua itu masih membakar hatinya."Tidak kusangka dia berani muncul," bisik Hina pada Hugh. "Kali ini, tak ada yang bisa menyelamatkannya."Hugh Jackmen tersenyum dingin. "Aku akan memastikan dia menyesal telah datang."Hina Lambarr teringat sesuatu dan menoleh ke Nenek Hilda, "Guru, apakah Anda benar-benar akan melawan bajingan itu?"Nenek Hilda menyipitkan matanya dan mengangguk. "Karena kita sudah sepakat, tentu saja aku harus menepati janjiku. Namun
Suaranya tidak keras, tetapi semua orang bisa mendengarnya. Seluruh kerumunan menoleh ke arah datangnya suara.Mata Shirly Jirk yang kecewa tiba-tiba dipenuhi dengan kegembiraan meski hampir tak terlihat saat dia melihat sosok itu berlari menuju arena. Ryan ada di sini! Senyum tipis muncul di bibir merahnya, begitu samar hingga hampir tak terlihat.Mata Luis Kincaid berkilat dengan niat membunuh saat melihat senyuman ini. Tidak peduli apa pun, sampah ini pasti merupakan penghalang terbesar antara dia dan Shirly Jirk! Dia benar-benar tidak bisa membiarkan Ryan meninggalkan tempat ini hidup-hidup! Karena dia Jurinya, tentu saja dia punya caranya sendiri untuk menghadapi Ryan.Ryan akhirnya tiba dan mendaftar di pintu masuk, napasnya sedikit memburu meski dia berusaha terlihat tenang. Ia segera mencari dengan matanya dan menemukan Xiao Bi dan Pak Tua Xue di kejauhan. Raut lega terlihat di wajahnya saat melihat mereka baik-baik saja, meski tampak sedikit terluka."Akhirnya sampai j
Ada empat lelaki tua dengan jubah resmi, seorang pemuda tampan berusia tiga puluhan, dan yang terakhir—Shirly Jirk, dewi impian para kultivator yang tak terhitung jumlahnya di Gunung Langit Biru! Hari ini, rambut panjang Shirly Jirk hitam legam tergerai indah hingga ke pinggangnya. Kulitnya yang seputih salju tidak perlu hiasan apa pun, bagaikan batu giok yang sempurna. Ia mengenakan gaun sifon putih dengan pita hijau yang diikatkan di pinggangnya. Sosoknya yang anggun menarik perhatian semua orang. "Itu Shirly Jirk!" "Dewi Pedang Gunung Langit Biru!" "Cantik sekali... Bahkan lebih cantik dari yang digosipkan!" Bisikan-bisikan kagum memenuhi arena saat Shirly melangkah anggun ke kursinya. Keenam juri itu duduk, dan semua orang di alun-alun langsung terdiam. Pemuda tampan itu sengaja duduk di samping Shirly Jirk. Dia meliriknya dari sudut matanya, matanya menyala dengan penuh gairah. Nama pemuda itu adalah Luis Kincaid, dan dia adalah jenius terkenal dari Sekte Enlight.
"Mengapa?!" Bagaimana mungkin pemuda berambut pendek itu meminta maaf? Dia menolak! Wajahnya memerah karena amarah dan penghinaan. Sebagai murid Sekte Red Phoenix, dia tidak pernah membayangkan harus meminta maaf kepada sampah dari Sekte Medical God. Matanya berkilat penuh kemarahan saat dia menjawab Lina Jirk, "Mereka yang memulai! Aku tidak akan—" "Karena aku Lina Jirk! Bukankah itu alasan yang cukup?" potong Lina dengan nada angkuh, matanya berkilau dingin. "Tentu saja, kau tidak perlu meminta maaf. Aku tidak akan mempersulitmu sekarang, aku juga tidak akan mengambil tindakan." "Namun, setelah kompetisi berakhir, aku akan secara pribadi pergi ke Sekte Red Phoenix bersama kakakku untuk mencarimu. Apakah kau pikir Sekte Red Phoenix akan melindungi murid sekte pelataran luar yang tidak berguna!" Ancamannya dingin dan sombong, tapi begitulah cara Lina Jirk melakukan sesuatu. Itu bukan sekadar gertakan kosong. Dia memiliki hubungan baik dengan Ryan, dan Ryan telah menyelamatk
Xiao Bi menatap pemuda berambut pendek itu dengan tatapan memohon. "Sekte Medical God kami tidak punya dendam dengan Sekte Red Phoenix-mu, jadi mengapa kau tidak membiarkan kami pergi? Jika kau terus bersikap seperti ini, aku akan pergi ke pengadilan!" Pemuda berambut pendek itu tertawa mendengar ancaman kosong tersebut. Dia melirik ke arah Pak Tua Xue yang terluka dan membuka kakinya lebar-lebar, menghalangi jalan mereka sepenuhnya. Matanya penuh dengan penghinaan. "Karena si cantik kecil sudah berkata begitu, aku tidak akan menyiksa kalian berdua. Selama kalian berdua merangkak di bawah selangkanganku, aku tidak akan mempersulit kalian!" Dia melihat ekspresi shock di wajah Xiao Bi dan tertawa lebih keras. "Tidak terlalu banyak yang diminta, kan?" Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Xiao Bi tidak dapat menahannya lagi. Dengan gerakan cepat, dia mengulurkan tangannya dan menampar wajah pemuda itu dengan sekuat tenaga! PLAK! Suaranya terdengar sangat jelas, bergema