Ini adalah bab pertama sore ini di bab berikutnya, akan ada pengganggu, wkwkwkwk Bab Bonus: 4/6 Bab Bab Reguler: 1/1 Bab (komplit)
"Aku pikir kecepatan kultivasiku akan melambat setelah keluar dari Gunung Langit Biru," gumam Ryan. "Tapi berkat kesempatan yang kudapat di sini, aku berhasil membuat kemajuan setara sepuluh tahun di Gunung Langit Biru." Ryan merasa sangat gembira. Semangatnya semakin membara. Saat pori-pori di sekitar tubuhnya terbuka, Ryan merasakan gelombang energi yang kuat dan tak terbatas mengalir ke dalam tubuhnya. Ia mengedarkan teknik Matahari Surgawi, menyerap energi ini bagaikan lubang hitam tak berujung. Pada saat ini, energi spiritual di ruangan itu seribu kali lebih kuat dibanding di dunia luar. Semakin banyak energi yang dilepaskan Batu Earth Spirit, semakin kuat aura Ryan. Naga darah di sekelilingnya juga mendapat manfaat besar dari limpahan energi spiritual ini. Namun, saat semakin banyak energi kuat ini mengalir ke dalam tubuhnya, ekspresi Ryan berubah kesakitan. Gelombang energi itu mengancam akan mencabik-cabik tubuh dan meridiannya. Di sisi lain, energi itu juga melunak
Pyar! Sebelum Ryan sempat bereaksi, jendela di sebelah kirinya pecah berkeping-keping. Sebuah bayangan hitam menyerbu masuk dengan kecepatan tinggi. Dilihat dari bentuk tubuh dan usianya, penyusup itu adalah seorang pemuda. Dia mengenakan topeng setengah wajah dan jaket kulit hitam. Di tangan kirinya tergenggam sebilah pedang, sementara tangan kanannya memegang sebuah foto. Pemuda itu melirik foto di tangannya, lalu menatap Ryan. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum dingin. "Ryan Pendragon," ujarnya dengan nada mengejek, "beraninya kau melangkah masuk ke Ibu Kota? Apa kau tidak tahu kalau di sinilah markas Ordo Hassasin berada?" Mata Ryan menyipit mendengar nama itu. Kalimat singkat ini sudah cukup memberitahunya semua yang perlu ia ketahui tentang identitas si penyusup. 'Ordo Hassasin,' pikir Ryan. 'Pantas saja mereka tidak langsung mencari masalah denganku setelah aku membunuh pembunuh bayaran utama mereka di Provinsi Riveria. Rupanya mereka menunggu kesempatan ya
Ryan melangkah maju. Dalam sekejap, naga darah muncul dari tubuhnya, melilit tubuh si pemuda dengan kuat. Boom! Telapak tangan Ryan mendarat telak di dada lawannya. Suara teredam terdengar saat tulang-tulang pemuda itu remuk di bawah pukulan Ryan. "Sial!" Si pemuda memuntahkan darah. "Bagaimana ini mungkin? Kekuatan anak ini... ternyata jauh berbeda dari hasil penyelidikan kami!" Darah segar menyembur keluar dari mulutnya. Suara gemuruh menyakitkan terdengar saat tubuhnya terpental dengan keras, menghantam dinding di seberang ruangan. Krek! Suara tulang patah terdengar jelas. Jurus Ryan yang menggabungkan naga darah dan energi sejatinya tidak dapat dihalangi dengan mudah. Tubuh pemuda dari Ordo Hassasin itu terpelanting seperti boneka kain, menghantam dinding apartemen dengan keras. Ryan menatap dingin ke arah lawannya yang tergeletak. Selama sepuluh hari pengasingannya dengan lelaki tua berjubah hitam, inilah jurus yang telah ia asah tanpa henti. Puluhan ribu kali ia
Boom! Benturan keras terdengar saat tubuh si pembunuh terhempas ke tanah, tertancap batang baja. Darahnya berceceran di mana-mana, mengubah tanah di sekitarnya menjadi merah pekat. Zabi Jorge menyaksikan semua itu dengan napas tertahan. Pupil matanya mengecil, tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Pemandangan mengerikan itu tercetak jelas dalam benaknya. 'Apakah ini benar-benar anak haram Eleanor Jorge?' pikirnya tak percaya. 'Bukankah dia hanya sampah dengan akar fana? Tapi jika praktisi semacam ini dianggap sampah, maka kebanyakan praktisi bela diri di dunia seni bela diri ibu kota juga tak lebih dari sampah!' Zabi Jorge menelan ludah. Bahkan dia sendiri tak yakin bisa mengenai sasaran dengan akurasi seperti itu dari jarak sejauh itu. 'Monster macam apa anak ini?' Ia menghirup udara dingin dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Namun saat ia mengalihkan pandangan kembali ke tempat Ryan berdiri, ia mendapati sepasang mata dingin telah menatap ke arahnya. Zab
Ryan tahu bahwa lawannya kali ini jauh lebih kuat dari pembunuh Ordo Hassasin tadi. Karena itu, ia tak berani ceroboh atau menahan diri. Seluruh kekuatannya ia kerahkan dalam serangan ini.Zabi Jorge, yang juga menyadari bahaya yang mengancam, bergerak cepat. Di bawah sinar bulan yang redup, dia menghindar dengan gerakan mulus. Tangannya bergerak bagai sambaran petir, merobek udara saat mengarah ke dada Ryan.Kraaak!Pakaian Ryan robek. Beberapa luka dangkal muncul di dadanya, darah segar mengalir keluar. Namun Zabi Jorge juga tak luput dari serangan Ryan. Meski berhasil menghindari tebasan langsung Pedang Suci Caliburn, niat pedang yang kuat itu tetap melukai tubuhnya. Jejak darah merembes keluar dari luka di lengannya.Setelah pertukaran serangan pertama itu, keduanya tampak berimbang. Ryan menatap lawannya dengan serius. Ia tak menyangka ada yang mengirim praktisi s
Patrick menjelaskan, "Ada anggota Eagle Squad yang ditugaskan mengawasi universitas ini, Tuan Ryan. Begitu kami mendeteksi ada keributan, kami langsung bergegas kemari."Ryan mengangguk paham. Ia melirik ke arah mayat pembunuh Ordo Hassasin yang masih tergeletak tak jauh dari mereka. "Buang mayat itu," perintahnya singkat."Baik, Tuan!" jawab Patrick tegas.Setelah memastikan situasi sudah terkendali, Ryan memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Namun di tengah jalan, ia merasakan sesuatu yang aneh. Luka di dadanya perlahan-lahan mulai menghitam.'Sial,' batinnya. 'Sepertinya jari-jari Zabi Jorge telah dilumuri racun.'Meski begitu, Ryan tak terlalu khawatir. Bagaimanapun, dia adalah seorang Dewa Pengobatan. Racun semacam ini hanyalah masalah kecil yang sedikit merepotkan untuk ditangani.Jika Ryan tidak salah, racun di tubuhnya tidak fatal, tetapi perlahan-lahan akan melahap dasar kultiv
Pintu terbuka, menampakkan sosok Phage Weight yang berdiri di luar dengan ekspresi khawatir yang dibuat-buat. "Wendy," ujarnya, "sepertinya ada gempa bumi tadi. Aku ingin memastikan kau baik-baik sa—" Suaranya tiba-tiba menghilang. Matanya terbelalak melihat pemandangan di hadapannya: Wendy dalam balutan piyama tipis, dan Ryan yang bertelanjang dada. Pikiran Phage Weight langsung melantur ke arah negatif. Pukul tiga pagi, seorang pria dan wanita berada dalam satu ruangan, setengah telanjang? Siapa pun dengan sedikit imajinasi bisa menebak apa yang baru saja terjadi! Amarah dan kecemburuan membakar hati Phage Weight. Selama ini ia mengejar Wendy, mencoba memberi kesan baik. Tapi ternyata gadis yang ia kira polos dan murni malah tidur dengan pria lain di tengah malam? 'Dasar jalang!' batinnya geram. Wajahnya memerah menahan amarah. "Profesor Phage," Wendy menyapa dengan nada bingung, "mengapa Anda ada di sini tengah malam?" Phage Weight menatap Wendy tajam, tak menjawab.
Dalam sekejap, tangan Ryan sudah mencengkeram leher Phage Weight dan mengangkat tubuh pria itu hingga kakinya tidak menyentuh lantai. "Ugh... le-lepaskan aku!" Phage Weight meronta sekuat tenaga, namun cengkeraman Ryan seperti cakar besi yang tak bisa dilepaskan. Ryan menatapnya dengan sorot mata sedingin es. "Karena kau memilih kematian, aku akan mengabulkan keinginanmu. Dalam 15 detik, tubuhmu akan berhenti memasok oksigen ke otak." "Begitu otakmu kekurangan oksigen, kau akan pingsan dan tidak akan pernah bangun lagi. Atau... aku bisa menggunakan sedikit kekuatan lebih dan mematahkan lehermu sekarang juga." Kepanikan yang nyata terlihat di mata Phage Weight. Dari tatapan Ryan yang dingin dan tanpa emosi, dia tahu ini bukan sekedar ancaman kosong. Pria ini benar-benar akan membunuhnya! "A-aku... aku minta maaf..." kata Phage Weight dengan suara tercekik. Urat-urat di lehernya menonjol saat dia berusaha berbicara. "Aku... aku yang pelacur... Seluruh keluargaku pelacur..." N
"Ya. Tempat ini seperti genangan air yang menunggu untuk diaduk. Soal keamanan Adel dan Rindy, serahkan pada Galahad dan Eagle Squad. Aku juga akan mengirim beberapa praktisi ke sana untuk melindungi mereka."Ryan mengetuk jarinya di kusen jendela. "Yang perlu kalian lakukan sekarang adalah segera membawa pasukan kemari.""Baik, Ketua Guild! Kami akan segera bergerak!"Setelah menutup telepon, Ryan berjalan ke jendela. Matanya menerawang menatap langit malam di atas pinggiran barat ibu kota. Ini baru langkah pertamanya membangun kekuatan di sini.'Keluarga Jorge akan menyesali semua tindakan mereka,' tekadnya dalam hati. 'Dan orang tuaku... mereka akan mendapatkan kembali martabat mereka. Akan kutunjukkan pada dunia bahwa kami tidak butuh pengakuan dari Keluarga Jorge!'Ryan menghabiskan beberapa jam berikutnya di Ordo Hassasin, memberikan nomor kontak Lancelot pada Farid Askari. Mereka berdua akan bertanggung jawab atas penyatuan Ordo Hassasin dan Guild Round Table. Sekarang, yang
Hasil ini jauh lebih baik dari yang diharapkan Ryan. Paling tidak, dia tidak perlu mengaktifkan nisan pedang di Kuburan Pedang. Dengan situasi yang tidak terduga di Penjara Catacomb, menyimpan kartu as itu adalah keputusan yang bijak. Terlalu banyak variabel yang tidak bisa ia prediksi maupun kendalikan.Tubuhnya yang lelah akhirnya menyerah. Tepat saat akan terjatuh, sebuah tangan sigap menahannya. Mordred Luxis dengan cekatan menahan tubuh Ryan agar tidak membentur lantai. Namun Ryan sudah terlanjur terlelap–kelelahan telah mengambil alih kesadarannya.Farid Askari berjalan mendekat, matanya menatap sosok Ryan yang tak sadarkan diri. Helaan napas pelan keluar dari mulutnya."Mordred, bawa Pimpinan Ordo ke dalam untuk beristirahat," perintahnya pada Mordred Luxis. "Tubuhnya pasti sangat lelah setelah pertarungan tadi."Farid Askari terkekeh pelan. "Sungguh ironis. Jika dunia seni bela diri tahu apa yang terjadi hari
Puluhan pembunuh yang tersisa menatap dengan campuran takut dan kagum ke arah Ryan yang berdiri tidak jauh dari mereka. Meski masih muda, aura membunuh yang terpancar dari tubuhnya begitu pekat dan menakutkan.Ryan menancapkan Pedang Suci Caliburn ke lantai dan bersandar pada gagangnya untuk menopang tubuh. Meski berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, serangan terakhir itu telah menguras hampir seluruh qi sejati dalam dantiannya. Tubuhnya terasa remuk, dan rasa sakit yang hebat menjalari setiap sel tubuhnya.Darah menetes dari jari-jarinya yang menggenggam pedang terlalu erat. Tanpa perlindungan energ qi, bilah tajam Pedang Suci Caliburn dengan mudah melukai tangannya. Namun Ryan tidak peduli–rasa sakit itu justru membantunya tetap sadar.Dengan napas terengah-engah, ia mengangkat kepala dan menatap tajam ke arah para pembunuh yang tersisa. "Siapa lagi yang menginginkan membunuhku? Majulah!" tantangnya dengan
"Ryan, mari kita lihat bagaimana kamu akan memblokir serangan ini!" teriak Hassan al-Sabbagh dengan penuh keyakinan.Begitu ia selesai berbicara, lima sinar cahaya melesat ke langit-langit aula, lalu berbalik arah dan jatuh ke arah Ryan bagai meteor yang siap menghancurkan segalanya.Menghadapi serangan dahsyat ini, Ryan hanya berdiri di tempatnya tanpa bergerak. Ia menatap lima sinar cahaya yang mendekat tanpa rasa takut sedikitpun di matanya.Tiba-tiba, Ryan memejamkan matanya. Ia menarik napas dalam, memusatkan seluruh energi dan konsentrasinya. "Jurus Pedang Pertama..." bisiknya pelan. Aura keemasan mulai menyelimuti tubuhnya, semakin lama semakin intens. "Naga Membelah Langit!"Ryan membuka matanya, memancarkan tekad membara. Ia mengangkat Pedang Suci Caliburn tinggi-tinggi, lalu mengayunkannya dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.Pedang Suci Caliburn memancarkan sinar pedang yang tak terhitung jumlahnya.
Meskipun Hassan al-Sabbagh dan para tetua berusaha menghalangi serangan Ryan dengan formasi terkuat mereka, kekuatan pemuda itu terlalu dahsyat. Kelima petinggi Ordo Hassasin terdorong mundur hingga sepuluh langkah penuh! Dari sini, kekuatan dampaknya bisa terlihat dengan jelas. Para anggota Ordo Hassasin lain yang menyaksikan pertarungan itu hanya bisa menelan ludah dengan susah payah, tak menyangka pemimpin mereka bisa terpojok seperti ini.Ryan sendiri juga terkena dampak dari benturan energi yang luar biasa itu. Tubuhnya terlempar ke belakang akibat momentum serangan balik. Namun dengan sigap, ia menancapkan Pedang Suci Caliburn ke lantai untuk memperlambat lajunya.Percikan api beterbangan saat pedang itu terseret di lantai batu. Ketika akhirnya berhenti, terlihat alur panjang yang terukir di lantai, menunjukkan betapa kuatnya momentum tadi.Ryan terengah-engah, wajahnya sedikit pucat.
"Telapak Membakar Bumi!"Ryan mengaum, telapak tangannya diselimuti api membara. Jubah api menyelimuti tubuhnya saat dia membawa neraka ke dunia fana.BOOM!Ledakan dahsyat mengguncang ruangan. Tubuh para penyerang terdepan hangus menghitam, beberapa bahkan meledak berkeping-keping!Para pembunuh Ordo Hassasin yang tersisa merasakan bahaya mematikan dan berusaha melarikan diri."Apa-apaan ini? Apa dia benar-benar manusia?""Api macam apa itu? Mungkinkah dia kultivator legendaris?"Meski mereka berusaha kabur, gelombang kejut dari benturan itu begitu kuat hingga membuat aula bergetar hebat. Para pembunuh bayaran itu terhuyung-huyung hampir terjatuh.Tatapan Hassan al-Sabbagh berubah sangat serius. Invasi mendadak Ryan ke Ordo Hassasin telah membuat situasi lepas kendali! Jika tidak segera membunuhnya, mereka dalam masalah besar.Setelah berpikir sejenak,
Kurt Wagner terkesiap dengan aura yang dipancarkan Ryan. Tapi sebelum dia bisa bereaksi..."Satu detik…" ujar Ryan dingin.Tanpa banyak bicara lagi, Ryan menekuk lututnya dan maju menyerang. Energi qi meledak dari tubuhnya saat ia menghantam Kurt Wagner telak.BOOM!Tubuh Kurt Wagner terhempas ke lantai, menciptakan kawah dalam. Jasadnya hancur total, terpelintir dalam sudut yang tidak wajar. Genangan darah dan mata kosong menandakan dia telah tewas seketika.Para ahli Ordo Hassasin terkesiap ngeri. Mereka tahu Ryan kuat–terbukti dari banyaknya korban yang jatuh di tangannya. Tapi melihat langsung adalah pengalaman yang sangat berbeda.Satu serangan! Hanya butuh satu serangan!Wajah Mordred Luxis memucat saat bertukar pandang dengan Farid Askari. Mereka ingat kekuatan Ryan sebulan lalu di Provinsi Riveria. Tapi saat itu dia tidak semenakutkan ini!Dan Kurt Wagner bukanlah pembunuh s
Penguasa Ordo Hassasin mencibir, melancarkan telapak tangan penuh qi jahat. Namun matanya membelalak–yang meluncur ke arahnya ternyata adalah kepala salah satu anak buahnya sendiri!Keheningan mencekam memenuhi aula. Sebelum mereka pulih dari keterkejutan, suara langkah tenang terdengar mendekat.Seorang pemuda berpakaian kasual berjalan santai dengan tangan di saku. Semua mata terbelalak–itu target yang hendak mereka bunuh besok! Bagaimana bisa dia ada di sini? Di markas Ordo Hassasin!Farid Askari memucat, sementara Mordred Luxis menutup mulutnya tak percaya. Dia benar-benar datang ke sini? Apakah dia sedang mencari kematian?Kemunculan Ryan di markas Ordo Hassasin tidak diragukan lagi merupakan sesuatu yang tak terduga. Selama bertahun-tahun berdirinya organisasi pembunuh ini, belum pernah ada target yang dengan sukarela datang ke markas mereka!"Apakah dia sudah bosan hidup?" bisik-bisik terdengar di antara para pembunuh yang hadir. Gelombang niat membunuh yang pekat mulai t
Ryan menatap lekat ke arah daun-daun berguguran itu menunjuk. Matanya yang tajam menangkap jejak samar formasi spiritual yang tersembunyi di udara–sesuatu yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang benar-benar memperhatikan dengan seksama.Tanpa ragu, Ryan mengaktifkan teknik Dragon Phantom Flash. Tubuhnya melesat bagaikan kilat menuju formasi tersebut. Begitu sampai, dia mengulurkan tangan dan menekan jarinya ke titik tertentu, merasakan adanya semacam penghalang tak kasat mata."Hmph," Ryan mendengus meremehkan. "Mencoba menghentikanku dengan cara seperti ini? Dan aku sempat bertanya-tanya formasi hebat macam apa yang mereka siapkan..."Jemarinya dengan cepat membentuk segel rahasia. Setetes darah mengalir dari ujung jarinya, jatuh ke formasi dan langsung lenyap terserap. Seketika, formasi itu mulai bergetar dan bergoyang tidak stabil.Ryan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Pedang Suci Caliburn muncul di tangannya, dan dengan satu tebasan tajam, ia merobek lubang pada penghalang sp