Malam semuanya, akhirnya othor kembali <( ̄︶ ̄)> Terima Kasih Kak RAHMAT, Kak Elegan, Kak Zainal, Kak Mulyadi, Kak Rubei', Kak Daniel, Kak Aiyub, Kak Yan, Kak Purwanto, Kak Jon, Kak Ajos, Kak Alka, Kak Adi, Kak Jimmy, Kak Pengunjung4227, Kak Alle, dan Kak Tri atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Bagaimana dengan bab hari ini, apakah seru? Ini adalah bab terakhir hari ini. Selamat Membaca dan berakhir pekan (◠‿・)—☆
Tatapan Marco Luigi dipenuhi niat membunuh. Dia menggertakkan giginya dan melayangkan pukulan! Kecepatan pukulan Marco Luigi sangat mengejutkan Ryan. Ia langsung menyadari bahwa pria tua di hadapannya itu tidak hanya lebih kuat darinya, tetapi juga lebih kuat dari Galahad! Tinju yang diselimuti energi qi itu bergerak bagai petir menyambar, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang udara. 'Brengsek!' Ryan mengumpat dalam hati. Ia benar-benar telah meremehkan lawannya kali ini. Marco Luigi bahkan tak memberi Ryan kesempatan untuk berpikir. Setelah pukulan pertamanya berhasil dihindari Ryan, dia langsung melancarkan serangan lanjutan. Kombinasi pukulan dan tendangan mematikan membuat Ryan terpaksa mundur beberapa langkah. "Apakah hanya ini yang bisa dilakukan oleh orang yang membuat Keluarga Quins gemetar ketakutan?" ejek Marco Luigi sambil terus menyerang. "Sungguh mengecewakan!" "Masih terlalu dini untuk kecewa." Ryan tersenyum tipis meski keringat dingin mulai membasahi
Marco Luigi meraung murka sambil melesat maju. Namun sebelum tinju berutalnya mencapai Ryan, Galahad telah muncul menghadang. Kultivator itu berdiri tegak di depan Ryan, tinjunya yang diselimuti energi qi murni beradu dengan serangan Marco Luigi. BOOM! Benturan dahsyat itu membuat keduanya terpental. Namun Marco Luigi segera menyeimbangkan diri dan melayangkan pukulan kedua ke arah Galahad. "Tak kusangka kau memiliki kultivator di pihakmu," dia mendengus meremehkan. "Tapi sayang sekali, kultivatormu masih jauh lebih lemah dariku!" BOOM! Dua tinju kembali beradu. Marco Luigi hanya mundur selangkah, sementara Galahad terpental lima langkah ke belakang. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya–organ dalamnya telah terluka parah. Meski begitu, Galahad tetap berdiri teguh melindungi Ryan. Ia tahu, jika sesuatu terjadi pada tuannya, nyawanya pasti akan melayang! Marco Luigi menghentikan langkahnya, menatap Galahad dengan sorot mata penuh keheranan. "Kau benar-benar ingin mati?
Pupil mata Ryan mengecil saat teringat ramalan sang guru tentang malapetaka yang akan menimpa Rindy. Mungkinkah inilah takdir yang dimaksud? Dan semua ini karena dirinya? 'Tidak!' Ryan meraung dalam hati. 'Aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi! TIDAK AKAN!' Amarah dan keputusasaan meledak dalam dadanya. Di dalam Kuburan Pedang, nisan pedang ketiga mulai berpendar keemasan, seolah beresonansi dengan emosi Ryan yang bergejolak. Darah merah mengalir di permukaannya, membuatnya tampak bagai baru muncul dari kedalaman neraka. Mata Ryan memerah saat ia bersiap mengaktifkan batu nisan ketiga. Namun tepat sebelum ia sempat melakukannya... "Hei, mengapa kamu tidak mengajakku bertarung!" Mata Ryan membelalak mendengar suara familiar itu. Ia menoleh cepat dan melihat seorang gadis kecil berlari mendekat dengan langkah ringan. Dalam hitungan detik, sosok mungil itu telah muncul di depan Ryan dan Rindy. Namun alih-alih menaruh perhatian pada mereka, matanya justru tertuju pa
Mata Marco Luigi bergerak liar ke segala arah, takut melewatkan tanda-tanda serangan. "Orang tua, aku di sini!" Mendengar suara riang itu, Marco Luigi refleks melancarkan serangan dahsyat ke arah sumbernya. Namun sia-sia belaka, ia hanya menghantam udara kosong! "Brengsek!" Sebelum ia sempat pulih dari keterkejutannya, sebuah kepalan tangan mungil berwarna merah muda melesat ke arahnya. "Orang tua, semuanya sudah berakhir!" Marco Luigi terkesiap mendapati gadis kecil itu telah berdiri tepat di hadapannya! Dengan gerakan panik ia mengangkat lengan untuk menangkis tinju tersebut... KRAK! Suara tulang patah yang memuakkan memenuhi udara saat tubuh Marco Luigi terpental menghantam dinding hingga hancur! Semua orang terpana menyaksikan pemandangan itu. Marco Luigi–kultivator dari Gunung Langit Biru yang bahkan mampu mengalahkan Ryan–kini tergeletak tak berdaya dengan tubuh berkedut menahan sakit. "UHUK!" Darah segar menyembur dari mulutnya. Dia yang begitu yakin bisa mengha
Ryan tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada musuh-musuhnya. Ini adalah prinsipnya. Sejak kembali dari Gunung Langit Biru, ia telah memutuskan untuk menghabisi siapapun yang berani menyinggungnya tanpa ampun. "BERANINYA KAU MEMBUNUH ANAKKU!" Raungan murka Karl Quins memecah keheningan. Dia tahu betul kekuatan Ryan belum pulih sepenuhnya setelah pertarungan dengan Marco Luigi. Tanpa pikir panjang, dia meraih pedang dan menyerang maju bagai orang kesetanan. Kilatan dingin memenuhi udara saat Karl Quins menusukkan pedangnya ke arah Ryan dengan kecepatan mengerikan. "Apakah kamu butuh bantuan?" tanya gadis kecil itu dengan nada riang. "Tidak," Ryan menggeleng sambil memasukkan beberapa pil pengumpul qi ke dalam mulutnya. Senyum dingin tersungging di bibirnya saat ia melesat maju menghadapi serangan itu. Dalam sekejap mata kedua pihak telah berada dalam jarak serang. "BAJINGAN KECIL, MATI SAJA!" Karl Quins berniat menusuk kepala Ryan untuk membalas kematian Oliver. Meski l
Ryan sedang terluka, dan bahkan berdiri saja membuatnya merasa tidak nyaman sekarang. Namun Ryan tetap mempertahankan sikap acuhnya, mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dengan gerakan santai. "Kalian benar-benar efisien ya?" ujarnya sambil menghembuskan asap rokok ke udara. "Apa kalian sengaja menunggu momen ini? Mengapa kalian harus bersusah payah hanya untuk berhadapan denganku?" Ekspresi Fariz membeku mendengar nada mengejek itu. "Jika kami tidak datang tepat waktu, kau pasti akan membunuh semua orang di sini untuk membungkam mereka," desisnya dingin. "Kami tidak akan membiarkan kekejaman seperti itu terjadi di bawah pengawasan kami!" Ryan tersenyum tipis sambil mematikan rokoknya. "Aku tidak suka membunuh orang, dan aku tidak membunuh orang yang tidak bersalah." 'Tidak suka membunuh orang?' Sudut mulut Fariz berkedut menahan amarah. "Aku akan memberimu dua pilihan," ujarnya tak sabar. "Pertama, ikut dengan kami dan beri penjelasan tentang apa yang terjadi. Atau ked
Bagaimanapun, Galahad terluka parah karena menyelamatkannya. Ryan merasa berhutang setidaknya sebanyak ini padanya. "Master, saya baik-baik saja..." Galahad berusaha bangkit dengan susah payah setelah menelan pil itu. "Jangan sok kuat. Aku masih butuh bantuanmu untuk banyak hal," Ryan menggeleng tegas. "Pendarahanmu memang sudah berhenti dan pil itu akan menstabilkan lukamu. Tapi ingat, kau tidak boleh menggunakan kekuatanmu untuk sementara waktu." "Baik, Master!" Ryan beralih menatap para praktisidari Guild Round Table. "Masih ada dua sandera dari Keluarga Snowfield di villa. Kawal mereka kembali ke kediaman mereka dengan selamat. Jika ada yang mencoba menghalangi, bunuh tanpa ampun!" Ia lalu menghampiri Rindy dan menggenggam tangannya lembut. "Sudah berakhir sekarang. Ayo pulang." Hanya dengan mendengar kata 'pulang', mata Rindy memerah. Dia bisa melihat betapa lelahnya Ryan. Namun untuk pertama kalinya, dia merasakan kedamaian yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Sejak
'Awalnya aku berniat menggunakan kekuatan batu nisan ketiga di Villa Quins,' batin Ryan memikirkan apa yang terjadi tadi. 'Tapi untunglah gadis kecil itu muncul tepat waktu.' Kepala Ryan berdenyut memikirkan sosok misterius itu. Namanya Lina Jirk–sosok yang memiliki reputasi cukup mengerikan di Gunung Langit Biru, mirip raja iblis dalam wujud gadis kecil. Bahkan sang Guru harus berhati-hati menghadapinya. Jika bukan karena sesuatu yang terjadi padanya, gadis itu tak akan sepatuh ini. 'Mengapa dia mendadak meninggalkan Gunung Langit Biru?' Ryan bertanya-tanya. 'Mungkinkah sesuatu yang besar telah terjadi di sana?' Namun ia segera menggelengkan kepalanya. Bahkan jika sesuatu besar benar-benar terjadi, apa yang bisa ia lakukan dengan kekuatannya saat ini? Tidak ada! "Lupakan saja, aku tak ingin memikirkannya sekarang," gumamnya pelan. "Akan kupikirkan nanti." Ryan kembali memejamkan mata dan mengedarkan teknik Matahari Surgawi. Auranya melonjak drastis, diiringi raungan samar
Lex Denver memandang mereka berdua dan tidak melanjutkan berbicara.Tidak banyak tenaga yang tersisa di tubuhnya. Jika Lin Qingxun tidak menariknya dari jurang kematian, jiwa primordialnya mungkin sudah menghilang sepenuhnya.Sebelumnya, yang membuatnya tetap hidup tak lain hanyalah kemauan keras dan obsesi dalam hatinya. Kini, dalam keadaan lemah, dia hanya bisa mengandalkan Ryan.Beberapa detik kemudian, awan gelap menutupi reruntuhan Sekte Heaven Justice, dan Formasi Seribu Racun tampaknya telah terbelah dua oleh sesuatu yang mengerikan.Suara langkah kaki mengguncang tanah, terasa seperti ada sekelompok pasukan yang sedang mendekat. Bahkan Blacky, si Raja Harimau Hitam, merendahkan tubuhnya dan menggeram rendah, merasakan bahaya yang mendekat."Mereka datang," bisik Lex Denver dengan suara lemah, matanya mengarah pada formasi yang mulai retak. "Berhati-hatilah."Tak lama kemudian, Ryan menyadari puluhan sosok memasuki bidang penglihatannya.Pemimpinnya adalah seorang pemuda ber
"Guru!" Ryan bergegas menghampirinya dan membantu Lex Denver duduk bersandar pada dinding reruntuhan.Saat ini, tubuh Lex Denver penuh luka parah. Ryan sangat marah melihat tubuh fisik gurunya, yang telah dibentuk sementara dari jiwa primodialnya, terluka separah ini.Ada lubang berdarah menganga di dadanya dan ribuan bekas luka pedang di sekujur tubuhnya.Sungguh tidak tertahankan untuk melihatnya!Meskipun Ryan telah mempelajari Dao Medis, melihat kondisi mengerikan gurunya, dia tidak tahu dari mana harus memulai pengobatan."Biar aku saja."Sosok Lin Qingxun tiba-tiba muncul di samping Ryan. Dia seharusnya tidak meninggalkan Kuburan Pedang, tetapi saat ini, dia tidak peduli dengan risiko tersebut.Lin Qingxun memejamkan mata dan mengepalkan jari-jarinya dengan posisi tertentu. Sepuluh jarum qi langsung muncul di tangannya, berkilau dengan cahaya spiritual yang murni."Muridku, karena aku melakukan ini, aku akan mengajarkanmu mantra yang menggunakan kematian untuk mencapai transfo
Ryan mengangguk dengan tegas."Guru, masalah ini sangat penting bagi saya. Setelah semuanya beres, saya akan segera mengikuti kompetisi jenius secepatnya."Meski Xiao Yan terlihat khawatir, dia tetap menghargai tekad muridnya. Setelah kultivasi dantianya pulih, ia bisa merasakan aura berbeda yang memancar dari Ryan. Muridnya telah bertambah kuat—mungkin bahkan lebih dari yang diketahuinya."Apakah kamu ingin aku ikut denganmu?" tanya Xiao Yan.Ryan menggeleng pelan. "Saya menghargai pemikiran Anda, Guru, tapi saya memiliki teman yang akan pergi bersama saya. Seharusnya tidak ada bahaya yang terlibat."Meskipun Xiao Yan bingung, dia tidak bertanya lebih jauh, dan hanya memberi tahu muridnya, "Ryan, berhati-hatilah di jalan."Setelah berpamitan dengan Xiao Yan, Ryan meninggalkan White Tower. Ia berencana untuk turun gunung dan mencari tunggangan, tetapi ia tidak menyangka akan disergap oleh bayangan hitam besar yang melesat dari balik pepohonan!Itu adalah Raja Harimau Hitam dari Sla
Inilah reruntuhan sekte milik Lex Denver sebelumnya!Lin Qingxun melirik gambar itu dan menghela napas panjang. Dengan lambaian tangannya yang lembut, proyeksi gambar menghilang.Kemudian, dia menatap Ryan dan berkata dengan serius, "Jika aku tidak salah, penyelidikannya benar-benar terbongkar. Awalnya dia ingin melihat wilayah sekte itu, tetapi mungkin disergap oleh para kultivator dari faksi itu.""Satu-satunya hal yang menguntungkan kita sekarang adalah bahwa tingkat kultivasi para kultivator yang dikirim oleh faksi itu tidak tinggi. Lex Denver telah mengurusnya.""Namun, begitu faksi itu menemukan kita, mereka pasti akan mengirim para kultivator yang jauh lebih kuat ke sana. Pada saat itu, Lex Denver akan benar-benar dalam bahaya."Ekspresi Lin Qingxun semakin mengeras saat melanjutkan, "Aku tidak peduli dengan kematian Lex Denver, tetapi sekarang sudah terlalu banyak hal yang belum terselesaikan. Aku harus menyelamatkannya sebelum para kultivator itu muncul!""Jika Lex Denver dib
Lex Denver telah meminum Pil Ilusi Archaic dan berkata bahwa dia ingin menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan perang kuno dan Kuburan Pedang.Namun, setelah sekian lama, masih belum ada kabar!Meski begitu, Ryan tidak khawatir. Bagaimanapun, Lex Denver adalah seorang kultivator perkasa kuno, dan karenanya cukup kuat untuk menghadapi segala hal di Gunung Langit Biru.Namun, pada saat ini, dia menyadari bahwa segala sesuatunya jauh dari sesederhana itu. Retakan muncul di nisan pedanh Lex Denver, yang tampaknya menunjukkan bahwa dia telah terluka parah.Ryan segera memasuki Kuburan Pedang, dan mendapati bahwa Monica dan Lin Qingxun sudah menunggunya di sana.Mereka berdua mengerutkan kening dan memiliki ekspresi jelek di wajah mereka."Guru, apa yang terjadi?" tanya Ryan, merasakan ketegangan yang menyelimuti atmosfer Kuburan Pedang.Ketika Lin Qingxun melihat Ryan masuk, dia menghela napas panjang dan berkata, "Nisan Pedangnya mulai hancur. Lex Denver mungkin terlalu terlibat dal
Pada saat ini, di aula utama Sekte Dao, ratusan pengikut berdiri di luar pintu, tampak gugup.Mereka bergabung dengan Sekte Dao karena statusnya yang kuat di Gunung Langit Biru. Bahkan di antara teman-teman dan keluarga mereka, mereka sangat dihormati. Namun, Sekte Dao kini telah ditutup oleh satu kalimat dari kultivator yang hebat itu!Semua orang mempertimbangkan untuk meninggalkan sekte tersebut. Bahkan beberapa tetua yang telah berada di Sekte Dao selama puluhan tahun pun ragu-ragu.Kreak!Pintunya tiba-tiba terbuka.Di luar benar-benar kacau."Ketua Sekte, Arthur Pendragon, dia..."Begitu seorang murid mulai berbicara, tubuhnya berubah menjadi kabut berdarah. Tindakan pemimpin sekte itu kejam dan tegas.Kerumunan itu menjadi sunyi senyap.Kemudian, sang ketua sekte tiba di hadapan khalayak.Pada saat ini, dia tampak seperti berusia ratusan tahun, dan dia kelelahan secara fisik dan mental.Dia mengangkat kepalanya, dan sekilas rasa dingin melintas di matanya yang keruh."Jangan p
Monica tahu betul bahwa dia tidak akan mampu melenyapkan Sekte Dao dengan waktu yang tersisa di dunia luar ini, tetapi setidaknya dia bisa menggunakan metode ini untuk mengintimidasi seluruh Gunung Langit Biru!Jika Sekte Dao ingin menyerang Ryan, mereka harus mempertimbangkan konsekuensi jika membuat Monica marah.Terlebih lagi, karena dia telah menyindir Sekte Dao di depan semua orang di Gunung Langit Biru, akan ada banyak kultivator yang secara diam-diam akan mulai membatasi Sekte Dao untuk menghindari skenario terburuk.Tentu saja ini bukan solusi jangka panjang.Begitu Ryan memiliki cukup kekuatan untuk secara pribadi memusnahkan Sekte Dao, semuanya akhirnya akan mencapai resolusi yang tepat dan final.Sosok Monica perlahan menghilang dari pandangan, dan salju pun lenyap bersamanya. Tubuhnya perlahan turun dan mendarat dengan anggun di samping Ryan.Wajahnya pucat dan tubuhnya jauh lebih lemah dari sebelumnya.Ini adalah yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk Ryan.Setidaknya,
Lina Jirk menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba, dia memikirkan sesuatu dan matanya berbinar. "Kakak, meskipun tidak ada berita tentang Arthur Pendragon, berita tentang Ryan Pendragon ada di mana-mana di Nexopolis!"Dia menegakkan tubuhnya dengan bersemangat. "Kakak, kamu harus mengakui bahwa kita benar-benar meremehkan Ryan.""Dalam waktu kurang dari setahun, dia telah mencapai begitu banyak prestasi hebat! Dia bahkan menjadikan Keluarga Pendragon sebagai keluarga kelas atas, dan disebut sebagai Dewa Perang yang Tak Terkalahkan oleh banyak praktisi seni bela diri! Ck ck ck...""Biar aku beritahu padamu..." Lina meletakkan keripik kentangnya dan menggosok kedua tangannya. Dia mulai menceritakan semua yang terjadi di Nexopolis kepada kakaknya, bagaimana Ryan telah mengalahkan berbagai kultivator besar dan menjadi figur yang dihormati.Namun bahkan setelah dia selesai berbicara, Shirly Jirk tetap tidak menunjukkan reaksi berarti."Kakak, apakah kamu tidak tertarik pada anak itu?" Lina men
Monica merasakan datangnya petir Ilahi. Ekspresi seriusnya berubah lebih intens. Dia paham betul bahwa ancaman terbesar bagi Ryan saat ini bukanlah petir Ilahi, melainkan Ketua sekte Dao.Perbedaan kekuatan antara Ryan dan Ketua sekte Dao terlalu besar. Mustahil baginya untuk berada terlalu jauh dari Ryan, jadi tidak mungkin baginya meninggalkan tempat ini untuk menghancurkan Sekte Dao sendirian.Selain itu, dia tidak bisa begitu saja mengganggu keseimbangan Gunung Langit Biru. Jika dia ingin melakukan sesuatu yang signifikan, Ryan harus hadir bersamanya.Kekuatan yang diserap dari teknik jahat kuno masih tersisa dalam tubuhnya, namun akan cepat terkuras habis. Jika tidak digunakan segera, kekuatan itu akan sia-sia.Monica melirik ke arah petir Ilahi yang mulai menggumpal di langit, dan sebuah ide muncul di benaknya. Beberapa detik kemudian, dia melangkah maju, dan gelombang udara berdesir di sekelilingnya.Tubuhnya perlahan melayang naik, terus menjulang tinggi hingga puncak-puncak