Terima Kasih Kak Tuan Muhd, Kak Rismano, Kak Dian17, Kak Wafiani, Kak Andhi, Kak Mohd Hidayat, dan Kak Harianto atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, telah terkumpul 12 Gem, yang artinya ada tambahan 2 Bab Bonus hari ini (≧▽≦) Akumulasi Gem Bab Bonus: 07-11-2024 (pagi): 2 Gem (reset) Yuk kurang 3 lagi Gem-nya (◍•ᴗ•◍) Bab Bonus Gem Hari ini: 0/3 Bab Bab Reguler: 1/2 Bab Selamat Membaca dan selamat beraktifitas (◠‿・)—☆
"Terima jurus keduaku!" raung Yun Jing murka. Tekanan energi qi yang jauh lebih kuat dari sebelumnya membasahi tubuh Ryan bagai air bah. Kali ini serangan Yun Jing berhasil memaksa Ryan mundur beberapa langkah. Setelah keberhasilan itu, serangannya menjadi semakin ganas dan tak terkendali. "Seharusnya kau lebih bijaksana," ejek Yun Jing dengan seringai kejam. "Mungkin kau akan belajar di akhirat. Langkah ketigaku akan mengirimmu ke neraka untuk bertemu orang tuamu!" Mendengar hinaan terhadap kedua orang tuanya, tatapan Ryan seketika berubah sedingin es. Sebenarnya, serangan pertamanya hanya untuk mengukur kekuatan Yun Jing. Meski agak kewalahan menghadapi serangan kedua, bukan berarti ia takut dengan serangan ketiga! Namun sebelum Ryan sempat melancarkan serangan balasan, sebuah suara misterius bergema dalam benaknya. Suara itu memintanya mengirimkan sedikit energi qi miliknya dan saripati darahnya ke dalam batu giok naga yang selama ini ia bawa. Ryan tertegun—suara ini be
Kepanikan sempat menguasainya, namun segera lenyap saat gelombang informasi membanjiri benaknya. Matanya berbinar memahami situasi—sebagai penguasa Kuburan Pedang, ia memiliki otoritas mutlak. Jika ia menginginkannya, Luo Yun akan lenyap seketika dari dunia ini! Dengan kata lain, pihak lain tak akan berani menyakitinya. Ryan tersenyum dalam hati, penasaran ingin melihat seberapa mengerikan kekuatan kultivator legendaris dari Sekte Pedang Iblis ini. Di hadapannya, Yun Jing masih berdiri dengan ekspresi garang, menatapnya bagai predator yang mengintai mangsa. "Nak, lihatlah dunia ini sekali lagi," ejeknya penuh penghinaan. "Jangan bersikap sombong di kehidupanmu selanjutnya! Dunia ini bukanlah sesuatu yang bisa dijalani oleh orang remeh sepertimu!" Baru saja Yun Jing hendak melancarkan serangan, Patrick tiba-tiba melompat ke arena. Tangannya melambai-lambaikan sebuah dokumen dengan panik. "Yun Jing," serunya lantang, "ini adalah dokumen yang disahkan oleh otoritas tertinggi d
Yun Jing telah tewas! Tidak seorang pun menduga hal-hal akan berkembang seperti ini. Keberadaan yang agung dan perkasa—seorang grandmaster yang pernah menduduki peringkat 400 besar di Nexopolis—dihancurkan dan dibunuh oleh seorang pemuda yang bahkan belum genap seperempat abad! Keheningan mencekam menyelimuti arena, hanya sesekali dipecah oleh suara tertahan ketakutan dan keterkejutan. Para penonton membeku di tempat mereka saat menyaksikan platform arena bela diri runtuh berkeping-keping, menyisakan hanya satu titik yang tak tersentuh—tempat Ryan berdiri dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. "Grandmaster Yun sudah meninggal?" bisik seseorang tak percaya. "Apakah ini benar-benar terjadi?" "Hanya dalam sepuluh menit, tiga grandmaster meninggal... Bagaimana ini bisa terjadi?" "Sepertinya keadaan di Kota Golden River dan Provinsi Riveria akan berubah..." Di tribun penonton, ayah Lucy Jeager bangkit dari kursinya dengan tubuh gemetar. "Bagaimana anak ini melakukannya?" guma
Semua mata tertuju pada Ryan yang masih berdiri dengan tenang di satu-satunya bagian arena yang tersisa, tangannya tetap terlipat di belakang punggung seolah tak terjadi apa-apa. Patrick bergegas maju dengan panik. "Tuan Ryan, saya akan membantu Anda mencegat orang ini!" Namun baru saja ia hendak mengejar, sebuah suara dingin menghentikan langkahnya. "Tidak perlu melakukan itu." "Tetapi..." "Jika aku ingin membunuh seseorang," potong Ryan dengan nada datar namun mengancam, "bahkan jika mereka berada ribuan kilometer jauhnya, tidak ada yang dapat menghentikanku!" Jejak dingin melintas di mata Ryan saat ia membuka telapak tangan kanannya. Energi qi dari dantiannya mengalir deras, berkumpul dalam pusaran energi yang menakjubkan. Seluruh tubuhnya memancarkan aura iblis jahat saat menyerap semua qi spiritual dalam radius sepuluh kilometer. Perlahan namun pasti, pedang ilusi terbentuk di telapak tangannya. Senjata itu terbuat dari energi qi murni yang terpadatkan, bersinar dengan
Cahaya hitam kemerahan perlahan memudar, meninggalkan ratusan pasang mata yang berkaca-kaca dan tampak kosong. Hembusan angin lembut menyapu arena, membawa aroma kematian yang masih menguar dari tubuh tak bernyawa Yun Jing, Maxim Shaw, dan Hobbs West. Lancelot, yang masih mempertahankan kesadarannya, mengamati dengan seksama saat Ryan melangkah mendekati Gawain Wealth. Langkahnya tenang namun penuh wibawa—sangat berbeda dengan pembantaian berdarah yang baru saja ia lakukan. 'Ketua Guild memang selalu penuh kejutan,' batin Lancelot takjub. 'Kekuatannya bahkan melampaui ekspektasi terbesarku.' Gawain Wealth sendiri tampak kebingungan saat mendapati rekan wasitnya, Zedd Watt, menatap kosong ke depan seolah jiwa telah meninggalkan raganya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya saat menyadari bahwa kekuatan yang baru saja ia saksikan jauh melampaui ranah seni bela diri yang ia kenal. "Grandmaster Zedd?" panggilnya, suaranya sedikit bergetar. Tak ada respon. "Grandmaster Zedd, ba
Ryan menimbang dengan hati-hati. Ada begitu banyak misteri yang ingin ia ungkap, tapi ia harus memilih yang paling penting. "Pertama, mengapa kau terjebak di nisan pedang dan mengapa kau membantuku?" "Itu dua pertanyaan," Luo Yun tersenyum misterius. "Tapi akan kujawab. Pertama, kami tidak terjebak di nisan pedang, tapi di Kuburan Pedang—sebuah artefak kuno yang bahkan usianya lebih tua dari sejarah manusia. Batu giok di tanganmu itu adalah wadah yang menampung Kuburan Pedang." "Kedua, Kuburan Pedang telah memilihmu sebagai tuannya. Kami di sini untuk membantumu menyingkirkan rintangan dan mencapai keabadian." Mata Luo Yun berkilat penuh makna. "Kau masih punya satu pertanyaan tersisa. Pilih dengan bijak." Ryan memikirkan berbagai kemungkinan. Bertanya tentang asal-usul Kuburan Pedang mungkin tak akan memberinya manfaat praktis. Setelah beberapa saat, ia memutuskan, "Bagaimana cara mengaktifkan semua nisan pedang yang tersisa?" "Ada dua cara," jawab Luo Yun. "Pertama, kau membutuhk
Tanpa peringatan lebih lanjut, Luo Yun mengarahkan jarinya ke dahi Ryan. Seketika, ruangan tenggelam dalam kegelapan total seolah seluruh cahaya tertelan lubang hitam. Namun di tengah kegelapan pekat itu, cahaya bintang mulai bermunculan satu per satu. Awalnya hanya satu dua titik kecil, namun jumlahnya terus bertambah hingga seluruh ruangan dipenuhi panorama galaksi yang memukau. Bintang-bintang itu berputar-putar membentuk pusaran energi sebelum mengalir masuk ke dantian Ryan bagai hujan meteor. Setiap tetes energi spiritual yang masuk membawa sensasi terbakar yang luar biasa, namun Ryan menggertakkan gigi menahan rasa sakit. "Kau tidak apa-apa?" suara Luo Yun terdengar serak dan lemah, sangat berbeda dari biasanya. Ryan membuka mata, menatap heran ke arah Luo Yun. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat mendapati sosok Luo Yun yang perlahan memudar, seolah akan lenyap kapan saja. Sebelum ia sempat bertanya, gelombang demi gelombang informasi membanjiri pikirannya! Be
"Apakah ada pengguna kemampuan khusus yang terlibat?" Sammy Lein mengerutkan dahinya dalam-dalam, otaknya berputar mencari kemungkinan. "Maksud Anda, Tuan?" Patrick menatap atasannya dengan pandangan bingung. "Di Nexopolis, selain praktisi bela diri, ada juga mereka yang memiliki kemampuan khusus," Sammy Lein menjelaskan dengan nada serius. "Beberapa di antaranya mampu memanipulasi ingatan. Meski jarang, tapi bukan tidak mungkin Ryan memiliki koneksi dengan salah satu dari mereka." Tanpa peringatan, Sammy Lein bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati Patrick dengan gerakan cepat. Jari-jarinya yang panjang meraih kancing di dada Patrick dan menariknya dengan satu sentakan. "Tuan!" Patrick terkesiap kaget, refleks mundur selangkah. "Apakah saya melakukan kesalahan..." "Diam," potong Sammy Lein tajam sembari mengamati kancing yang kini berada di tangannya. "Kau mengenakan pakaian khusus yang kuminta kemarin?" Patrick mengangguk cepat, "Ya, Tuan. Sesuai instruksi Anda." Seula
"Bu," Ryan menatap ibunya penasaran, "Apa keluarga kita punya silsilah? Kenapa aku tidak pernah bertemu kakek, nenek, atau anggota Keluarga Pendragon lainnya?"Eleanor Jorge menggeleng. "Kakek-nenekmu meninggal cukup dini. Setahuku mereka hanya orang biasa. Mereka termasuk keluarga berada beberapa dekade lalu, tapi aku tidak tahu banyak tentang mereka.""Lalu, apa ada hal aneh tentang Keluarga Pendragon di Kota Golden River? Atau tempat misterius yang mereka miliki? Mungkin buku atau catatan kuno?"Eleanor Jorge tampak berpikir keras meski tidak mengerti alasan di balik pertanyaan putranya. Tiba-tiba matanya berbinar saat teringat sesuatu."Ada beberapa keanehan sebenarnya," ujarnya. "Pertama, kau dan ayahmu sama sekali bukan penduduk asli Kota Golden River.""Kedua, kakek-nenekmu meninggal bersamaan tanpa tanda-tanda sakit sebelumnya, seolah mereka telah merencanakan kematian mereka.""Yang ketiga, upacara pemakaman mereka sangat tidak biasa," lanjut Eleanor Jorge. "Sekelompok orang
Eleanor Jorge masih tampak khawatir. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Dari mana kekuatan bela diri Ryan berasal? Ke mana dia menghilang selama lima tahun? Apa ramuan ajaib yang digunakannya? Untuk pertama kalinya, ia merasa putranya tampak sedikit asing. Ryan yang sekarang sangat berbeda dari anak yang dikenalnya dulu. Ryan tentu saja menangkap kekhawatiran ibunya. Ia berniat menjelaskan semuanya, tapi tidak sekarang. Ada hal yang lebih mendesak. Dia meletakkan gelas airnya dan menatap sang ibu. "Bu, mengapa Ibu pergi ke Keluarga Jorge hari ini? Pasti ada hubungannya dengan Ayah, kan? Dia tidak kembali ke Kota Golden River, kan?" Mendengar pertanyaan itu, mata Eleanor Jorge berkedip gelisah, mengonfirmasi kecurigaan Ryan. "Ibu," Ryan menekan, "Ibu tahu seberapa kuat aku sekarang. Daripada memohon bantuan Keluarga Jorge, mengapa kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri? Katakan padaku, ke mana Ayah pergi?" Eleanor Jorge mengepalkan tangannya erat-erat hingga be
Tawa dingin menggema dari mulut Ryan. Bayangan pepohonan membuat wajahnya tak terbaca. "Hanya ada tiga hal yang ingin kukatakan," ujar Ryan tenang. "Pertama, aku tidak peduli menjadi bagian dari Keluarga Jorge!" "Kedua, jika kau ingin melanjutkan masalah ini, aku siap menunggu kapanpun." "Ketiga, dalam sebulan akan kutunjukkan seperti apa keberadaan Keluarga Pendragon yang sebenarnya!" "Bu, ayo pergi." Ryan menarik tangan Eleanor Jorge dan keduanya menghilang ke dalam formasi, meninggalkan anggota Keluarga Jorge yang masih membeku ketakutan. Wajah Kepala Keluarga Jorge menjadi gelap. Rahangnya mengeras menahan amarah yang membuncah. Dia telah memberikan jalan keluar kepada Ryan dan Eleanor Jorge, namun anak ini sama sekali tidak menghiraukan ranting zaitunnya. "Anak ini... benar-benar ingin membentuk Keluarga Pendragon menjadi semacam faksi? Hanya mereka berdua?" gumamnya dengan nada mencemooh. Teruslah bermimpi! Kepala Keluarga Jorge mendengus dalam hati. Fondasi dan k
TRANG! Pedang Suci Caliburn terlempar dari genggaman Ryan! Mata Xin Jorge dan wanita tua berbinar penuh kemenangan. Tanpa ragu mereka melancarkan serangan mematikan ke leher dan jantung Ryan! 'Ryan akan mati!' Jackson Jorge panik hendak membantu namun ditahan seorang tetua di samping Kepala Keluarga Jorge. "Tuan Muda, jangan ikut campur." "Ayah!" Jackson Jorge menatap marah. "Kau menggunakan dua praktisi senior melawan Ryan sendirian. Itu terlalu hina! Tidakkah kau lihat betapa berharganya Ryan sekarang? Membunuhnya adalah kerugian besar bagi Keluarga Jorge!" Mata Kepala Keluarga Jorge menyipit. Tentu dia menyadari alasan di balik ucapan putranya. Namun sebelum sempat menghentikan pertarungan, sebuah raungan menggetarkan area itu. "Pedang Suci Caliburn, KEMARI!" Pedang Ryan melesat kembali ke tangannya. Seketika aura Ryan berubah total. Dia bahkan memejamkan mata dengan tenang. Xin Jorge dan wanita tua merasakan firasat buruk namun tetap meneruskan serangan. Pedang mere
Jackson Jorge tak bisa membantu Ryan lagi. Dalam hati dia tahu Ryan mungkin tak akan bertahan hidup lebih lama. Meski mengalir darah Keluarga Jorge, Ayahnya tak akan ragu membunuhnya. Ikatan keluarga tak ada artinya dibanding perkembangan dan reputasi Keluarga Jorge. Sewaktu muda, Ayahnya itu telah membunuh banyak praktisi tingkat atas dan terkenal di seluruh dunia. Begitu kejamnya hingga tak akan mengampuni anaknya sendiri, apalagi Ryan–Cucunya yang dianggap noda terbesar dalam hidupnya. Tatapan Kepala Keluarga Jorge beralih ke Ryan. "Kau seharusnya tidak membunuh Ferdinand. Kau benar-benar tidak seharusnya melakukan itu." "Bajingan, meski aku tak tahu dari mana kau mempelajari teknik-teknik ini, itu tak penting bagiku. Tidak ada yang berani menentangku. Mereka yang melakukannya akan mati, dan kau akan menyusul mereka." Ryan mendengus dingin dan melemparkan kepala Ferdinand Jorge ke kaki Kepala Keluarga Jorge. Suaranya mengandung kebencian mendalam. "Tidak seorangpun bole
Dari segi kekuatan murni, Ryan memang kalah dari dua praktisi bela diri senior Keluarga Jorge. Tapi dalam hal kecepatan, ia unggul jauh! Ryan melesat melewati serangan Xin Jorge dan wanita tua, dalam sekejap mencapai Ferdinand Jorge. Ekspresi mereka berubah panik. Mereka berusaha menghentikan Ryan namun terlambat! Di tengah tatapan terkejut semua orang, Ryan mencengkeram pergelangan tangan Ferdinand Jorge. Dengan kekuatan mengerikan, diiringi raungan naga yang menggelegar, ia menghancurkan lengan lawannya menjadi kabut berdarah! Ferdinand Jorge menatap nanar lengannya yang hancur. Dia ingin melawan namun terpaku saat melihat naga darah melingkari tubuhnya. Dia bahkan tak bisa bergerak! Jeritan menyayat hati terdengar hingga bermil-mil jauhnya. "Tanpa tangan kanan, bagaimana aku bisa berlatih bela diri lagi?!" ratapnya. "Apa yang kau teriakan? Ini baru permulaan." Ryan berkata dingin. KRAK! Lengan kiri Ferdinand Jorge pun hancur berkeping-keping! Pada saat itu Ryan benar
Xin Jorge dan wanita tua saling pandang dengan mata menyipit. Mereka bisa melihat teknik gerakan Ryan agak aneh, namun juga menyadari dia punya kekuatan untuk mendukung kata-katanya. "Siapa yang bernama Ferdinand Jorge?" Ryan bertanya lagi, suaranya dingin menusuk. "Aku akan bertanya sekali lagi. Jika tak ada yang menjawab, kalian semua akan mati." Mata Ryan berkilat merah berbahaya. Meski dia bisa merasakan aura mengancam dari Xin Jorge dan wanita tua, dia sama sekali tidak gentar. Kalaupun tidak mampu mengalahkan mereka dengan kekuatannya sendiri, ia masih punya kartu As–kekuatan para kultivator kuno. Demi ibunya, apapun akan ia lakukan! Ferdinand Jorge akhirnya melangkah maju dengan angkuh. Pedang di tangannya berkilat memantulkan cahaya matahari. "Aku Ferdinand Jorge," dia berkata dingin. "Memang aku orang yang mengahajar Ibumu. Tapi apa yang bisa kau lakukan? Sepertinya kata 'bajingan' melukai ego rapuhmu ya?" "Ibumu yang brengsek itu menyia-nyiakan bakat dan garis ke
Semua tercengang mendengar nada bicaranya yang arogan. Bukan hanya berniat membunuh Ferdinand Jorge, dia bahkan mengancam seluruh Keluarga Jorge? Memangnya dia pikir dirinya siapa? Jackson Jorge buru-buru maju menghadang. "Tolong maafkan ketidaktahuan anak ini. Aku akan membawanya pergi sekarang." Namun sebelum bisa menarik Ryan, sebuah pedang menghadang. Jackson Jorge terkesiap melihat gurunya sendiri yang menghunus pedang. "Guru..." Wanita tua itu menggeleng. "Jackson, Eleanor Jorge menerobos masuk pagi ini dan aku sudah sangat berbelas kasih mengampuni nyawanya." "Sekarang putranya melakukan hal yang sama. Meski aku ingin melepaskannya, perbuatannya tak termaafkan. Dia harus memberi penjelasan pada Keluarga Jorge." Jackson Jorge menyipitkan mata. Sebuah pedang muncul di tangannya, diarahkan ke sang guru. Dia tidak punya pilihan. Ryan adalah putra satu-satunya adiknya. Dia menaruh harapan besar pada Ryan dan tak bisa membiarkannya mati di sini. Apapun yang terjad
"Baiklah," Jackson Jorge menghela napas. "Ini satu-satunya bantuan yang bisa kuberikan. Kuharap kau bisa menahan diri di sana. Ingat, hanya melihat-lihat. Jangan macam-macam!" "Aku mengerti," Ryan tersenyum. Sepuluh menit kemudian mereka sampai di pusat kota, di sebuah gang sepi. Jackson Jorge membentuk segel dengan jarinya dan menunjuk dinding, membuka formasi tersembunyi. Keduanya melangkah masuk dan tiba di sebuah kompleks megah. "Ini kediaman Keluarga Jorge, kau..." Jackson Jorge terkesiap melihat perubahan Ryan. Aura pembunuh menguar dari tubuhnya, matanya merah menyala. Kemana perginya ketenangan tadi? "Ryan, jangan berbuat gegabah..." Belum selesai bicara, Ryan sudah melesat. Dia melompat dan mencabut plakat Keluarga Jorge! BOOM! Dengan satu tinju Ryan menghancurkan plakat itu hingga berkeping-keping! Jackson Jorge membeku, punggungnya basah keringat dingin. Para penjaga gerbang juga terpana. Mereka tidak menyangka ada yang berani menghancurkan simbol Keluarga Jor