Aleksey mencium Evelina dengan inisiatif laki-laki itu sendiri. Itulah yang membuat Evelina terkejut. Karena selama ini Aleksey selalu menghindarinya dan berusaha mendorongnya pergi. Tapi kali ini Aleksey menciumnya. Dalam hatinya Evelina berteriak senang. “Aleksey, apa kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan?” tanya Evelina. Laki-laki yang sedang menyalakan kembang api di tangannya itu langsung menganggukkan kepalanya. Aleksey menatap gadis yang berdiri duduk di sampingnya. “Tentu saja aku tahu. Aku baru saja menciummu.” Evelina terperangah tidak percaya. Dia meletakkan kembang apinya yang sudah padam di atas tanah. Kemudian dia mencubit lengannya sendiri. Seketika gadis itu menjerit saat merasakan cubitannya sangat sakit. “Ada apa Evelina? Apakah kamu merasa sakit?” tanya Aleksey dengan nada cemas. Evelina hanya menampilkan cengiran polos dan menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, Aleksey. Hanya saja tadi ada nyamuk dan aku menepuknya terlalu keras sehingga menyakiti tangank
“Siapa yang sudah membuat Evelina marah seperti itu?” Evelina yang mengenal suara itu langsung keluar dari selimutnya. Matanya berbinar saat melihat seorang pria berjalan masuk ke dalam ruangan itu. Dia adalah Josef Matvey, sang kakek. "GRANDPA!!!" Seru Evelina. Pria dengan rambut yang sudah memutih itu masih terlihat begitu gagah mengenakan kemeja hitam dan celana jeans biru pudar. Josef berjalan menghampiri ranjang Evelina. Segera gadis itu memeluk sang kakek. "Cucu perempuanku yang cantik. Siapa yang sudah membuatmu marah? Katakan pada Grandpa. Akan Grandpa pastikan jika dia akan mendapatkan balasannya." Ucap Josef dengan berapi-api. Evelina melepaskan pelukannya dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Grandpa. Jangan lakukan apapun padanya." Josef memicingkan matanya menatap cucu perempuannya. "Kenapa aku tidak boleh melakukan apapun? Dia sudah membuat cucu perempuan kesayanganku menjadi marah begini. Mana mungkin pria tua ini diam saja." Josef tidak terima jika dia tidak boleh
“Siapa yang ingin kamu berikan pelajaran, Kakek tua?” Suara itu membuat semua orang menoleh. Mereka bisa melihat Karl berjalan masuk ke dalam ruangan itu dengan menggandeng Svetlana. Tatapan tajam Karl tertuju pada Josef yang juga membalasnya dengan tatapan tajam. “Dasar bocah nakal. Baru juga sadar sudah menemui orang lain. Bukannya menemui orang tuamu dulu. Tidak tahukah kamu kalau kamu sudah membuat mereka khawatir.” Omel Josef. “Aku hanya ingin memastikan jika kekasihku baik- baik saja. Karena itu aku langsung pergi.” Jelas Karl dengan begitu santainya. “Kamu pasti bercanda. Kamu dan Svetlana sudah menjadi sepasang kekasih?” tanya Evelina tidak percaya memandang sang adik. Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, kami sudah menjadi sepasang kekasih.” Evelina melayangkan tatapan tajamnya ke arah sang adik. “Jangan menjawabnya, Karl. Aku tidak percaya jika kamu yang mengtatakannya. Svetlana, apakah Karl mengancammu atau bersikap aneh padamu sampai kamu mau menjadi pacarnya?” Svetlan
“Maafkan aku jika keluargaku membuatmu terkejut.” Ucap Karl setelah dokter dan perawat selesai mengobatinya. Svetlana menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit terkejut dengan tindakan kakekmu. Tapi keluargamu benar-benar sangat ramai.” “Maafkan kehebohan yang baru saja terjadi. Tadi Evelina menyebutmu Svetlana. Apakah benar?” Suara itu membuat Svetlana menoleh. Dia bisa melihat Natasha sudah berdiri di dekatnya. Svetlana memberikan senyuman yang sopan sembari menganggukkan kepalanya. “Benar, Svetlana adalah namaku.” “Nama yang bagus. Namaku Natasha, Ibunya Karl.” Natasha tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Svetlana. Gadis itu membalas uluran tangan Natasha. “Senang bertemu denganmu, Nyonya Matvey.” “Dan ini adalah suamiku sekaligus ayah Karl namanya Leon.” Natasha memperkenalkan pria yang duduk di atas kursi roda. “Aku berharap kamu tidak merasa terganggu dengan pria yang duduk di kursi roda.” Leon mengulurkan tangannya. Svetlana membalas uluran tangan Le
Sebuah mobil sedan hitam yang terlihat begitu mewah berhenti di depan gedung Moscow P.I. Tchaikovsky Conservatory. Tentu saja mobil itu menarik perhatian banyak orang. Termasuk Irina yang duduk dibalik meja kasir. "Bos, apakah kamu kedatangan tamu eksklusif?" Bisik Anthony salah satu pelayan di kafe itu. Irina menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Tapi aku tidak mendapatkan informasi akan mendapatkan tamu eksklusif."Tatapan Irina dan Anthony tertuju pada pintu mobil yang terbuka. Terlihat seorang pria turun bangku depan. Kemudian dia meraih gagang pintu mobil di belakang. Membuka pintu itu sehingga seseorang yang duduk di belakang bisa turun. Mata Irina dan Anthony melotot kaget melihat Svetlana turun dari mobil itu. Dia tersenyum pada pria itu dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu Svetlana berjalan masuk ke dalam kafe. Irina dan Anthony masih melongo melihat gadis itu. "Hallo, Bos." Sapa Svetlana yang berjalan menuju pintu karyawan. Namun sebelum Svetlana meraih gagang pi
Zoya baru saja keluar dari kelas. Dia merasa sangat lelah. Beruntung itu adalah kelas terakhir. Dia hanya tinggal memasukkan beberapa nilai setelah itu dia bisa pulang. "Lama tidak bertemu, Zoya."Tubuh Zoya seketika membeku di tempat saat mendengar suara yang mampu membuat tubuhnya menggigil ketakutan. Saat Zoya mendongak dia bisa melihat seorang pria dengan setelan hitam berdiri di hadapannya. Tatapan pria itu tertuju lurus pada Zoya dan bibirnya menyunggingkan senyuman. Zoya yang sudah mengenal pria itu tahu arti senyuman itu. Bukanlah senyuman ramah, tapi senyuman yang penuh dengan rencana di dalamnya. Ravil Borisov. Seorang CEO perusahaan minyak terbesar di Rusia. Memiliki wajah tampan, bibir manis dan kekayaan membuat semua wanita pasti ingin melompat ke dalam pelukan Ravil. Begitu juga dengan Zoya dulu. Dengan polosnya dia memuja Ravil seakan pria itu adalah satu-satunya pria yang ada dalam dunia ini. Tapi setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Ravil selama
"Tidak. Itu tidak mungkin." Zoya langsung menggelengkan kepalanya mendengar nama tempat yang disebutkan oleh Liev. "Kenapa tidak mungkin? Rumah keluarga Matvey adalah tempat teraman. Mantan suamimu tidak akan bisa masuk karena penjagaannya ketat." Jelas Liev. Laki-laki itu menyarankan agar Zoya untuk sementara waktu tinggal di rumahnya. Mengingat rumah keluarga Matvey memiliki tingkat keamanan yang tinggi, sehingga Ravil tidak akan bisa masuk dan mengambil alih Zoya. Zoya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi tetap saja aku tidak bisa tinggal di rumahmu, Liev. Bahkan jika itu hanya sementara. Aku tidak akan tidur denganmu. Tidak akan pernah."Liev pun memahami alasan Zoya menolak tawarannya. Sebuah kesalahpahaman yang ditangkap oleh wanita itu. Kemudian laki-laki itu tertawa. “Siapa juga yang memintamu untuk tidur denganku, Mrs. Pegova. Rumah keluarga Matvey sangat besar dan memiliki banyak kamar. Kamu bisa menggunakan salah satu dari kamar itu. Jadi kamu tidak perlu tidur denganku.
Kenapa bisa jadi seperti ini? Sial… aku sudah tahu laki-laki mesum ini tetap saja mesum. Gerutu Zoya kesal.Bagaimana dia tidak kesal karena saat ini dia harus memakai kostum yang diinginkan oleh Liev. Dia bisa melihat bayangan di cermin di mana dirinya mengenakan gaun pink muda dengan pinggirin bulu-bulu putih. Bahkan di bagian tengah dada dan perutnya ada bola bulu berwarna putih yang sangat menggemaskan. Di tangannya ada sarung tangan panjang yang mencapai sikutnya. Sarung tangan itu masih menjadi satu set dengan gaun itu sehingga memiliki warna yang sama.Dia menunduk dan melihat potongan gaun itu begitu pendek. Bahkan dia yakin seseorang bisa melihat celana daamnya jika dia menunduk sedikit saja. Kedua kakinya dihiasi oleh stocking jaring berwarna putih. Lalu tatapan Zoya kembali ke arah cermin kamar mandi yang ada di hadapannya. Dia bisa melihat di lehernya melingkar kalung dengan bahan yang sama dengan gaunnya. Di bagian tengah ada lonceng berwarna emas. Sekarang tinggal memaka