Dia tidak menyentuhku? Dia bahkan tidak menciumku lagi? Gumam Zoya dalam hati saat mengganti pakaiannya kembali.Wanita itu memukul kepalanya sendiri. “Bodoh. Bukankah jauh lebih bagus jika dia tidak memukulmu. Dia hanya mengambil foto seksimu. Tidak masalah.”Lalu ingatan Zoya tertuju pada ciuman Liev. Ciuman yang begitu lembut dan menggodanya. Menyingkirkan akal sehatnya dan membuatnya gila. Tak pernah Zoya merasakan ciuman selembut itu. Bahkan Ravil tak pernah menciumnya seperti itu.Mengingat nama mantan suaminya membuat tubuh Zoya menegang. Dia pun sadar jika saat ini nyawanya berada dalam bahasa karena Ravil sudah mengetahui keberadaannya. Lalu dia teringat dengan tawaran Liev. Apakah aku harus menerima tawaran itu? tanya Zoya dalam hati.Akhirnya Zoya memilih bergegas keluar karena dia yakin jika Liev sedang menunggunya. Setelah membuka pintu kamar mandi, Liev sedang duduk dan melihat foto-foto yang dia ambil dari kameranya. Mendengar langkah kaki Zoya membuat laki-laki itu me
Zoya berdiri dengan sangat gugup saat berhadapan dengan kedua orang tua Liev. Dia bisa melihat Natasha yang berdiri di samping Leon yang duduk di kursi rodanya. Mereka berdua menatap Zoya dan Liev secara bergantian. Liev baru saja menjelaskan situasi yang di hadapi oleh Zoya. Membuat wanita itu merasa gugup karena harus berhadapan dengan orang tua Liev. Dia berpikir orang tua Liev akan berpikir dirinya menggoda putranya dan memanfaatkan putra mereka.“Ravil Borisov? Aku pernah mendengar kabar jika dia adalah orang yang aneh.” Gumam Leon.Natasha menoleh ke arah suaminya. “Aneh seperti apa yang kamu maksud, Leon?”“Banyak orang yang mengatakan jika dia sangat suka diperhatikan. Dan kabarnya ada orang yang tidak mau memberikan perhatian kepadanya. Membuat Ravil marah dan menghancurkan orang itu. Aku pikir dia lebih ke tipe orang yang gila.” Cerita Leon.Natasha menganggukan kepalanya. “Kalau begitu dia adalah tipe orang yang berbahaya. Kalau begitu Liev, antarkan Zoya ke kamar tamu. Set
Seminggu berlalu, tapi Ravil belum menemukan kesempatan untuk berbicara dengan Zoya. Setiap kali dia mendatangi kampus tempat wanita itu bekerja, dia tidak bisa bertemu dengannya. Dan juga Zoya tidak pulang ke apartemennya. Akhirnya Ravil menyuruh seseorang untuk menyelidikinya. “Jadi Zoya berada di rumah keluarga Matvey?” ucap Ravil setelah seseorang yang ditugaskannya untuk menyeldiki keberadaan Zoya melaporkan padanya.Pria dengan tinggi nseratus delapan puluh sentimeter itu menganggukkan kepalanya. “Benar, Mr. Borisov.”“Apakah kamu sudah menyelidiki keluarga Matvey?”Pria itu menganggukkan kepalanya. “Sudah, Mr. Borisov. Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan, keluarga Matvey adalah keluarga terpandang di Moscow. Mereka melakukan investasi besar di beberapa perusahaan. Kepala keluarga mereka bernama Leon Matvey menagalami kecelakaann yang membuat mereka lumpuh. Dan bersama istrinya, bernama Natasha, mereka memiliki tiga anak kembar. Anak pertama Liev Matvey, kedua adalah Evel
Karl memarkirkan motor sportnya di tempat parkir. Karena ada Svetlana di belakangnya, Karl tidak mengendarai benda itu dengan sangat kencang dia tidak ingin gadis itu ketakutan. Setelah Svetlana turun dari atas motornya, Karl ikut turun. Dia melepaskan helmnya dan meletakkan di atas motor. Kemudian dia meluhat Svetlana kesulitan melepaskan helmnya. Sehingga Karl menunduk untuk membantu gadis itu melepaskan helm.“Apa aku tidak salah lihat? Karl memboncengkan cewek?” ucap seorang gadis yang tidak jauh dari mereka.“Karl punya pacar? Oh, tidak. Ini benar-benar langka.” Bisik orang-orang di sekitar Karl dan Svetlana.Setelah melepaskan helmnya, Karl membantu merapikan rambut Svetlana. Menatanya dengan rapi. Setelah itu meletakkannya dia atas motor. Karl menggandeng tangan Svetlana dan berjalan masuk ke dalam gedung kampus. Tentu saja semua orang terpana melihat pemandangan itu.“Karl, apakah tidak sebaiknya kamu melepaskan pegangan tanganmu?” tanya Svetlana.“Memangnya kenapa? Kamu tidak
“Apa kamu sudah dengar? Karl dan Svetlana berpacaran?” ucap seorang gadis berambut pirang panjang berjalan bersama sang kekasih. Laki-laki yang berdiri di samping gadis itu menganggukkan kepalanya. “Ya, aku melihatnya sendiri. Karl menggandeng gadis itu saat ke kampus.” Petrov yang berbaring di kursi panjang langsung menegakkan tubuhnya saat mendengarkan pembciaraan itu. Petrov adalah pria berambut ikal yang nyaris memperkosa Svetlana di kamar mandi perempuan. Saat itu dia gagak melancarkan rencananya bersama teman-temannya gara-gara Karl. “Maksim, apa kamu mendengarnya?” tatapan Petrov tertuju pada teman satu kampus yang saat ini sedang menonton video bersama yang lainnya. Maksim menoleh ke arah Petrov. “Mendengar apa, Petrov?” “Mengenai Karl yang sudah punya kekasih.” Maksim menghela nafas berat mendengar Petrov yang terlihat antusias. “Sebaiknya kamu tidak mengusiknya, Petrov. Dia bukanlah orang yang mudah kita usik.” Tatapan tajam Petrov teruju pada Maksim. “Bukanlah orang
“Aku akan menunggu di bangku itu.” Karl menunjuk ke arah bangku yang tidak jauh dari toilet. Svetlana tidak bisa menahan senyumannya melihat Karl tampak keberatan lepas darinya. Entah mengapa dia merasa senang saat merasakan Karl selalu ingin bersamannya. Svetlana menganggukkan kepalanya kemudian dia berjalan masuk ke dalam toilet.Setelah membuka pintu toilet itu, Svetlana bergegas menghampiri salah satu bilik yang terbuka. Dia menutup pintu bilik itu dan melakukan ritual kecilnya.Setelah lega, Svetlana pun membuka pintu dan berjalan keluar dari bilik itu. Dia berjalan menghampiri wastafel untuk mencuci tangannya. Dia melihat ke arah cermin untuk melihat apakah riasannya mulai luntur. Namun tubuh Svetlana seketika membeku saat melihat dua pria keluar dari bilik toilet dan berjalan menghampirinya. Svetlana mematikan keran air dan bergegas menuju pintu keluar. Namun sebelum tangannya mencapai gagang pintu toilet, Maksim meraih tangan Svetlana dan mendorong tubuh gadis itu ke dinding.
“Apa kalian tahu kesalahan yang telah kalian perbuat? Kalian terlalu meremehkanku. Kalian pikir aku tidak akan bisa melawan meskipun kalian menangkap Svetlana? Jika itu yang kalian pikirkan, maka kalian sangatlah bodoh.”Karl mengambil botol pembersih yang ada di lantai. “Maafkan aku jika ini mengejutkanmu, Lana.”Karl melemparkan benda itu ke arah Maksim. Benda itu melayang dengan sangat cepat. Hingga akhirnya tepat mengenai dahi Maksim. Membuatnya laki-laki itu meringis kesakitan. Kelengahan itu membuat cutter di tangannya terjatuh ke lantai. Memanfaatkan kesempatan itu, Karl bergegas menghampiri laki-laki itu. Meraih tangan yang memeluk Svetlana, memelintirnya, lalu menendangnya dengan keras sehingga tubuh Maksim membentur dinding dan membuatnya meringis kesakitan.“Karl.” Suara itu membuat Karl menoleh. Dia bisa melihat Svetlana berusaha menutupi tubuhnya dengan kedua tangan. Mengingat blouse yang dia kenakan sudah robek dan kancingnya menghilang. Sehingga tidak bisa digunakan la
"Hhm…" Svetlana meringis menahan rasa sakit di lehernya. "Maafkan aku. Apakah aku terlalu kasar?" sesal Karl mengehntikan kegiatannya membersihkan luka gadis itu.Svetlana menggelengkan kepalanya. "Tidak, Karl. Bukan karena kamu terlalu kasar. Hanya saja alkoholnya membuat lukanya terasa perih.""Tahanlah sebentar lagi selesai. Karena hampir selesai." Karl berusaha sepelan mungkin agar tidak terlalu menyakiti gadis itu. Setelah bersih dari darah, Karl membuka plester dan menempelkannya ke luka Svetlana. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyum puas karena berhasil mengobati Svetlana. "Sudah selesai." Ucap Karl memberitahu gadis itu. Karl hendak membereskan peralatan sesuatu dengan perintah Czar. Namun gerakannya terhenti saat Svetlana hendak menarik kaos yang dikenakan oleh Karl.“Apa yang kamu lakukan, Lana?” tanya Karl bingung menhaan kedua tangan Svetlana.Gadis itu menatap Karl dengan tatapan bingung. “Tentu saja aku ingin memeriksa lukamu. Bukankah tadi kamu mengatakan aku b