Seminggu berlalu, tapi Ravil belum menemukan kesempatan untuk berbicara dengan Zoya. Setiap kali dia mendatangi kampus tempat wanita itu bekerja, dia tidak bisa bertemu dengannya. Dan juga Zoya tidak pulang ke apartemennya. Akhirnya Ravil menyuruh seseorang untuk menyelidikinya. “Jadi Zoya berada di rumah keluarga Matvey?” ucap Ravil setelah seseorang yang ditugaskannya untuk menyeldiki keberadaan Zoya melaporkan padanya.Pria dengan tinggi nseratus delapan puluh sentimeter itu menganggukkan kepalanya. “Benar, Mr. Borisov.”“Apakah kamu sudah menyelidiki keluarga Matvey?”Pria itu menganggukkan kepalanya. “Sudah, Mr. Borisov. Berdasarkan informasi yang saya kumpulkan, keluarga Matvey adalah keluarga terpandang di Moscow. Mereka melakukan investasi besar di beberapa perusahaan. Kepala keluarga mereka bernama Leon Matvey menagalami kecelakaann yang membuat mereka lumpuh. Dan bersama istrinya, bernama Natasha, mereka memiliki tiga anak kembar. Anak pertama Liev Matvey, kedua adalah Evel
Karl memarkirkan motor sportnya di tempat parkir. Karena ada Svetlana di belakangnya, Karl tidak mengendarai benda itu dengan sangat kencang dia tidak ingin gadis itu ketakutan. Setelah Svetlana turun dari atas motornya, Karl ikut turun. Dia melepaskan helmnya dan meletakkan di atas motor. Kemudian dia meluhat Svetlana kesulitan melepaskan helmnya. Sehingga Karl menunduk untuk membantu gadis itu melepaskan helm.“Apa aku tidak salah lihat? Karl memboncengkan cewek?” ucap seorang gadis yang tidak jauh dari mereka.“Karl punya pacar? Oh, tidak. Ini benar-benar langka.” Bisik orang-orang di sekitar Karl dan Svetlana.Setelah melepaskan helmnya, Karl membantu merapikan rambut Svetlana. Menatanya dengan rapi. Setelah itu meletakkannya dia atas motor. Karl menggandeng tangan Svetlana dan berjalan masuk ke dalam gedung kampus. Tentu saja semua orang terpana melihat pemandangan itu.“Karl, apakah tidak sebaiknya kamu melepaskan pegangan tanganmu?” tanya Svetlana.“Memangnya kenapa? Kamu tidak
“Apa kamu sudah dengar? Karl dan Svetlana berpacaran?” ucap seorang gadis berambut pirang panjang berjalan bersama sang kekasih. Laki-laki yang berdiri di samping gadis itu menganggukkan kepalanya. “Ya, aku melihatnya sendiri. Karl menggandeng gadis itu saat ke kampus.” Petrov yang berbaring di kursi panjang langsung menegakkan tubuhnya saat mendengarkan pembciaraan itu. Petrov adalah pria berambut ikal yang nyaris memperkosa Svetlana di kamar mandi perempuan. Saat itu dia gagak melancarkan rencananya bersama teman-temannya gara-gara Karl. “Maksim, apa kamu mendengarnya?” tatapan Petrov tertuju pada teman satu kampus yang saat ini sedang menonton video bersama yang lainnya. Maksim menoleh ke arah Petrov. “Mendengar apa, Petrov?” “Mengenai Karl yang sudah punya kekasih.” Maksim menghela nafas berat mendengar Petrov yang terlihat antusias. “Sebaiknya kamu tidak mengusiknya, Petrov. Dia bukanlah orang yang mudah kita usik.” Tatapan tajam Petrov teruju pada Maksim. “Bukanlah orang
“Aku akan menunggu di bangku itu.” Karl menunjuk ke arah bangku yang tidak jauh dari toilet. Svetlana tidak bisa menahan senyumannya melihat Karl tampak keberatan lepas darinya. Entah mengapa dia merasa senang saat merasakan Karl selalu ingin bersamannya. Svetlana menganggukkan kepalanya kemudian dia berjalan masuk ke dalam toilet.Setelah membuka pintu toilet itu, Svetlana bergegas menghampiri salah satu bilik yang terbuka. Dia menutup pintu bilik itu dan melakukan ritual kecilnya.Setelah lega, Svetlana pun membuka pintu dan berjalan keluar dari bilik itu. Dia berjalan menghampiri wastafel untuk mencuci tangannya. Dia melihat ke arah cermin untuk melihat apakah riasannya mulai luntur. Namun tubuh Svetlana seketika membeku saat melihat dua pria keluar dari bilik toilet dan berjalan menghampirinya. Svetlana mematikan keran air dan bergegas menuju pintu keluar. Namun sebelum tangannya mencapai gagang pintu toilet, Maksim meraih tangan Svetlana dan mendorong tubuh gadis itu ke dinding.
“Apa kalian tahu kesalahan yang telah kalian perbuat? Kalian terlalu meremehkanku. Kalian pikir aku tidak akan bisa melawan meskipun kalian menangkap Svetlana? Jika itu yang kalian pikirkan, maka kalian sangatlah bodoh.”Karl mengambil botol pembersih yang ada di lantai. “Maafkan aku jika ini mengejutkanmu, Lana.”Karl melemparkan benda itu ke arah Maksim. Benda itu melayang dengan sangat cepat. Hingga akhirnya tepat mengenai dahi Maksim. Membuatnya laki-laki itu meringis kesakitan. Kelengahan itu membuat cutter di tangannya terjatuh ke lantai. Memanfaatkan kesempatan itu, Karl bergegas menghampiri laki-laki itu. Meraih tangan yang memeluk Svetlana, memelintirnya, lalu menendangnya dengan keras sehingga tubuh Maksim membentur dinding dan membuatnya meringis kesakitan.“Karl.” Suara itu membuat Karl menoleh. Dia bisa melihat Svetlana berusaha menutupi tubuhnya dengan kedua tangan. Mengingat blouse yang dia kenakan sudah robek dan kancingnya menghilang. Sehingga tidak bisa digunakan la
"Hhm…" Svetlana meringis menahan rasa sakit di lehernya. "Maafkan aku. Apakah aku terlalu kasar?" sesal Karl mengehntikan kegiatannya membersihkan luka gadis itu.Svetlana menggelengkan kepalanya. "Tidak, Karl. Bukan karena kamu terlalu kasar. Hanya saja alkoholnya membuat lukanya terasa perih.""Tahanlah sebentar lagi selesai. Karena hampir selesai." Karl berusaha sepelan mungkin agar tidak terlalu menyakiti gadis itu. Setelah bersih dari darah, Karl membuka plester dan menempelkannya ke luka Svetlana. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyum puas karena berhasil mengobati Svetlana. "Sudah selesai." Ucap Karl memberitahu gadis itu. Karl hendak membereskan peralatan sesuatu dengan perintah Czar. Namun gerakannya terhenti saat Svetlana hendak menarik kaos yang dikenakan oleh Karl.“Apa yang kamu lakukan, Lana?” tanya Karl bingung menhaan kedua tangan Svetlana.Gadis itu menatap Karl dengan tatapan bingung. “Tentu saja aku ingin memeriksa lukamu. Bukankah tadi kamu mengatakan aku b
Svetlana menoleh ke arah Karl yang berjalan di sampingnya. Laki-laki itu menjadi pendiam setelah dari ruang kesehatan. Bahkan milk tea yang diberikannya masih dipegang dan belum diminum sama sekali. Dan yang membuat Svetlana merasa aneh adalah Karl tidak menggenggam tangannya sama sekali. Sampai di samping motor Karl, Svetlana menahan tangan laki-laki itu. "Karl, apakah kamu tidak menyukai minumannya?" Karl yang tersadar dari pikirannya langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku menyukainya." Dia langsung meminum milk tea itu. "Ada apa denganmu? Apakah terjadi sesuatu saat aku pergi? Kenapa kamu terlihat aneh?" tanya Svetlana penasaran dengan perubahan yang terjadi pada laki-laki itu.Karl tidak langsung menjawab pertanyaan Svetlana. Tatapannya tertuju lurus pada wajah gadis di hadapannya. "Lana, Apakah kamu takut padaku?"Gadis itu memicingkan matanya mendengar pertanyaan Karl. "Takut padamu? Kenapa kamu bertanya seperti itu?"Karl menghela nafas berat. "Aku memiliki reputasi
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang