Dengan menggandeng tangan Liev, Natasha berjalan keluar dari pusat alat bantu dengar di Moscow. Langkahnya terhenti kemudian Natasha berlutut sehingga wajahnya sejajar dengan putranya. Terlihat wajah Liev tampak cerah karena bahagia mendapatkan alat bantu dengar yang lebih bagus daripada sebelumnya.
“Apa kau bisa mendengarkan Mom, Liev?” tanya Natasha memastikan alat itu bekerja dengan baik.
Bocah laki-laki itu menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. “Aku bisa mendengar suara Mom dengan sangat jelas.”
“Mom senang mendengarkannya, Jagoan.” Bibir Natasha melengkung lebar.
“Mom, apakah kita bisa mampir ke rumah sakit? Aku ingin berterimakasih pada Dad.” Pinta Liev.
Apa ya yang dilihat Natasha dan triplet ya?
“Kita bertemu lagi, Kak.” Valentine melambaikan tangan dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya. Tidak hanya Natasha yang terkejut dengan kehadiran Valentine. Triplet pun juga terdiam memandang gadis yang saat ini bergelayut manja di leangan Leon. Berbeda dengan kemarin saat Leon mendorong Valentine agar melepaskan pelukan di lengannya, kali ini Leon hanya diam tidak melakukan apapun. Jadi inikah rasa cemas yang kurasakan sejak tadi? Gumam Natasha dalam hatinya. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Natasha melengkah maju dan menyembunyikan anak-anak di belakang tubuhnya. Tak ingin wanita dengan otak tidak waras seperti Valentine melukai malaikat-malaikat kecilnya.
Iris berjalan keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya. Wanita bertubuh indah itu sudah mengenakan baju tidur berwarna pink. Untuk kesekian kalinya dia menguap karena rasa kantuk yang menyerangnya. Namun dia harus memberikan serum untuk menjaga kesehatan kulit wajahnya. Karena itu dia tetap menyeret tubuhnya menuju meja rias. Baru saja wanita itu duduk, sudah terdengar suara ketukan di pintu rumahnya. Dahi Iris berkerut mendengarnya. “Siapa yang bertamu jam sebelas malam begini?” gerutu Iris akhirnya menyeret langkahnya keluar kamar dan berjalan menuju pintu rumahnya. Saat membuka pintu rumah, dia terkejut melihat Natasha berdiri bersama ketiga anaknya. Iris berpikir karena Natasha akan menikah dengan ayah triplet sehingga mereka tidak akan kembali lagi ke
Leon berdiri di depan jendela ruang kerjanya. Tatapannya yang kosong memandang taman yang ada di depan rumahnya. Dua jam yang lalu Natasha dan anak-anak sudah pergi meninggalkan rumah. Membuat rumah itu menjadi sepi seperti sebelumnya. Kedua tangan Leon yang terkepal erat dimasukkan ke dalam saku celananya. Terdengar suara pintu ruangan terbuka membuat Leon menoleh. Dia bisa melihat kepala pelayan Stalin berjalan masuk mendekati Leon. “Apa kau sudah mempersiapkan kamar untuk Valentine?” tanya Leon saat melihat kepala pelayan itu berhenti tidak jauh darinya. Pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya. “Sudah, Tuan muda. Saat ini Miss Levitan sedang beristirahat. Saya juga sudah menyuruh seorang pelayan untuk melayaninya.”
Pintu belakang rumah dibuka. Terlihat Valentine berjalan keluar menghampiri Leon yang berdiri di halaman belakang rumahnya. Pria itu tidak menyadari kehadiran Valentine karena terlalu serius menembak. Suara keras dari pistol yang melepaskan peluru ke udara sangat memekakkan telinga. Tanpa rasa takut Valentine menghampiri Leon. Wanita itu mengulurkan tangannya menyentuh bahu Leon. Dengan satu tangannya Leon memegang tangan Valentine di bahunya. Satu tangannya lagi mengarahkan pistol ke kepala Valentine. Wanita itu mengangkat kedua tangannya menandakan tak ingin melakukan perlawanan. Seketika wajah cantik Valentine menjadi pucat pasi karena takut. "Kak Leon, ini aku. Apa kau akan menembakku?" tanya Valentine. Tatapan Leon memperlihatkan kebencian. Tapi
Iris mengamati Liev, Evelina dan juga Karl yang terlihat lahap memakan burger mereka. Padahal mereka sudah aktif bermain selama satu jam. Tapi tetap saja tenaga mereka tidak berkurang. Anak-anak itu bahkan masih terlihat bersemangat. “Anak-anak, bisakah kalian memberitahu Bibi apa yang terjadi dengan ayah kalian?” Iris berusaha mengorek informasi mengenai hubungan Natasha dengan Leon dari anak-anak. Dia merasa aneh ada seseorang yang bisa membalaskan dendam dengan cara terkejam seperti itu. “Tidak usah membicarakan Daddy, Bibi.” Ekspresi Evelina berubah kesal. “Memang ada apa, Eve? Bibi hanya ingin tahu permasalahannya. Mungkin saja Bibi bisa menasehati ibu kalian.” Evelina memandang kedua saudaranya. Liev d
"Kau sedang apa, Son?" Tanya Leon saat melihat Karl asyik bermain dengan smartphone-nya. Dia bahkan tidak memperdulikan dua saudaranya yang sedang menonton film kartun. “Aku sedang main game online, daddy. Lihatlah.” Jawab Karl sembari menunjukkan game di layar smartphone-nya. Leon duduk di samping putranya untuk melihat game itu. “Daddy dulu juga suka main game ini.” “Benarkah?” tanya Karl dengan mata berbinar. Leon menganggukkan kepalanya. “Tentu saja benar. Tapi sekarang Daddy sudah tidak lagi memainkannya.” Karl memicingkan mata melihat ayahnya. “Mengapa, Daddy? Bukankah game ini sangat seru?
"Bagus. Pertahankan ekspresi itu." Seru seorang pria yang membawa kamera DSLR. Pria bernama Phillip itu mengambil gambar Natasha yang berdiri di depan meja kerja. Natasha terlihat begitu cantik mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan rok pendek hitam. Rambut pirangnya sudah dikuncir sebagian di belakang kepalanya dihiasi dengan pita berwarna hitam. Wajahnya pun diberi riasan. Bibirnya dilapisi lipstik berwarna pink lembut. Di pergelangan tangan Natasha melilit sebuah jam yang harus ditonjolkan oleh wanita itu. “Okay, sudah selesai.” Phillip menghentikan sesi pemotretan yang sudah berlangsung selama satu jam. Natasha bisa bernafas lega karena akhirnya dia bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Josef menendang pintu kayu berwarna coklat gelap. Seketika engsel pintu itu langsung rusak sehingga Josef bisa melihat bagian dalam rumah itu. Pria itu menyingkirkan pintu yang masih saja menghalangi jalannya. Mendengar kedatangan Josef, satu persatu pria bertubuh kekar menghampirinya. Josef menatap tiga orang pria itu satu persatu. “Sepertinya kalian tidak membuat hal ini menjadi mudah. Baiklah. Aku akan memperlihatkan kekuatan keluarga Matvey.” Josef meremas kedua tangannya hingga mengeluarkan bunyi. Satu orang pria mengarahkan pistol ke arah Josef. Dengan gerakan cepat, Josef menghampiri pria itu. Dia menendang tangan pria itu sehingga pistol di tangannya terlempar. Josef memutar tubuhnya hingga tendangan berikutnya mengenai kepala pria itu dengan begitu keras
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang