"Bagus. Pertahankan ekspresi itu." Seru seorang pria yang membawa kamera DSLR.
Pria bernama Phillip itu mengambil gambar Natasha yang berdiri di depan meja kerja. Natasha terlihat begitu cantik mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan rok pendek hitam. Rambut pirangnya sudah dikuncir sebagian di belakang kepalanya dihiasi dengan pita berwarna hitam. Wajahnya pun diberi riasan. Bibirnya dilapisi lipstik berwarna pink lembut. Di pergelangan tangan Natasha melilit sebuah jam yang harus ditonjolkan oleh wanita itu.
“Okay, sudah selesai.” Phillip menghentikan sesi pemotretan yang sudah berlangsung selama satu jam.
Natasha bisa bernafas lega karena akhirnya dia bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Apa yang akan dilakukan Josef ya? Dan rumah siapa itu? Adakah yang bisa menebaknya?
Josef menendang pintu kayu berwarna coklat gelap. Seketika engsel pintu itu langsung rusak sehingga Josef bisa melihat bagian dalam rumah itu. Pria itu menyingkirkan pintu yang masih saja menghalangi jalannya. Mendengar kedatangan Josef, satu persatu pria bertubuh kekar menghampirinya. Josef menatap tiga orang pria itu satu persatu. “Sepertinya kalian tidak membuat hal ini menjadi mudah. Baiklah. Aku akan memperlihatkan kekuatan keluarga Matvey.” Josef meremas kedua tangannya hingga mengeluarkan bunyi. Satu orang pria mengarahkan pistol ke arah Josef. Dengan gerakan cepat, Josef menghampiri pria itu. Dia menendang tangan pria itu sehingga pistol di tangannya terlempar. Josef memutar tubuhnya hingga tendangan berikutnya mengenai kepala pria itu dengan begitu keras
"Anak-anak." Seru Natasha membuka pintu rumah.Namun tidak ada seruan triplet yang memanggilnya secara bersamaan. Keanehan itu membuat Natasha bertanya-tanya kemana perginya Iris bersama anak-anaknya."Liev, Eve, Karl? Dimana kalian?" tanya Natasha sembari berjalan masuk ke dalam rumah.Tidak ada tanda-tanda keberadaan anak-anaknya di ruang tamu. Rasa cemas menjalari hati dan pikirannya. Tapi Natasha berusaha untuk berpikir postiti. Akhirnya dia melangkah lagi menuju dapur."MOM!"Seruan itu membuat Natasha terlonjak kaget karena tiba-tiba triplet muncul dari balik dinding. Seketika dia menyentuh dadanya yang berdebar kencang karena
“Gavin?” panggil Natasha terkejut melihat sahabat Leon berdiri di depan pintunya dengan wajah babak belur dan kaki kanannya yang dibungkus oleh gips. Di tangannya pun memegang satu kruk untuk membantunya berjalan. “Natasha.” “Gavin apa yang terjadi padamu? Lalu apa yang kau lakukan di sini?” bingung Natasha melihat Gavin datang. Diia bertanya-tanya apakah Gavin datang bersama dengan Leon. “Aku kemari ingin bertemu denganmu, Nat.” “Bertemu denganku? Apakah Leon yang menyuruhmu kemari?” wanita itu memicingkan matanya. Gavin menggelengkan kepalanya. “Tidak. Leon tidak tahu aku kemari. Bisakah aku masuk. Berdiri dengan satu kaki terasa sangat le
“Bagus, Iris. Lanjutkan, Cantik.” Seru fotografer yang terus menerus mengambil foto Iris yang mengenakan gaun merah menyala. Karena menjelang natal sehingga semua produk mengambil tema natal. Termasuk merek sepatu yang sedang ditonjolkan oleh Iris. Sepatu hak tinggi itu tampak sangat cantik dikenakan oleh Iris. Membuat kulit putihnya tampak sangat kontras. “Oke. Sudah selesai. Kau bekerja dengan sangat bagus, Iris. Kau bisa beristirahat.” Ucap fotografer itu. “Terimakasih.” Iris pun berjalan menghampiri manajernya. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi dan merasa sangat lelah. Terutama di bagian kakinya. Kemudian wanita itu mengambil cup kopi dan meminumnya.
Iris membuka pintu mobilnya. Kemudian tatapannya tertuju pada Gavin yang berdiri tidak jauh darinya. “Masuklah.” Iris tersenyum membuat Gavin merasa merinding. Pasalnya senyuman Iris seperti seekor serigala yang siap menerkamnya. “Kita mau pergi ke mana?” “Bukankah tadi kau meminta bantuanku? Tentu saja pulang ke rumahku. Aku yakin Natasha sudah kembali.” Gavin menganggukkan kepalanya. “Baiklah. Kita pulang ke rumahmu.” Pria itu berjalan menuju mobil Iris dan masuk ke dalam. Dia menyimpan kruknya di bagian belakang mobil. Setelah menutup pintu di samping Gavin, Iris berjalan memutari mobilnya menuju tempat duduknya yang ada di samping Gavin. Setel
Natasha masih memikirkan ucapan Iris ketika mendengar suara ketukan di pintu. Tatapan Natasha dan Iris saling bertemu. “Apa kau bersama seseorang?” tanya Natasha. Iris meringis menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.”Itu pasti Gavin. Aku sudah menyuruhnya untuk menunggu. Tapi masih saja keras kepala. Natasha menghela nafas berat. “Masih saja tidak mau menyerah. Biar aku yang menemuinya. Iris memegang tangan sahabatnya yang sudah berdiri hendak pergi menuju pintu. “Jangan terlalu marah padanya. Kasihan dia. Lagipula dia hanya ingin melihatmu dan Leon bahagia.” “Mengataka tiba-tiba kau sangat membelanya?” curiga Natasha. &nbs
“Pergilah!” Satu kata itu yang keluar dari mulut Leon saat melihat Natasha. Tubuh wanita itu membeku di tempat mendengar ucapan Leon. Sebelumnya pria itu pernah mengusirnya. Tapi kali ini situasinya berbeda. Leon mengusirnya karena keinginan pria itu sendiri. Natasha menggelengkan kepalanya. “Tidak mau. Aku sudah terbang dari Paris kemari dan kau justru mengusirku.” “Aku tidak memintamu untuk terbang hanya untukku.” Leon mengalihkan pandangannya dari Natasha. Dia memilih memandang keluar jendela. Terlihat kesedihan mendalam di mata pria itu. “Kau tidak memintanya. Tapi aku menginginkannya, Leon. Aku…” “Hentikan, Natasha!” Leon menatap wanita itu d
Di kamar anak-anak, Natasha duduk di lantai untuk menemani anak-anak yang sedang membuat kartu natal untuk ayah mereka. Wanita itu mengambil warna pink lalu membantu Evelina mewarnai seekor ikan. Teman yang diambil putrinya adalah dunia bawah laut. Evelina menggambar berbagai macam hewan laut. Dari ikan, kura-kura, kepiting, bahkan gadis kecil itu juga menggambar kapal selam.“Mengapa kau memiliki dunia bawah laut, Eve?” tanya Natasha selesai mewarnai seekor ikan.“Karena aku ingin mengajak Dad untuk pergi ke akuarium raksasa, Mom. Dulu temanku pernah bercerita jika dia pergi ke akuarium raksasa. Dia mengatakan jika tempatnya sangat indah dan banyak ikan yang bisa kita lihat. Apakah kita bisa pergi ke sana, Mom?” tanya Evelina tampak begitu bersemangat.
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang