Tatapan Leon tertuju pada putranya yang saat ini sudah terlelap di sampingnya. Bahkan dalam tidur pun Liev tidak mau melepaskan pelukannya dari dirinya. Bibir Leon menyunggingkan senyuman. Ada kebahagian menyusup dalam hatinya ketika melihat putranya begitu bergantung padanya. Minggu lalu Leon mendapati kehidupannya begitu membosankan karena dia memilih untuk menyibukkan diri dalam pekerjaannya demi melupakan Natasha. Tapi sekarang wanita itu kembali bersama ketiga buah hati mereka yang sangat menggemaskan.
“Apa yang akan anda lakukan pada dua orang itu, Tuan muda?” tanya Ivan yang berdiri di dekat ranjang tempat Leon berbaring bersama Liev.
Karena saat ini Natasha sedang mengambil pakaian anak-anak, sehingga dia meninggalkan rumah sakit sejenak. Sehingga Ivan bisa bebas membahas langkah selanjutnya bersama Leon.
Ngakak deh. Ivan saja sampai melongo liat bosnya pura-pura sakit demi mendapatkan perhatian Natasha. Gemesin banget sih...
“DADDY!” Seru Evelina dan Karl berlari masuk ke dalam kamar di mana Leon dirawat. Leon yang sedang mengobrol dengan Liev langsung menoleh. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat dua anaknya berlari menghampirinya. “Hati-hati, Anak-anak. Daddy kalian masih sakit jadi jangan memeluknya terlalu keras.” Natasha memperingatkan Evelina dan Karl yang tampak bersemangat menghampiri ayah mereka. Evelina dan Karl bergantian memeluk ayah mereka. Kemudian mereka melompat ke atas ranjang sehingga bisa duduk di antara ayah mereka. Tatapan Evelina dan Karl tertuju pada Liev. “Liev, kau baik-baik saja?” tanya Evelina. Tapi Liev tampak kebingungan kar
Gavin segera turun dari mobil yang terparkir di depan rumah Leon. Pria itu bergegas berlari masuk ke dalam rumah. Dia bisa melihat kepala pelayan Stalin yang berdiri dengan gelisah. Segera Gavin menghampiri pria itu. “Di mana dia?” tanya Gavin. “Miss Levitan yang sedang duduk di ruang tamu menikmati secangkir teh.” Segera Gavin melangkah menuju ruang tamu. Ini adalah masalah yang sangat serius. Masalahnya adalah Valentine lebih mengerikan daripada musuh manapun. Pasalnya dia adalah gadis manja yang sangat terobsesi pada Leon. Bahkan saat kecil, Valentine pasti akan selalu melompat ke punggung Leon yang gendut kemudian melingkarkan lengannya ke leher Leon dan tidak mau melepaskannya. Bahkan gadis itu tidak mau bersama orang lain kecuali Leon.
Tidak perlu berterimakasih. Bukankah itu tugas seorang ayah. Memperhatikan anak-anaknya dan juga calon istrinya. Calon istri. Entah mengapa mendengar kata itu membuat Natasha merasa bahagia. Dia melupakan alasan mengapa dia meninggalkan Leon. Lalu dia teringat dengan ucapan Lucien. Jangan biarkan apapun menghalangi perasaanmu dan Leon. Atau kau akan menyesal kehilangan pria yang kau cintai. Pikirkan saja bagaimana perasaanmu padanya. Jangan pikirkan alasan lainnya. Kehilangan pria yang kucintai? Apakah aku harus menerima perasaan Leon kembali? Tapi bagaimana dengan ayah pria itu? Akankah aku bisa menerima kenyataan pahit itu? Pertanyaan demi pertanyaan itu berputar-putar dalam pikiran Natasha.
“Natasha.” Langkah Natasha yang berjalan menyusuri lorong rumah sakit terhenti. Tatapannya tertuju pada Gavin yang berdiri tidak jauh darinya. “Gavin?” Natasha ingat benar sahabat Leon yang dulu pernah menjaganya. “Sudah lama tidak bertemu denganmu, Natasha.” Natasha menganggukkan kepalanya. “Ya, sudah lama tidak bertemu denganmu.” “Mom, siapa paman ini?” tanya Evelina menarik tangan ibunya. Natasha menunduk untuk melihat putrinya yang berada di sisi kirinya. “Dia adalah sahabat ayahmu. Namanya paman Gavin. Berikan salam padanya.”
“Kau pasti bercanda.” Ucap Natasha saat membuka kamar triplet. “WOW! KEREN!” Seru Liev, Evelina dan Karl secara bersamaan. Natasha menoleh ke arah Gavin dan kepala pelayan Stalin. “Bukankah ini terlalu berlebihan?” Gavin mengangkat kedua bahunya. “Jangan protes padaku. Aku hanya menjalan perintah dari Leon.” “Tuan muda hanya ingin memanjakan anak-anaknya, Miss Vasilkov.” Ucap kepala pelayan Stalin dengan tenang. Memanjakan? Natasha berpikir Leon terlalu memanjakan anak-anaknya. Bahkan kamar ini seratus atau bahkan seribu kali lebih bagus dibandingkan kamar mereka yang ada di Paris. Di sisi sebelah kiri jelas menjadi spot terbaik untuk Evelina. Tem
“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Leon melihat Natasha sedang melamun. Wanita itu tersadar dari lamunannya dan menggelengkan kepalanya. “Tidak ada.” “Kau tidak sedang berbohong padaku bukan, Moy lev?” Leon memicingkan matanya tidak percaya. “Untuk apa aku berbohong padamu. Katanya kau tidak bisa makan karena tanganmu sakit.” “Tanganku memang sakit. Aku tidak bisa menggerakkannya. Aahh…” Leon berpura-pura meringis sakit saat menggerakkan tangannya. “Baiklah. Baiklah. Aku akan menyuapimu.” Natasha mengambil piring di atas meja dan mulai menyuapi Leon. Pria itu mirip sekali
Setelah selesai mengganti perban di bahu Leon, dokter dan perawat itu bergegas keluar. Mereka begitu gugup terlalu dekat dengan pria paling ditakuti di kota itu. Senyuman lebar Leon mengembang di wajahnya ketika menatap Natasha yang berdiri di sampingnya. “Jadi hadiah apa yang ingin kau berikan padaku, Moy lev?” tanya Leon tak sabar. “Hadiah, ya? Hmm… ini hadiah yang ingin kuberikan.” Natasha menunduk untuk mencium pipi pria itu. Kemudian kedua tangannya terulur mengelus rambut Leon. “Anak pintar.” Leon mendengus tak percaya karena melihat Natasha memperlakukannya seperti anak mereka. “Aku bukan Liev atau Karl, Moy lev. Bagaimana bisa ciuman itu disebut hadiah?” “Tapi kau terlihat sangat manja seperti
“Apa kau sudah melupakanku? Mengapa kau tidak menelponku?” suara Iris yang keras membuat Natasha harus menjauhkan smartphone dari telinganya. Tepat saat Natasha kembali ke rumah Leon, sahabatnya itu menelpon. Setelah iris selesai dengan omelannya, Natasha kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya. “Maafkan aku, Iris. Banyak hal terjadi di sini. Jadi aku lupa untuk menelponmu.” “Apa yang terjadi? Apakah terjadi hal buruk dengan anak-anak?” cemas Iris. “Apa kau hanya peduli pada triplet dibandingkan aku?” “Mau bagaimana lagi. Hanya anak-anak yang masih menghubungiku. Bukankah mereka jauh lebih baik dibandingkan ibu mereka.” Ucap Iris terdengar kesal.
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang