Kelopak mata Leon bergerak sebelum akhirnya terbangun. Pria itu memicingkan matanya saat caha sinar matahari menyengat matanya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya bisa beradaptasi dengan cahaya terang di kamar itu. Lalu Leon menyadari sesuatu. Dia tidak merasakan beban berat di bahu kirinya. Tangan kirinya menyentuh tempat kosong di sampingnya. Saat Leon menoleh, dia tidak menemukan Natasha di sampingnya. Bahkan bantal di sampingnya terasa sangat dingin. Segera pria itu menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dengan hanya mengenakan celana pendeknya, Leon berjalan menuju kamar mandi.
“Moy lev?” panggil Leon saat membuka pintu kamar mandi.
Namun Leon tidak menemukan sang kekasih di dalam kamar mandi. Leon bergegas menghampiri ranjang. Dia mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja. Namun tatapan L
Wah.... Bapaknya Leon keren abiz euy. Baru jalan saja sudah ditakutin. Chapter berikutnya ada kejutan lho. Kejutan apa? Langsung meluncur ya...
Enam tahun kemudian. Natasha duduk di kursi kayu di dalam sebuah ruangan. Dia melipat kedua tangannya di depan dada berusaha untuk tetap bersabar. Di hadapannya seorang wanita bertubuh gemuk terus saja mengomel tanpa henti membuat telinga Natasha terasa panas. Dia melihat penampilan wanita itu. Dengan terusan yang dibuat khusus untuknya serta berbagai perhiasan menempel di tubuhnya seperti toko berjalan. Membuat Natasha yakin wanita itu hanya wanita manja yang selalu mengandalkan uang suaminya. “Apa kau sudah selesai, Madam Zennatti?” tanya Natasha setelah melihat wanita berambut coklat itu berhenti berbicara dan tampak terengah-engah. “Aku sudah mengeluarkan pendapatku.” Wanita dari keluarga Zennatti itu membuang muka dengan begitu sombongnya.
Natasha menjatuhkan tubuhnya di kursi sembari menghela nafas berat. Dia memijat keningnya saat merasakan kepalanya mulai terasa pusing. “Kau terlihat lesu. Apa yang terjadi?” Natasha menoleh. Dia bisa melihat seorang wanita cantik berambut coklat muda duduk di sampingnya. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu bernama Iris Perrier. Dia adalah sahabat Natasha saat wanita itu melanjutkan studinya. Iris selalu membantu Natasha bahkan ketika wanita itu tidak memiliki tempat tinggal Iris menawarkan Natasha dan anak-anaknya untuk tinggal di rumahnya. Bahkan Iris juga membantu mengurus triplet. “Aku tidak percaya status ekonomi bisa membuat seseorang memperlakukan orang lain dengan berbeda.” Gerutu Natasha. “Tu
Leon meletakkan gelas wiski dengan keras di atas meja. Wajah tampan pria itu tampak sangat kesal. Setelah enam tahun berlalu, Leon banyak sekali berubah. Pria yang dulunya lebih menyukai pakaian kasual, sekarang dia jauh lebih sering mengenakan setelan berkualitas terbaik. Dulunya Leon tidak mempedulikan tatanan rambutnya. Berbeda dengan Leon sekarang yang selalu menyisir ke belakang dengan sangat rapi. Bahkan status Leon sudah berbeda. Dia tidak lagi putra dari pemimpin mafia Zeno. Tapi dia sekarang adalah pemimpin mafia Zeno. Sejak Natasha meninggalkannya, Leon meminta sang ayah untuk mengajari dirinya menjadi seperti ayahnya. Dengan perjuangan yang keras, Leon bisa mempelajari segalanya dan berhasil menjadi orang paling berkuasa di Moscow. Tapi tetap saja menjadi pemimpin mafia Zeno tidak bisa membuat Leon berbuat seenaknya sendiri.
Langkah kaki Natasha menginjak bandara Internasional Sheremetyevo setelah melakukan perjalanan selama hampir empat jam. Ini pertama kalinya sejak enam tahun yang lalu ketika Natasha meninggalkan negara ini. Tidak banyak yang berubah. Tapi rasa gugup Natasha tidak berubah. Terutama menyangkut Leon Matvey. “Ada apa, Natasha? Mengapa kau terlihat begitu gugup? Apa kau takut kembali kemari?” tanya Lucien berdiri di samping Natasha mengamati wanita itu. Natasha menggelengkan kepalanya. “Tidak ada apa. Aku sama sekali tidak gugup. Sebaiknya kau tidak perlu memperhatikan aku seperti itu, Monsieur Godard. Aku tidak ingin kita terlalu akrab.” Lucien menyentuh bahu Natasha. “Aku hanya mengkhawatirkanmu, Natasha.”
Leon berlari memasuki rumahnya. Saat mendengar kepala pelayan Stalin mengatakan ada tiga anak kembar dengan salah satunya mirip dengan Leon, membuat pria itu tidak mempedulikan apapun lagi dan segera pulang. Dia bahkan meminta Ivan untuk membatalkan pertemuan pentingnya dengan Lucien Godard. “Di mana mereka?” tanya Leon saat menghampiri pria paruh baya yang berdiri menunggunya. “Mereka kelaparan. Jadi saya mengantarkan mereka ke meja makan untuk makan siang.” Kepala pelayan Stalin menunjuk ke lorong yang menghubungkan dengan ruang makan. Segera Leon berlari menyusuri lorong itu. Langkahnya berhenti sampai di ujung lorong. Tatapannya tertuju pada tiga anak kecil berusia lima tahunan tengah bersemangat menikmati makanan mereka. Mendengar langkah kaki Leon, ketiga anak it
“Tidak apa-apa, Mr. Zakharov. Kita bisa bertemu lain kali.” Ucap Lucien setelah Ivan menjelaskan jika Leon tidak bisa bertemu dengannya. “Karena merasa tidak enak, Mr. Matvey mengundang anda dalam pesta yang akan diadakan dua hari lagi.” “Pesta?” Lucien terkejut dirinya mendapatkan undangan dari pria paling berkuasa di Rusia. “Benar. Dua hari lagi adalah ulang tahun Tuan besar Matvey. Karena itu Tuan muda mengadakan pesta. Kami akan mengirimkan undangannya pada anda.” “Apakah aku boleh mengundang seorang teman?” tatapan Lucien beralih pada Natasha yang duduk di kursi tak jauh darinya. “Tentu saja boleh. Kami akan menyambut anda dan juga tema
Natasha menyelimuti tubuh triplet yang sudah rapi mengenakan piyama garis-garis berbeda warna. Liev berwarna merah, sedangkan Evelina berwarna pink dan Karl berwarna hijau. “Apa kalian sangat menikmati hari ini?” tanya Natasha. Liev menganggukkan kepalanya. “Sangat menikmatinya, Mom. Terutama saat kami bermain air.” Evelina menyenggol bahu saudaranya untuk memperingatkaan Liev agar tidak melanjutkan ucapannya. Sedangkan Natasha memicingkan matanya menatap curiga ke arah anak-anaknya. “Bermain air?” tanya Natasha memastikan. “Maksud Liev saat kamu bermain air di bath up, Mom. Kami bermain jadi bajak laut.” Jelas Karl mencari alasan lain sebelum ibu
“Jika kalian memakannya dalam jumlah banyak, kalian bisa membuat otak kalian membeku.” Jelas Leon saat membawa anak-anak ke sebuah restoran di mana banyak pilihan es krim yang sangat disukai oleh mereka. Liev suka es krim dengan campuran pisang dan coklat. Sedangkan es krim favorit Evelina adalah stroberi. Dan Karl memilih es krim coklat dengan campuran kacang sama seperti ayah mereka. “Otak bisa membeku?” tanya Liev heran. “Tentu saja. Apa kalian mau mencobanya bersama?” Triplet menganggukkan kepalanya penuh semangat. Leon menyendokkan es krim dalam jumlah banyak. Dia melihat anak-anak mengikuti mereka. Kemudian dia memakan es krim itu. Seketika dia memejamkan matanya saat merasakan dingin menyebar dari mulut sampai ke otak mereka. Perasaan itu membuat anak-anak berse
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang