Enam tahun kemudian.
Natasha duduk di kursi kayu di dalam sebuah ruangan. Dia melipat kedua tangannya di depan dada berusaha untuk tetap bersabar. Di hadapannya seorang wanita bertubuh gemuk terus saja mengomel tanpa henti membuat telinga Natasha terasa panas. Dia melihat penampilan wanita itu. Dengan terusan yang dibuat khusus untuknya serta berbagai perhiasan menempel di tubuhnya seperti toko berjalan. Membuat Natasha yakin wanita itu hanya wanita manja yang selalu mengandalkan uang suaminya.
“Apa kau sudah selesai, Madam Zennatti?” tanya Natasha setelah melihat wanita berambut coklat itu berhenti berbicara dan tampak terengah-engah.
“Aku sudah mengeluarkan pendapatku.” Wanita dari keluarga Zennatti itu membuang muka dengan begitu sombongnya. Anaknya Natasha gemesin ya... Kembar 3 pula. Bulan Desember akan ada Giveaway ikutan yukss...
Natasha menjatuhkan tubuhnya di kursi sembari menghela nafas berat. Dia memijat keningnya saat merasakan kepalanya mulai terasa pusing. “Kau terlihat lesu. Apa yang terjadi?” Natasha menoleh. Dia bisa melihat seorang wanita cantik berambut coklat muda duduk di sampingnya. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu bernama Iris Perrier. Dia adalah sahabat Natasha saat wanita itu melanjutkan studinya. Iris selalu membantu Natasha bahkan ketika wanita itu tidak memiliki tempat tinggal Iris menawarkan Natasha dan anak-anaknya untuk tinggal di rumahnya. Bahkan Iris juga membantu mengurus triplet. “Aku tidak percaya status ekonomi bisa membuat seseorang memperlakukan orang lain dengan berbeda.” Gerutu Natasha. “Tu
Leon meletakkan gelas wiski dengan keras di atas meja. Wajah tampan pria itu tampak sangat kesal. Setelah enam tahun berlalu, Leon banyak sekali berubah. Pria yang dulunya lebih menyukai pakaian kasual, sekarang dia jauh lebih sering mengenakan setelan berkualitas terbaik. Dulunya Leon tidak mempedulikan tatanan rambutnya. Berbeda dengan Leon sekarang yang selalu menyisir ke belakang dengan sangat rapi. Bahkan status Leon sudah berbeda. Dia tidak lagi putra dari pemimpin mafia Zeno. Tapi dia sekarang adalah pemimpin mafia Zeno. Sejak Natasha meninggalkannya, Leon meminta sang ayah untuk mengajari dirinya menjadi seperti ayahnya. Dengan perjuangan yang keras, Leon bisa mempelajari segalanya dan berhasil menjadi orang paling berkuasa di Moscow. Tapi tetap saja menjadi pemimpin mafia Zeno tidak bisa membuat Leon berbuat seenaknya sendiri.
Langkah kaki Natasha menginjak bandara Internasional Sheremetyevo setelah melakukan perjalanan selama hampir empat jam. Ini pertama kalinya sejak enam tahun yang lalu ketika Natasha meninggalkan negara ini. Tidak banyak yang berubah. Tapi rasa gugup Natasha tidak berubah. Terutama menyangkut Leon Matvey. “Ada apa, Natasha? Mengapa kau terlihat begitu gugup? Apa kau takut kembali kemari?” tanya Lucien berdiri di samping Natasha mengamati wanita itu. Natasha menggelengkan kepalanya. “Tidak ada apa. Aku sama sekali tidak gugup. Sebaiknya kau tidak perlu memperhatikan aku seperti itu, Monsieur Godard. Aku tidak ingin kita terlalu akrab.” Lucien menyentuh bahu Natasha. “Aku hanya mengkhawatirkanmu, Natasha.”
Leon berlari memasuki rumahnya. Saat mendengar kepala pelayan Stalin mengatakan ada tiga anak kembar dengan salah satunya mirip dengan Leon, membuat pria itu tidak mempedulikan apapun lagi dan segera pulang. Dia bahkan meminta Ivan untuk membatalkan pertemuan pentingnya dengan Lucien Godard. “Di mana mereka?” tanya Leon saat menghampiri pria paruh baya yang berdiri menunggunya. “Mereka kelaparan. Jadi saya mengantarkan mereka ke meja makan untuk makan siang.” Kepala pelayan Stalin menunjuk ke lorong yang menghubungkan dengan ruang makan. Segera Leon berlari menyusuri lorong itu. Langkahnya berhenti sampai di ujung lorong. Tatapannya tertuju pada tiga anak kecil berusia lima tahunan tengah bersemangat menikmati makanan mereka. Mendengar langkah kaki Leon, ketiga anak it
“Tidak apa-apa, Mr. Zakharov. Kita bisa bertemu lain kali.” Ucap Lucien setelah Ivan menjelaskan jika Leon tidak bisa bertemu dengannya. “Karena merasa tidak enak, Mr. Matvey mengundang anda dalam pesta yang akan diadakan dua hari lagi.” “Pesta?” Lucien terkejut dirinya mendapatkan undangan dari pria paling berkuasa di Rusia. “Benar. Dua hari lagi adalah ulang tahun Tuan besar Matvey. Karena itu Tuan muda mengadakan pesta. Kami akan mengirimkan undangannya pada anda.” “Apakah aku boleh mengundang seorang teman?” tatapan Lucien beralih pada Natasha yang duduk di kursi tak jauh darinya. “Tentu saja boleh. Kami akan menyambut anda dan juga tema
Natasha menyelimuti tubuh triplet yang sudah rapi mengenakan piyama garis-garis berbeda warna. Liev berwarna merah, sedangkan Evelina berwarna pink dan Karl berwarna hijau. “Apa kalian sangat menikmati hari ini?” tanya Natasha. Liev menganggukkan kepalanya. “Sangat menikmatinya, Mom. Terutama saat kami bermain air.” Evelina menyenggol bahu saudaranya untuk memperingatkaan Liev agar tidak melanjutkan ucapannya. Sedangkan Natasha memicingkan matanya menatap curiga ke arah anak-anaknya. “Bermain air?” tanya Natasha memastikan. “Maksud Liev saat kamu bermain air di bath up, Mom. Kami bermain jadi bajak laut.” Jelas Karl mencari alasan lain sebelum ibu
“Jika kalian memakannya dalam jumlah banyak, kalian bisa membuat otak kalian membeku.” Jelas Leon saat membawa anak-anak ke sebuah restoran di mana banyak pilihan es krim yang sangat disukai oleh mereka. Liev suka es krim dengan campuran pisang dan coklat. Sedangkan es krim favorit Evelina adalah stroberi. Dan Karl memilih es krim coklat dengan campuran kacang sama seperti ayah mereka. “Otak bisa membeku?” tanya Liev heran. “Tentu saja. Apa kalian mau mencobanya bersama?” Triplet menganggukkan kepalanya penuh semangat. Leon menyendokkan es krim dalam jumlah banyak. Dia melihat anak-anak mengikuti mereka. Kemudian dia memakan es krim itu. Seketika dia memejamkan matanya saat merasakan dingin menyebar dari mulut sampai ke otak mereka. Perasaan itu membuat anak-anak berse
“Wow! Mom cantik sekali.” Puji Evelina melihat ibunya dalam balutan gaun merah. Gaun itu sangat sederhana. Berpotongan sebatas lutut dengan ikat pinggang berpita yang melilit di perut langsingnya. Gaun itu tidak memiliki kengan. Hanya ada sweethear neckline yang bergelombang melintasi bahu sang ibu. “Terimakasih, Sayangku. Untung saja Bibi Iris memasukkan gaunnya ini di dalam tas. Kalau tidak, Mom tidak tahu harus mengenakan apa.” “Apapun yang Mom kenakan selalu terlihat cantik.” Celetuk Liev. Bibir Natasha tersenyum mendengar ucapan putra sulungnya. “Kau benar-benar mirip dengan ayahmu. Dia selalu berkata manis seperti itu.” “Dad selalu ber