Share

Cerita Clara

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tidak tahu apa yang kamu rasakan, tapi aku yakin kalau kamu mampu mengatasi semua ini," kata Liqa menguatkan Clara.

Clara menghapus air matanya, dengan perlahan ia mulai menceritakan semua permasalahan yang sedang ia hadapi.

"Beberapa hari aku hanya bisa menangis dan mengurangi interaksi dengan Papa dan Mama, juga dengan Stefan dan Stella. Aku tidak punya teman untuk bercerita dan berkeluh kesah. Akhirnya aku berpikir panjang. Kalau aku mencari orang tua kandungku, apa yang akan aku lakukan kalau sudah bertemu mereka? Bukankah mereka memang sudah membuangku? Apakah mereka akan menerimaku?"

"Tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan Papa dan Mama. Mama sedang menangis, hatiku menjadi tersentuh. Aku pun berpikir lagi. Bukankah selama ini Papa dan Mama yang selalu ada disisiku? Selalu memenuhi kebutuhanku, dan aku merasa sangat bersalah. Selama ini sikapku sangat jelek. Aku benar-benar seperti berada di persimpangan jalan. Aku butuh orang untuk menguatkan aku."

"Siang itu aku sengaja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Widia Dara
Lanjut ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Terlalu Gengsi

    Sudah beberapa hari Rosita tidak berkomunikasi dengan Farhan. Ia terlalu gengsi untuk memulainya, padahal ia butuh uang untuk kuliah Melia. Melia sudah keluar dari rumah sakit, tapi belum kuliah lagi. Ia merasa malu pada dirinya sendiri, apalagi karena sudah mengecewakan Farhan.Pikirannya menjadi buntu, bingung mau melakukan apa? Kondisi keuangannya sudah mulai menipis. Mau kemana lagi ia mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, belum lagi memenuhi gaya hidupnya yang selama ini sangat tinggi."Bu, lebih baik aku berhenti kuliah saja," kata Melia dengan pelan."Kenapa?" Rosita mengernyitkan dahinya."Darimana biaya untuk kuliah? Belum lagi biaya yang lainnya." Melia menghela nafasnya."Kamu nggak usah memikirkan semua itu. Biar Ibu yang memikirkannya." Rosita menenangkan Melia."Kenapa Ibu nggak menelpon Ayah?""Untuk apa?""Ibu dan Ayah kan suami istri, masa tidak ada komunikasi sama sekali?""Nggak usah sok tahu kamu." Rosita menjawab dengan ketus.Melia terdiam mendengar

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Memberi Pilihan

    "Ada apa, Mel?" tanya Rosita dengan pelan. Melia masih belum merespon pertanyaan ibunya, pikirannya melayang kemana-mana. Ia menjadi bimbang."Mel," panggil Rosita."Mel!" Rosita menyentuh tangan Melia, membuat Melia sangat terkejut. Melia pun menoleh ke arah ibunya."Ada apa, Bu?" tanya Melia."Justru Ibu bertanya sama kamu. Ada apa?""Pesan dari siapa? Kok Ibu lihat, wajahmu berubah ketika membaca pesan itu. Apa yg kamu pikirkan?" lanjut Rosita.Melia sendiri bingung, apa yang harus ia katakan kepada ibunya. Farhan memberikan pilihan yang sulit untuk ia putuskan sendiri."Ini lho, Bu, teman-teman kuliahku ada yang nanya, kenapa aku nggak kuliah." Melia akhirnya berbohong pada ibunya."Bilang saja kamu sedang sakit.""Jangan, Bu. Mereka nanti malah kesini, melihat kondisiku yang seperti ini akan menimbulkan banyak pertanyaan.""Kamu malu dengan kelakuanmu sendiri? Apa kamu menyesal?""Iya, Bu." Melia menjawab dengan pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Ia sedih jika mengingat pesan dar

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Ibu Pulang

    “Kamu selalu mengganggu pikiranku,” kata Keenan sambil memandang foto Liqa yang ia ambil tadi. Keenan segera meletakkan ponselnya ketika Liqa sudah mendekati mobilnya dan masuk."Maaf Mas, tadi kelamaan ya?" "Enggak kok. Kemana lagi sekarang? Mau belanja nggak?""Enggak Mas. Kemarin sudah belanja."Keenan segera melajukan mobilnya dengan perlahan. Liqa memberi arahan jalan yang akan dilalui. Mobil pun masuk ke sebuah perumahan. Ternyata rumah yang dikontrak Liqa tidak jauh dari pintu masuk perumahan."Itu Mas, rumah warna kuning," kata Liqa."Oke." Keenan memperlambat laju mobilnya, akhirnya berhenti tepat di depan rumah berwarna kuning.Liqa segera turun dari mobil dan kemudian mengetuk pintu rumah dan mengucapkan salam. Tak lama kemudian, tampak Aksa yang membukakan pintu."Ayo masuk, Mas. Nggak usah sungkan ada Aksa, kok," ajak Liqa."Iya, Mas. Ayo masuk ke dalam." Aksa menimpali ucapan Liqa."Terima kasih." Keenan masuk mengikuti Aksa.Keenan pun duduk di ruang tamu dengan beral

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Sudah Dewasa

    "Bu, ini sarapannya. Mie celor yang Liqa beli ini enak sekali." Liqa berkata sambil mengeluarkan makanan yang ia beli. Ada mie celor dan pempek.Pagi ini Liqa membeli sarapan sekalian makanan yang lebih banyak dari biasanya. Untuk persediaan ibunya, ketika ia tinggal kuliah. "Banyak sekali kamu beli makanannya? Apa setiap hari kami seperti ini?""Enggak Bu. Biasanya hanya satu bungkus saja. Nanti kan Liqa kuliah, jadi biar ibu nggak kelaparan di rumah."Sari hanya tertawa mendengar ucapan Liqa."Kalau Ibu lapar, Ibu bisa beli makanan atau bikin mie.""Ya biar Ibu nggak repot-repot keluar atau pun memasak. Nanti Liqa pulang Ibu mau dibeliin makanan apa?" tanya Liqa."Kamu ini, yang dibahas kok makanan terus sih. Untuk nanti ya dipikirkan nanti."Liqa menyiapkan piring untuk tempat mie celor."Ayo makan, Bu." Liqa menyendokkan makanan ke mulutnya. Sari pun mengikuti apa yang dilakukan Liqa. Mereka menikmati makanan sambil bercerita. Setelah selesai, Liqa pun bersiap untuk berangkat ku

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Pulang

    Dari kejauhan Liqa melihat ada mobil yang berdiri di depan rumah kontrakannya. Ia tidak mengenali mobil itu. Seketika jantung Liqa berdetak dengan kencang, takut terjadi sesuatu dengan ibunya. Begitu turun dari ojek, Liqa langsung masuk ke dalam rumah. Terdengar suara perempuan yang tidak asing sedang tertawa bersama dengan ibunya."Liqa, sudah pulang kamu, Nak?" tanya Sari. "Eh, Liqa sudah pulang ya?" tanya Citra. Ternyata ada Citra yang main ke rumah Liqa."Iya, Tante! Kirain tadi siapa tamunya Ibu. Soalnya mobilnya tidak Liqa kenal." Liqa mendekati Citra dan menyalaminya."Oh, itu mobil teman yang punya bengkel. Mobil Tante sedang diservis, tapi antri. Daripada nunggu lama, akhirnya yang punya bengkel meminjamkan mobil pada Tante." Citra menjelaskan."Oh." Terdengar suara Liqa yang sangat lega."Tante sudah lama?" tanya Liqa lagi."Sudah. Sudah banyak cerita dengan ibumu, yang sedih juga bahagia. Ketemu sama Clara nggak?" tanya Citra dengan antusias."Enggak Tante, biasanya sih ke

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Mengungkit Kebaikan

    Banyak rencana yang akan dikerjakan hari ini. Setelah sarapan, Sari dan anak-anaknya akan pergi ziarah ke makam Riswan. Satu-satunya keluarga yang ia miliki. Dengan menggunakan dua motor, mereka pun pergi ke makam.Setelah mencari makam seperti yang sudah diarahkan oleh Pak Umar, akhirnya ketemu juga makam dengan nisan bernama Riswan. Makam tampak tak terawat. Perlahan, Sari dan kedua anaknya mencabuti rumput yang tumbuh subur di makam itu."Wak, Sari datang bersama anak-anak mengunjungi Uwak. Semoga Uwak berada di tempat yang terindah dan diterima semua amal ibadah Uwak." Sari berkata dengan perlahan sambil berlinang air mata. Mengingat semua kejadian yang sudah lampau. Dulu saat Sari tinggal di rumah Riswan, Riswan lah yang selalu membela Sari ketika ia dimarah-marahi oleh Yana. Bahkan terkadang ia dibedakan lauknya ketika makan. Secara sembunyi-sembunyi, Riswan akan memberinya lauk yang sama dengan yang lainnya. Riswan juga yang selalu memberi uang jajan lebih mengingat semua itu,

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Luka Batin

    "Liqa?" Esti menyambut Liqa dengan senyuman. Liqa tersenyum dan menghambur di pelukan Esti. "Kok kamu nggak bilang-bilang kalau mau kesini. Oh itu Aksa ya?" kata Esti sambil melepaskan pelukannya."Iya Tante." Aksa pun memberi salam pada Esti. "Esti," panggil Sari sambil menampakkan diri dari persembunyiannya.Esti tercekat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. "Sari?" Esti seolah tidak percaya melihat siapa yang berdiri di depannya."Kamu nggak mau memelukku?" kata Sari sambil meneteskan air mata.Esti yang masih tampak shock segera memeluk Sari. Mereka berdua pun larut dalam tangisan sambil berpelukan. Liqa dan Aksa hanya mengamati Sari dan Esti, dia sahabat yang saling melepas rindu."Ayo masuk," kata Esti sambil melepaskan pelukannya. Esti pun menggandeng tangan Sari dan mengajaknya masuk."Dek, kayaknya kita dilupakan ya?" celetuk Liqa menyindir Esti dan Sari. Aksa hanya tertawa."Enggak dilupakan, hanya sedikit terabaikan. Ayo masuk," kata Esti sambil tertawa.Merek

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Penyesalan

    Ditempat lain, tampak Liqa dan Aksa masuk ke halaman rumah mereka dulu yang sekarang ditempati oleh ayahnya dan istri. Mereka tadi mampir dulu ke mini market untuk membeli makanan yang nantinya akan diberikan untuk ayah mereka."Rumahnya nggak berubah ya, Mbak?" tanya Aksa. "Iya. Tapi dalamnya banyak yang berubah."Aksa hanya manggut-manggut saja. Ia memang sudah lama sekali tidak mengunjungi rumah ini. Ia juga jarang berinteraksi dengan ayahnya dan Rosita. Sehingga tidak pernah berkonflik dengan mereka. Perlahan mereka sudah sampai di depan pintu. Liqa segera mengetuk pintu rumah, belum ada jawaban dari penghuni rumah. Liqa mengetuk lagi sambil mengucapkan salam, masih belum ada jawaban juga.Tak lama kemudian terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah. Liqa tahu kalau itu mobil ayahnya."Jangan menyebut nama Ibu di depan ayah, ya?" bisik Liqa pada Aksa."Iya, Mbak. Aksa juga tahu."Begitu mobil berhenti, keluarlah Farhan, Rosita dan Melia. Farhan segera menghampiri anak-ana

Bab terbaru

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Ending

    Farida terdiam mendengar kata-kata Liqa, tapi ia masih penasaran dengan keluarga Keenan.Tiba-tiba muncul Keenan, ia mendengar Liqa berkata dengan suara yang agak keras. Ia khawatir jika Liqa sedang marah. Ia pun mendekati Liqa, yang tampak terengah-engah karena berbicara panjang lebar.“Sabar, Sayang,” bisik Keenan. Mata Liqa sudah berkaca-kaca, ia sudah sangat kesal dengan Farida.“Ajak Liqa masuk ke kamar, biar dia tenang,” kata Sari pada Keenan.“Ayo Sayang,” ajak Keenan sambil menggandeng tangan Liqa. Mereka berdua berjalan menuju ke kamar.Sampai di kamar Liqa langsung menangis tersedu-sedu.“Kenapa Tante Farida sangat jahat pada Liqa dan Ibu? Selalu saja menghina dan mengejek kami. Nanti kalau aku buka semua aib suaminya, bisa stroke dia.” Liqa berkata dengan pelan.“Aib suaminya? Om Hendri?”Liqa mengangguk. Dengan perlahan Liqa menceritakan tentang Hendri. Ketika dulu Hendri mendekati Sari. Keenan mendengarkan dengan seksama, walaupun ia sangat terkejut dengan fakta yang ia d

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Keluarga Terpandang

    Terdengar suara orang mengucapkan salam, Hendri dan Liqa langsung menoleh ke arah pintu. “Waalaikumsalam,” sahut Liqa, ia tidak terkejut karena ia hafal betul suara itu. Hendri sangat terperanjat melihat siapa yang datang, begitu juga dengan Farhan. Ia tak kalah syoknya melihat Hendri ada disini.“Kok kamu ada disini, memangnya pernah kesini ya, dengan siapa? Farida mana?” Farhan memberondong Hendri dengan beberapa pertanyaan. Farhan baru saja pulang dari menemui Rosita, diantar oleh Aksa.“Aku memang pernah kesini, mengunjungi Liqa. Farida sedang bertemu dengan teman-temannya.” Hendri menjawab pertanyaan Farhan. Ia merasa heran dengan kehadiran Farhan disini, apalagi ini rumahnya Sari. Ia ingin bertanya, tapi takut nanti malah menjadi bumerang bagi dirinya.Farhan merasa kalau ada yang aneh dengan sikap Hendri, ia pun menemani Hendri ngobrol. Kesempatan ini dimanfaatkan Liqa untuk masuk ke dalam.“Kok Hendri kamu tinggal?” tanya Pak Umar.“Ayah sudah pulang, biar ngobrol sama Ayah s

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Kedatangan Hendri

    “Apa kabar Rosita,” sapa Farhan ketika mengunjungi Rosita di rumah Citra, sehari setelah Liqa menikah. Rosita dan Yana yang sedang duduk tampak kaget dengan kedatangan Farhan. Farhan datang kesini diantar oleh Aksa.“Mas Farhan.” Dengan terbata-bata Rosita memanggil nama Farhan. Farhan tampak tersenyum, walaupun dalam hatinya ia sangat terkejut melihat kondisi Rosita dan Yana. Farhan duduk di kursi yang ada di kamar itu.“Aku kesini karena Melia bercerita padaku kemarin. O ya, kemarin Liqa sudah menikah. Alhamdulillah, anak yang dulu selalu kamu anggap musuh ternyata malah bisa membanggakan orang tuanya. Aku juga bangga dengan Melia, sejak ia putus komunikasi denganmu, jalan hidupnya menjadi terarah. Lihatlah Melia sekarang, ia menjadi anak yang berbakti dan penurut. Ia menuruti semua kata-kataku, akhirnya ia bisa selesai kuliah dan bekerja.” Farhan berkata dengan bangga.Rosita hanya terdiam.“Liqa menikah? Kapan pestanya? Kenapa Sari tidak mengundangku?” Yana yang mengomentari ucapa

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Menikah

    "Kenapa sekarang? Bukankah rencananya hari Minggu?" protes Liqa. Ia tetap berusaha tersenyum, karena semua mata tertuju padanya."Lebih cepat lebih baik, Mbak," celetuk Aksa."Pantas saja, semua kok hadir disini," gumam Liqa. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Kaget, shock, terharu atau bahagia, semua menjadi satu. Akhirnya sampai juga di meja yang sudah disediakan. Sudah ada Keenan yang tampak gagah mengenakan jas berwarna gelap. Juga penghulu dan dua orang saksi. Irwan sebagai saksi dari Liqa dan papanya Salsa sebagai saksi dari pihak Keenan.Liqa pun duduk disamping Keenan. Keenan tampak tersenyum bahagia melihat Liqa yang sangat cantik hari ini. Acara pun dimulai, Farhan sempat meneteskan air mata sebelum menikahkan Liqa. Ia sangat terharu melihat Liqa yang sebentar lagi akan istri orang. Anak yang pernah ia abaikan ternyata bisa menjadi seperti sekarang ini.Dengan lancar, Keenan mengucapkan ijab kabul. Setelah saksi berkata sah, semua yang hadir tampak lega. Dilanjutk

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Wisuda

    “Seperti dulu yang pernah ia lakukan pada Ibu. Dia mencoba untuk merayu Ibu dengan iming-iming materi. Itulah sebabnya kenapa kita dulu beberapa kali pindah kontrakan, karena untuk menghindari Om Hendri.” Sari berkata dengan pelan.Liqa merasa syok mendengar kata-kata yang terucap dari mulut ibunya. Walaupun ia sudah mengira kalau Hendri akan melakukan itu.“Apakah dulu Tante Farida tahu?” “Enggak. Makanya sebelum ia tahu, Ibu berusaha untuk pindah. Sampai akhirnya Ibu memutuskan untuk menjadi TKW. Selain karena Ibu butuh biaya untuk kehidupan kita, alasan lainnya juga untuk menghindari gangguan Om Hendri.”“Kenapa jadi janda selalu dipandang sebelah mata ya?” lanjut Sari dengan mata berkaca-kaca. Hatinya sangat sedih, karena sepanjang hidupnya sering dipenuhi dengan air mata. Liqa memeluk erat ibunya.“Biarlah orang memandang Ibu dengan sebelah mata. Yang penting kita baik di mata Allah. Jangan pedulikan penilaian orang lain. Liqa pernah mengalaminya, Bu. Penghinaan dan ejekan dari

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Tawaran

    “Maaf, sebenarnya apa maumu?” tanya Sari, ia memberanikan diri untuk menatap Hendri. Hendri sangat senang melihat Sari menatap dirinya, ia pun tersenyum menggoda, membuat Sari merasa jijik dengan Hendri.Sari merasa heran, kenapa Hendri selalu tahu dimana Sari berada? Bukankah jarak kota tempat Hendri tinggal sangat jauh dengan kota dimana Sari berada? Apakah Farida tidak merasa curiga ketika suaminya sering pergi ke kota? Pertanyaan-pertanyaan itu melintas dipikiran Sari.“Seperti yang aku bilang tadi, aku hanya ingin membantu meringankan bebanmu.” “Aku tidak merasa terbebani dengan jualanku ini. Tidak perlu mengasihaniku.”“Jangan angkuh seperti itu. Bagaimanapun juga seorang perempuan itu akan butuh laki-laki sebagai pelindung. Aku siap untuk melindungi mu.”Sari sudah dapat menebak apa yang ada di pikiran Hendri.“Hendri, kamu itu sudah memiliki istri. Lindungilah keluargamu sendiri. Untuk saat ini aku bisa melindungi diriku sendiri.”Hendri tersenyum.“Nggak usah malu-malu, Sari

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Bertobatlah

    "Lihatlah Liqa, banyak orang yang menyayangimu dan mendukungmu. Hapuskan rasa benci dan dendam di dalam hatimu. Kalau kamu biarkan dendam itu, lama kelamaan akan menggerogoti mentalmu. Yang rugi kamu sendiri. Masa depanmu masih panjang, banyak impian yang ingin kamu raih. Bukankah kamu mau punya usaha dan menikah muda?" Sari menggenggam tangan Liqa. "Tarik nafas panjang, masukkan sugesti positif di pikiranmu. Ibu tahu kalau kamu mampu melakukan semua ini."Liqa menuruti semua kata-kata ibunya. Perlahan ia mulai bisa tenang."Ayo, kita kesana, biarkan Bu Rosita istirahat dan memikirkan semua yang telah ia lakukan." Citra mengajak Liqa keluar dari kamar Rosita. Liqa dan Sari berjalan melewati Yana yang duduk di kursi roda. Ada Clara yang mendorong kursi roda Yana. Sari pun berhenti sejenak menghampiri Yana."Apa kabar, Wak Yana?" sapa Sari sambil memegang tangan Yana."Ba-baik," sahut Yana dengan mata berkaca-kaca, sepertinya ia tadi juga mendengar kemarahan Liqa. "Alhamdulillah, semo

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Menghilangkan Dendam

    Hari ini Sari mengajak Liqa untuk mengunjungi Yana dan Rosita. Sari berusaha untuk tidak membenci mereka, tapi untuk memaafkan perbuatan mereka, masih butuh waktu.Rosita sudah mulai bisa duduk, kata Sita tadi. Ia sudah mulai bisa berbicara walaupun masih terbatas. "Halo Rosita, apa kabar?" sapa Sari yang masuk ke kamar Rosita bersama dengan Liqa. Tampak Melia duduk di pinggir tempat tidur ibunya sedangkan Rosita duduk bersandar. Melia kaget melihat Sari dan Liqa datang mengunjungi ibunya."Ba-baik," sahut Rosita dengan suara yang terbata-bata. Wajah Rosita lebih cerah dari waktu Sari menjenguknya.Liqa tampak terkejut melihat Rosita, ia memang baru pertama ini menjenguk Rosita. Liqa seakan tak percaya, dari tadi matanya menatap Rosita tanpa berkedip. Tadi ibunya bilang hanya menjenguk Yana, jadi Liqa benar-benar tidak tahu kondisi Rosita.Rosita tampak tertunduk, menghindari tatapan mata Liqa."Ini Bu Rosita ya, Bu. Kok lain sekali? Yang Liqa tahu Bu Rosita itu penampilannya glamor

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Melamar

    Hari ini pertama kali warung Sari buka, butuh waktu dua Minggu untuk mempersiapkan semuanya. Sari dan Liqa tinggal di rumah sebelah warung, setelah sedikit direnovasi. Rumah dengan tiga kamar itu dicat ulang, begitu juga dengan warung makan. Dengan sentuhan Keenan, warung berubah menjadi lebih kekinian. Sebelum subuh tadi, Sari sudah menyiapkan berbagai bumbu masakan. Liqa ikut membantu karena hari ini ia tidak ke kampus. Kemarin Sari dan Dewi, karyawan Sari, belanja ke pasar untuk membeli sayuran dan bahan-bahan yang diperlukan di warung. Warung mulai sibuk, beberapa pelanggan mulai berdatangan. Mereka adalah pelanggan lama, tapi mereka tahu kalau terjadi pergantian pemilik. Liqa menunggu di meja kasir, sesekali ia membantu membuatkan minuman yang dipesan. Liqa mulai memikirkan untuk menambah minuman yang kekinian.Liqa sangat bahagia melihat ibunya tampak bersemangat menjemput rezeki. Memang ibunya hobi memasak, jadi wajar saja kalau bisnis yang dirintisnya ini berhubungan dengan

DMCA.com Protection Status