Mereka tiba bersamaan di halaman mansion Moore, namun langkah August kalah cepat dari Lucia yang sudah dipengaruhi oleh amarah. Lucia berlari memasuki halaman dengan diikuti oleh Rebecca dan Marvin, juga August yang tengah memikirkan cara agar menghentikan kemarahan Lucia. "Hei Amberley! keluar kamu dari persembunyianmu! dasar pencuri! berani-beraninya kamu mencuri harta kekayaan keluargaku! dasar jalang tidak tahu malu!" teriak Lucia membabi buta. "Lucia, hentikan!" cegah August namun Lucia tidak mau mendengarkannya. Setelah memaki sampai suaranya nyaris habis, akhirnya Amberley keluar melalui pintu utama mansion dengan didampingi oleh Roberto. Wajahnya nampak pucat, namun tidak sedikitpun kelemahan terlihat di wajahnya. Keluarnya Amberley tentu mengejutkan semua orang, kecuali August. Rebecca bahkan sampai jatuh terduduk di halaman saat melihat Amberley di depan matanya, Lucia nampak kebingungan sekaligus terkejut karena yang ia tau gadis yang ada hadapannya ini adalah Abigail b
Salju di luar mulai terlihat mencair, namun hati ibu hamil ini justru semakin mendingin dan beku. Perutnya yang mulai membesar ia elus pelan, dalam keadaan hamil yang seharusnya membahagiakan dan menenangkan justru ia harus menghadapi dendam dan membalas semua perbuatan James dan Rebecca kepada kedua orangtuanya. Dari balkon lantai dua ia melihat sepasang suami istri yang tengah mendorong troli bayi mereka di tepi jalan, mereka saling merangkul dan terlihat bahagia dan hal itulah yang sangat Amberley inginkan jauh di dalam lubuk hatinya. Roberto datang dengan beberapa lembar kertas di tangannya, ini adalah jadwal yang harus Amberley lakukan untuk hari ini. Hanya untuk satu hari, tapi terlihat banyak sekali dan ia tau ini akan sangat melelahkan untuknya. "Kamu tidak perlu melakukan semuanya, lakukan saja beberapa hal yang menurutmu harus kamu yang melakukannya. Sisanya biar paman yang menyelesaikannya," ujar Roberto saat melihat mimik wajah lelah Amberley. "Baiklah, aku ingin pergi
"Katakan semuanya Valerie, aku yakin kamu bisa menjelaskannya dengan baik." titah Noah, tatapannya begitu tajam seolah siap menerkam Valerie. Valerie memilin jemarinya, wajahnya tertunduk tidak berani menatap Noah secara langsung. Noah tidak bisa terus bersabar menunggu kejujurannya, ia menarik rahang Valerie dan memaksa Valerie untuk menatap matanya. "Apa kamu masih ingin terus bungkam? kalau begitu mulai detik ini juga aku akan menceraikanmu Valerie," Noah melepas cengkramannya dari rahang Valerie begitu kasar. "Kamu tidak akan bisa meninggalkanku Noah! sampai kapanpun!" teriak Valerie, air matanya kini tumpah. "Apa maksudmu? bayi itu bukan anakku dan tidak ada hal yang membuatku tidak bisa untuk menceraikanmu." "Jika kamu tetap nekat untuk menceraikanku, maka aku akan membuat nama baikmu hancur dalam satu malam! kamu tau persis jika aku adalah orang yang sangat ambisius!" ancam Valerie. "Jangan main-main denganku Valerie! aku bisa melenyapkanmu karena sudah menipuku!" Valeri
Noah masih terbaring frustasi di ranjang kamarnya, beberapa barang sudah hancur berantakan karena ulahnya. Noah tidak tau harus bagaimana menjalani kehidupannya setelah ini, ia tidak bisa lepas dari Valerie tapi ia juga tidak bisa hidup bersama Valerie seperti kemarin. Noah selalu merasa jijik saat mengingat semua kejujuran Valerie, dalam hidupnya baru kali ini Noah merasa sangat menyesal sampai rasanya ingin mengakhiri hidupnya. "Noah, buka pintunya. Kamu harus menghadiri meeting dengan para pemegang saham di perusahaan pagi ini," panggil Abraham dari luar, meskipun ia tau jika keadaan Noah sedang tidak baik tapi ia sama sekali tidak perduli. "Ada seseorang yang akan datang menggantikan James, ayah harap kamu bisa datang dan bertemu dengannya karena dia jauh lebih menguntungkan kita daripada James." ucap Abraham sekali lagi meskipun Noah tidak menggubrisnya. Noah bangkit dari ranjang dan melihat waktu di arlojinya, ia akhirnya memutuskan untuk menghadiri rapat dengan harapan bisa
Amberley tertegun sejenak sampai akhirnya sebuah senyuman terukir di bibirnya, melihat senyum Amberley August mengira jika ia masih memiliki kesempatan untuk bisa bersamanya. Ia sudah bersiap untuk mengambil cincin yang selama ini ia bawa kemanapun ia pergi, cincin yang seharusnya sudah sejak lama Amberley kenakan. "Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan kak?" August terlihat terkejut dengan pertanyaan Amberley, "Apa maksudmu Amberley? aku tidak merencanakan apapun," "Kamu ingin menikah denganku demi mengembalikan posisi keluargamu seperti kemarin? begitukah? itu sebabnya kamu sangat mudah menyerahkan perusahaan kepadaku, karena kamu bisa mendapatkannya kembali jika kita menikah." ujarnya. "Apa yang sedang kamu bicarakan Amberley, aku ingin menikah denganmu karena aku mencintamu. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan keluargaku, soal perusahaan aku menyerahkannya karena itu memang hakmu." sanggah August, ia tidak menyangka jika Amberley menuduhnya seburuk itu. "Sejak k
Amberley pergi ke paviliun masih dengan menggunakan gaun tidurnya, ia sudah cukup berbaik hati memberikan waktu satu hari untuk Rebbeca dan Lucia beristirahat. Sekarang waktunya ibu dan anak itu menjalankan tugas mereka di rumah ini, sebagai pelayan yang langsung menangani dirinya. Amberley tidak perlu bersusah payah bersuara untuk membangunkan mereka, ia memiliki kunci cadangan paviliun. Amberley mengambil seember air lalu mengguyurkannya ke wajah mereka yang sedang tertidur pulas, mereka langsung tersadar dan bangkit dari tempat tidur dengan cepat dalam keadaan sempoyongan. "Apa kamu tidak waras! kamu hampir membuatku membeku kedinginan!" bentak Lucia. "Aku ingat kemarin ada yang mengeluh jika paviliun ini tidak layak untuk ditempati, tapi ternyata kalian bisa juga tidur dengan pulas ya disini?" ujarnya. "Ada apa kamu datang kesini pagi-pagi sekali Amberley?" tanya Rebecca lembut, namun jauh di dalam hatinya ia sangat ingin menghajarnya. "Apa kalian lupa siapa kalian sekarang?
"Siapa kamu sebenarnya? kenapa kamu tiba-tiba datang kesini dan mengaku sebagai calon suamiku?" tanya Amberley mencerca."Aku calon suamimu, Zionathan Gray atau panggil saja aku sayang. Tapi yang boleh memanggilku itu hanyalah kamu seorang," sahut Zionathan. Amberley berdecak kesal, "Aku serius bertanya kepadamu, jawablah dengan jujur siapa kamu sebenarnya.""Aku sudah berkata jujur kepadamu, kalau kamu tidak percaya ya sudah." sahutnya tengil, membuat Amberley semakin jengkel. "Pergi, aku tidak mau berurusan dengan orang asing yang tidak waras sepertimu." usir Amberley, ia hendak pergi meninggalkan Zionathan namun sialnya pintu ruang musik malah terkunci dari luar. "Sepertinya tuhan memberikan isyarat kepadamu untuk tetap disini bersamaku," ucap Zionathan tepat di telinga Amberley. "Menjauhlah!" Amberley mencoba mendorongnya tapi Zionathan malah menghindarinya, Amberley nyaris tersungkur jika Zionathan tidak cepat menangkapnya. "Sayang, perhatikan langkahmu. Kamu sedang hamil, k
"Apakah ibu melihatnya tadi? pria itu adalah Zionathan Gray!" ujar Lucia antusias, bola matanya berbinar menunjukkan jika ia begitu tertarik kepada Zionathan. Rebecca tidak menghiraukannya, ia kembali melanjutkan pekerjaan rumah yang tadi belum sempat ia selesaikan dan sekarang perutnya juga mulai terasa mulas karena obat pencahar yang tadi ia telan. "Bu! dengarkan aku! kenapa sedari tadi aku mengoceh sendirian seperti orang tidak waras!" Lucia menggerutu kesal, ia paling tidak suka diabaikan jika sedang berbicara tapi Lucia lupa jika saat ini ia bukan nona muda Walton lagi yang ucapannya harus didengar semua orang."Lucia, kamu sudah memiliki calon suami jadi berhenti berbicara omong kosong. Ethan Christensen mungkin tidak membuatmu bahagia, tapi saat ini kita membutuhkannya untuk bisa kembali ke kehidupan lama kita." Rebecca menyentil kening Lucia agar gadis itu sadar siapa dirinya saat ini. "Tapi bu, aku sudah begitu lama menyukai Zionathan." sahutnya, memang benar Lucia menaruh
Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny
Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A
Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat
"Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya
Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan
Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi
"Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath
"Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro
Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g