"Apakah ibu melihatnya tadi? pria itu adalah Zionathan Gray!" ujar Lucia antusias, bola matanya berbinar menunjukkan jika ia begitu tertarik kepada Zionathan. Rebecca tidak menghiraukannya, ia kembali melanjutkan pekerjaan rumah yang tadi belum sempat ia selesaikan dan sekarang perutnya juga mulai terasa mulas karena obat pencahar yang tadi ia telan. "Bu! dengarkan aku! kenapa sedari tadi aku mengoceh sendirian seperti orang tidak waras!" Lucia menggerutu kesal, ia paling tidak suka diabaikan jika sedang berbicara tapi Lucia lupa jika saat ini ia bukan nona muda Walton lagi yang ucapannya harus didengar semua orang."Lucia, kamu sudah memiliki calon suami jadi berhenti berbicara omong kosong. Ethan Christensen mungkin tidak membuatmu bahagia, tapi saat ini kita membutuhkannya untuk bisa kembali ke kehidupan lama kita." Rebecca menyentil kening Lucia agar gadis itu sadar siapa dirinya saat ini. "Tapi bu, aku sudah begitu lama menyukai Zionathan." sahutnya, memang benar Lucia menaruh
Amberley membuka matanya saat merasakan sebuah hembusan nafas pelan di wajahnya, ia terkejut dan refleks menendang Zionathan yang tengah berbaring di sebelahnya sambil memandanginya. "Apa yang kamu lakukan pagi-pagi seperti ini di kamarku!" Amberley menutup tubuhnya dengan selimut, juga sedikit menjauh dari Zionathan. "Wah, seharusnya bukan tendangan ini yang aku dapatkan tapi ciuman selamat pagi." ujarnya seraya mengelus bokongnya yang terasa nyeri, tendangan Amberley yang keras membuatnya terlempar dari ranjang. Amberley melirik jam di dinding kamarnya, sekarang masih pukul enam pagi dan pria ini berani memasuki kamarnya tanpa seizinnya. Amberley beranjak dari ranjangnya dan memeriksa handle pintu kamarnya, kuncinya masih terpasang dengan baik bahkan tidak terlihat sedikitpun kerusakan disana. "Apa yang sedang kamu cari?" tanya Zionathan."Bagaimana caranya kamu memasuki kamarku jika kuncinya masih terpasang dengan baik disini?" "Itu... rahasia," cengirnya membuat Amberley kesa
Belum selesai kesalnya pada Zionathan, Amberley kini juga dibuat kesal dengan kedatangan Noah yang mengajukan diri untuk menjadi pemegang saham di perusahaan AmberJade. Meskipun perusahaan ini tergolong baru, namun Flint sudah menetapkan beberapa investor untuk bergabung di perushaan AmberJade dan Christeus corp tidak termasuk di dalamnya. "Aku tidak tertarik, jadi silahkan keluar dari ruanganku tuan Noah Christensen." usirnya tegas."Apa tidak sebaiknya kamu pikirkan dulu tawaranku? seperti yang kamu tau, banyak orang yang menginginkanku untuk menjadi pemegang saham di perusahaan mereka. Karena mereka paham seberapa menguntungkannya bekerja sama denganku,""Dan aku tidak perduli," sahut Amberley tak acuh dan sibuk pada pekerjaannya di layar komputer. "... lagipula Chriteus corp bergerak di bidang properti dan arsitektur jadi untuk apa kamu bekerja sama dengan perusahaan perhiasan?" "Bukankah bisnis itu harus selalu berkembang ke segala hal agar bisa menguntungkan? selama itu mengu
Karena semua supir di mansion Walton tidak mau mengantarnya berbelanja, juga Victoria hanya memberikannya uang ongkos yang sangat sedikit. Lucia terpaksa menaiki bus dan berdesak-desakan dengan orang banyak, ini adalah hal yang tidak pernah ia lakukan seumur hidupnya sebagai putri mahkota keluarga Walton. Lucia rasanya ingin mengamuk dan melampiasksan kekesalannya, namun sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah menggerutu seorang diri. Lucia merindukan ayahnya, sudah lama sekali ia tidak mengunjunginya karena Amberley selalu memberikan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. "Ayah, aku lelah." gumamnya seorang diri.Langit mulai menggelap, bahkan matahari kini sudah berganti dengan bulan sabit. Karena menunggu bus transit terlalu lama, Lucia akhirnya terlambat sampai ke pusat perbelanjaan. Lucia melirik para tunawisma yang tergeletak di jalan, ia bergidik jijik saat melihat kekumuhan mereka juga merasa ngeri ketika melihat kegarangan mereka. Sebuah mobil van berhenti tepat di sebelah
Mentari pagi baru memunculkan sedikit cahayanya ketika Lucia berhasil mendapatkan tenaganya untuk pergi, dengan wajah penuh memar dan rasa sakit yang luar biasa di area intimnya Lucia berjalan menyusuri jalanan yang masih terlihat sepi. Lucia tertawa seperti orang yang tidak waras, sesekali menangis dan merasa jijik ketika ia melihat bayangan dirinya di setiap kaca toko yang ia lewati. Sejak kemarin malam Joel dan August mencari keberadaannya, mereka tidak pulang sebelum berhasil menemukannya. Sampai akhirnya Joel melihat Lucia yang tengah duduk di pinggir jalan, dengan keadaan yang menyedihkan. "Lucia?" August mencoba menyentuhnya, namun ketika melihat August Lucia justru malah berteriak histeris. "Tuan August, sebaiknya kita bawa Lucia ke rumah sakit. Sepertinya ada yang tidak beres dengannya." ucap Joel saat melihat ada bercak darah di rok yang lucia kenakan juga di sela pahanya. Lucia terus memberontak dan ketakutan ketika Joel dan August mencoba menyentuhnya, dengan terpaksa
Amberley menyerahkan kembali dokumen di tangannya kepada Zionathan, "Aku tau kamu agak gila, tapi aku tidak tau jika kamu ternyata segila ini." "Ada apa? apakah hadiah ini tidak membuatmu senang?" "Zionathan, bayiku tidak butuh sebuah perusahaan! dia sudah punya tiga perusahaan yang akan dia kelola nanti di masa depan. Untuk apa kamu memberikannya hadiah seperti itu," Zionathan mengernyitkan kening, "Bukankah semakin banyak kekayaan yang dia miliki itu semakin baik? dia akan semakin disegani banyak orang kelak," Amberley menepuk jidatnya pelan, "Ya, tapi bukan dari kamu Zionathan.""Kenapa memangnya? aku ini ayahnya, apakah seorang ayah tidak boleh memberikan anaknya sedikit dari kekayaan miliknya?" Amberley benar-benar kesal setengah mati, " Zionathan, kita belum menikah dan belum tentu akan menikah. Jadi belum tentu kamu akan menjadi ayah dari bayiku," "Oh ya, tapi kakek Flint bilang dia sedang mencari perancang gaun pengantin dan tuxedo terbaik untuk kita. Itu berarti kita ak
Luca kembali ke mansion Walton tanpa memberitahukan siapapun, ia benar-benar kesal karena selama berada di rumah sakit tidak ada satupun yang datang untuk menjenguknya. Luca merasa aneh dengan keadaan di mansion Walton, rasanya ada yang berbeda disini dan ketika Luca masuk semuanya sangatlah berbeda. Ini tidak seperti tempat yang sejak kecil ia tinggali, ia terus bertanya-tanya ada apa dengan mansion Walton dan kenapa suasananya begitu berbeda. Ia tidak melihat satupun barang milik keluarganya, juga foto keluarganya tidak lagi terpajang di dinding bahkan sudah berganti dengan foto kakek dan mendiang paman dan bibinya. Seorang wanita tua berjalan menuju ke arah paviliun, Luca segera mengejarnya dengan setengah berlari."Bibi Ann!" Wanita itu menoleh ke arahnya, "Tuan Luca?" "Bi, anda pasti bisa menjelaskan kepadaku ada apa dengan mansion Walton? kenapa mansion Walton jadi seperti ini dan dimana keluargaku?" tanyanya tanpa jeda. "Apa tuan belum mengetahui apapun tentang nyonya Rebe
"Aku meminta tolong padamu Amberley, tolong bebaskan keluargaku. Maksudku ibu dan adik-adikku, hanya mereka saja tidak dengan ayahku." pinta August memohon, ia sampai duduk di bawah kaki Amberley. Roberto dan Flint saling beradu pandang, ini hal yang sangat sulit untuk Amberley lakukan. Flint berharap Amberley tidak memaafkan mereka, mengingat seberapa banyak hal yang sudah mereka ambil. "Aku akan memberikan apapun yang kamu minta, termasuk seluruh harta yang aku miliki. Tapi bebaskan keluargaku," Zionathan menatap netra Amberley, mengisyaratkan Amberley untuk memberikan maaf kepada mereka. Amberley benar-benar di dalam posisi yang sulit, ia berada di antara dua pilihan yang membingungkan. "Amberley, keluargaku sudah hancur. apakah ini masih belum memuaskan dendammu? haruskah aku mati untuk membayar nyawa kedua orangtuamu?" "Jangan berlutut di hadapanku kak, kamu membuatku terlihat sangat jahat. Kamu tau persis bahwa bukan aku disini yang menjadi penjahatnya," August bangkit dan
Belum selesai masalah penangkapannya, kini Abraham harus menelan pil pahit setelah hartanya disita dan perusahaannya mengalami kebakaran karena korsleting listrik. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semua hancur lebur bersama api dan meluluh lantahkan gedung mewah itu. Abraham kini tidak memiliki apapun, hanya pakaian yang menempel di tubuhnya harta satu-satunya yang ia miliki itupun sebentar lagi akan berganti dengan baju tahanan. Jennifer dan Ethan terusir tanpa membawa apapun, semua harta Abraham disita polisi dan mereka tidak diizinkan untuk membawa apapun selain pakaian. Jennifer menangis tersedu-sedu ketika semua kemewahan yang ia miliki tidak lagi berada dalam genggamannya, begitupun Ethan yang merasa usahanya selama ini untuk membangun Christeus sia-sia. Semua karena ulah Noah, begitulah yang Ethan dan Jennifer pikirkan. Sebelum Noah kembali, hidup mereka begitu tenang dan ketika Noah kembali dengan seluruh permasalahannya kehidupan keluarga Christensen mulai tidak beres. "Ny
Hari belum terlalu pagi ketika Abraham yang sedang tertidur pulas di kamarnya didatangi pihak kepolisian, ia diseret tanpa ampun atas kejahatan penggelapan dana sebuah mega proyek juga atas kejahatan karena bekerja sama dengan seorang gembong narkoba kelas kakap. Tidak hanya itu, Abraham juga ikut ditetapkan sebagai tersangka atas penjualan gadis di sebuah klub malam terkenal di kota I. Abraham tidak tau bagaimana bisa semua kejahatannya terbongkar semua dalam satu malam, ia mencari semua anak buahnya tapi sayangnya semua anak buahnya juga sudah diringkus oleh pihak kepolisian. Di tengah kekacauan, Jennifer dan Ethan yang tidak mengetahui apapun soal kejahatan Abraham mencoba meminta kejelasan kepada kepolisian tetapi tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan mereka. Mereka melihat Abraham diseret, tanpa mereka tau apa yang sudah Abraham lakukan. Sejak Jennifer memergoki Abraham di toko perlengkapan bayi bersama dengan seorang wanita, Jennifer tidak pernah lagi berbicara dengan A
Sidang selanjutnya atas kasus kematian Noah dimulai kembali hari ini, tetapi semua orang di ruang pengadilan nampak terlihat murung tidak seperti sidang kemarin terutama Flint. Pria itu tidak banyak bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melihat ponselnya, dengan harapan sang cucu tersayang akan mengabarinya dan memberitahukannya jika ia baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun tentang Amberley hingga saat ini, bahkan hingga kini Flint masih belum menemukan jejak keberadaan Amberley. Terakhir kali ia melacak keberadaan Amberley lewat foto yang dikirim orang tidak dikenal, ternyata ketika Flint sampai disana untuk mengeceknya ternyata tidak ada siapapun disana. Tempat itu kosong, entah karena Flint terlambat datang atau memang mereka sudah pergi sebelum Flint berhasil melacak keberadaan mereka. Sejak hilangnya Amberley, Matthias juga semakin rewel tidak seperti biasanya. Berkali-kali Jessica dan Darren mencoba menenangkannya, namun bayi itu tetap menangis seolah ia sangat
"Apa kalian sudah menemukan keberadaan cucuku atau jejaknya?" tanya Flint dengan raut wajah cemas dan gelisah. Mereka serentak menggeleng, mereka benar-benar menutup jejak rapat-rapat sampai tidak terlihat sedikitpun bukti kehadiran mereka di tempat ini. Flint menggeram kesal, ia membanting apapun yang ada di hadapannya untuk melampiaskan kekesalannya. Disaat semua orang sedang sibuk pada pemikirannya sendiri tentang keberadaan Amberley, tiba-tiba suara tembakan dari senjata api terdengar menggelegar di luar gerbang mansion Moore. Semua orang serentak keluar dari mansion untuk memastikan apa yang mereka dengar barusan, saat tiba disana mereka menemukan satu orang penjaga sudah tergeletak bersimbah darah dengan sebuah amplop tergeletak tidak jauh darinya. Flint memungutnya dan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, beberapa lembar foto yang ia lihat berhasil membuatnya syok. "Tuan Flint," ujar Roberto dengan wajah memucat. "Roberto, menurutmu siapa yang berani melakukan ini?" tanya
Di sebuah ruangan temaram, Frank menyesap cerutunya begitu berat karena negosiasinya dengan orang di hadapannya ini sangat sulit. Frank tidak bisa serta merta menemuinya dengan mudah, ada beberapa hal yang harus ia lakukan demi bisa bertemu dengan orang ini. Bahkan ketika mereka sudah bertemu Frank masih harus melakukan negosiasi sengit demi tujuannya, kalau bukan demi Flint Frank tidak akan mau berurusan dengan orang seperti ini. "Apa kamu yakin bisa memberikan yang aku inginkan sebagai kesepakatan? aku hanya ingin mengingatkan, ketika kita sudah sepakat maka tidak ada jalan untukmu membatalkan perjanjian kita." ucapnya membuat Frank cukup gelisah di dalam hatinya, tapi tidak ia tunjukkan itu."Ya, aku menyetujuinya. Asal kamu bisa memberikan semua yang aku inginkan juga, aku ingin imbalan yang adil." "Apa kamu tidak percaya kepadaku Frank Moore?" "Jika aku tidak percaya kepadamu untuk apa aku harus bersusah payah untuk bisa duduk disini," Pria itu tertawa, "Baiklah, silahkan tan
Setelah mengasingkan Amberley, Flint langsung pergi menemui Frank untuk meminta bantuannya. Flint harus menyusun rencana baru untuk melawan Abraham, dan tentunya tidak dengan cara lurus seperti kemarin. Abraham tidak bisa dilawan dengan cara hukum, meskipun Flint bisa memenangkan Zionathan tapi Flint yakin Abraham akan bertindak gila jika ia kalah di pengadilan. "Frank tolong bantu aku, keselamatan cucuku terancam sekarang." ucap Flint setelah membuka pintu ruangan pribadi Frank.Di dalam sana, Frank tengah sibuk bercinta dengan seorang wanitanya di meja kerjanya. Melihat ekspresi Flint yang begitu gelisah, Frank menyudahi kesenangannya dan menyuruh wanitanya itu untuk pergi. Wanita itu terlihat sedikit jengkel karena ia hampir mencapai klimaksnya, tapi ia bukan siapa-siapa untuk bisa membantah perintah Frank. "Katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan Flint." "Cari celah kebusukan Abraham agar aku bisa menjebloskannya ke penjara selamanya, dia berusaha melenyapkan cucuku dan Zi
"Sayang, apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Amberley karena sedari tadi Zionathan lebih banyak diam. Zionathan menarik nafas panjang, seperti tengah memikul beban berat di dadanya. Amberley tau jika Zionathan pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang, prianya itu selalu ceria di hadapannya meskipun sedang berada di penjara sekarang tapi kini ia lebih banyak diam. "Amberley, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" "Melakukan sesuatu? apa yang harus aku lakukan untukmu?" "Amberley, jika aku kalah di pengadilan pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini atau kalau perlu pergilah ke negara lain. Pergilah ke tempat dimana tidak ada seorangpun bisa menemukanmu," pinta Zionathan tangannya menggenggam erat jemari Amberley. Amberley mengernyitkan kening, "Permintaan konyol macam apa itu, jika kamu kalah aku tetap akan disini menemanimu Zio." "Amberley, aku mohon. Pergilah, mulailah hidup baru tanpaku. Jika memang kita ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi," ucap Zionath
"Buka pintunya!" teriak seseorang dari luar unit orang tua Rosalyn. Mereka mengejutkan Rosalyn yang masih tertidur di dalam, kedua orang tuanya sudah pergi bekerja sejak pagi hari. Rosalyn tidak langsung membuka pintu, ia lebih dulu mengecek siapa yang ada di luar lewat doorbell camera. Rosalyn memperhatikan dua orang yang ada di depan pintu unit, setelah memperhatikannya cukup lama Rosalyn akhirnya tau jika mereka adalah anak buah Frank. "Buka pintunya nona Rosalyn! atau anda ingin kami mengacak-acak tempat ini!" ancam mereka lagi. Rosalyn kebingungan di dalam sana, ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan anak buah Frank tapi ia juga tidak mau mereka mengacau di tempat ini. "Baiklah, anda menantang kami nona Rosalyn. John, dobrak unitnya!" "Tunggu! jangan di dobrak! baiklah aku akan membuka pintunya," ucap Rosalyn lewat doorbell. Rosalyn membuka pintu untuk mereka namun setelah itu mereka malah masuk dan menggeledah seluruh isi unit, entah apa yang mereka cari karena Ro
Zionathan terpaku sesaat, tapi akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi dan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh terpancing dengan ucapan Abraham, karena sekali ia terpancing maka usahanya untuk tetap membuat Amberley aman akan sia-sia. "Apa sekarang anda sedang bermain tebak-tebakan denganku tuan Abraham?" ujar Zionathan dengan tawa sinis. "Zionathan, aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu. Pelaku sebenarnya adalah Amberley, kamu hanya mengorbankan diri untuk membuat Amberley tetap aman. Sidik jari Amberley terlekat jelas di pistol itu," Zionathan maju mendekati Abraham yang tengah berusaha mengintimidasinya, "Tidak perlu berbasa-basi, anda sedang berusaha membuat Amberley menjadi pelakunya demi merebut Matthias bukan? tapi maaf tuan Abraham, pelakunya memang aku karena aku sangat membenci putramu." Abraham menanggapi ucapan Zionathan dengan tawa, "Ucapanmu ada benarnya juga, tapi selain itu aku juga memang ingin menyingkirkan kalian berdua. Nyawa dibayar nyawa, sebagai g