Beranda / Rumah Tangga / Pembalasan Rita / Chapter 10 Kamu di Sini

Share

Chapter 10 Kamu di Sini

Penulis: Azeela Danastri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-08 12:05:59

Rita terbangun saat sinar matahari mulai memasuki kamar dari jendela yang terbuka. Tirainya berkibar tertiup angin pagi dari luar. Rita merapikan tempat tidur lalu berjalan menuju jendela dan hendak menutupnya tetapi segera ia urungkan. Ia memicingkan matanya memperjelas apa yang ia lihat saat ini. Rita mengucek matanya, melotot menajamkan pandangan pada sosok yang sedang mengobrol akrab dengan Yuda.

“Ngapain dia di sini?” gumam Rita.

“Bu, sudah bangun?”

Rita merapatkan tirai tebal hingga cahaya dari luar terhalang dan berbalik menghadap Eli yang melongokkan kepala dari ambang pintu.

“Sudah. Masuklah.”

“Kenapa di tutup tirainya, Bu?”

“Silau.”

“Sudah dirapikan juga rupanya. Ini kan bukan di rumah Bu Rakmi. Ibu bisa menyuruh saya membereskan tempat tidur.”

“Tak lagi memiliki pasangan atau mertua bukan berarti aku harus bermalas-malasan. Jika memang aku bisa mengerjakan tidak masalah bukan? Toh, jika aku sedang tidak di rumah semua pekerjaan menjadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Rita    Chapter 11 Kasihan Arka

    "Kamu sudah menalak, Rita?" tanya Rakmi begitu bertemu dengan Apriyanto yang keluar dari kamar tidurnya bersama Rita."Tidak akan.""Kenapa tidak? Kamu harus segera menceraikan dia. Dia sudah memilih pergi, itu tandanya dia tidak benar-benar mencintaimu. Bisa jadi dia sudah bersama dengan pria lain. Orang ya, kalau susah punya anak. Main sama siapa aja, nggak akan ambil pusing. Siapa tahu sekarang dia emang udah mandul."Apriyanto mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya dengan rahang yang mengeras. Jika tidak mengingat yang melontarkan setiap patah kata itu adalah ibunya sendiri. Rasanya Apriyanto sudah akan mematahkan batang leher Rakmi."Aku tidak akan pernah menceraikan Rita. Dia akan segera kembali.""Ke rumah ini? Ke desa ini? Jangan harap! Ibu sudah mengatakan kepada semua orang di sini dan mereka menganggap Rita sebuah aib. Tidak ada dalam sejarah desa ini memiliki menantu yang mandul.""Omong kosong," ujar Apriyant

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-09
  • Pembalasan Rita    Chapter 12 Tersudutkan

    "Pa, yuk sarapan,"ajak Fardan dari ambang pintu.Hendarto yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk menoleh ke arah Fardan. "Di taman ya, Pa," lanjut Fardan."Ada apa sekarang? Ada tamu yang menginap?" Hendarto sangat hafal jika sampai anak dan istrinya mengajak makan di taman pasti ada seseorang yang sedang mereka hindari di meja makan.Fardan menyunggingkan senyum miring. Ia paham, papanya baru dini hari kembali dari perjalanan ke Kalimantan jadi pasti belum tahu apa yang terjadi di rumah ini. Mungkin Fardan akan menunjukkan sesuatu dulu sebelum mereka sarapan supaya tidak ada 'tema' yang merusak suasana mereka makan nanti."Papa pasti kaget deh. Mungkin ya, karena kalau mama aja kenal sudah pasti Papa juga kenal atau tahu mungkin.""Maksudnya apa sih, Kak? Keluarga jauh?""Setahun Fardan yang udah dua puluh tahun tinggal di rumah ini sih. Tahunya dia bukan anggota keluarga inti, sampai kemarin lusa tepatnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-10
  • Pembalasan Rita    Chapter 13 Bunda atau Bunny?

    Rita menatap kalender di ponselnya, tak terasa sudah lima hari ia berada di sini. Rita ingat betul waktu dirinya pergi dari rumah mertuanya adalah hari sabtu dan sekarang adalah hari Rabu, serta selama itu pula dirinya bisa menghindar dari mama dan juga suaminya yang akan segera menjadi mantan setelah ia mengajukan gugatan tapi masih gigih menghubunginya. Rita juga setelah acara sarapan bersama dengan Arka tak lagi melihat keberadaan atasannya itu.‘Baguslah tahu diri.’Baru saja ia berpikir demikian, sosok yang sudah tidak ia temui itu kini bersandar pada ambang pintu penghubung antara teras samping dan ruang tengah.“Sampai kapan kamu akan berdiam diri?”“Maksudmu?” jawab Rita seraya menoleh memperhatikan pria itu yang beranjak dari ambang pintu dan kini duduk di kursi yang terbuat dari anyaman rotan bercat putih.“Kamu tidak ingin mengajukan gugatan cerai?”“Aku akan lakukan itu, tetapi bukan karena kamu suruh dan aku rasa itu bukan urusanmu. Sebaiknya kamu tahu batas, kita bukan t

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Pembalasan Rita    Chapter 14 Di benak Arka

    Apriyanto meremas rambut hitamnya yang sudah terlihat lebih panjang. Beberapa bulan tidak bertemu muka dengan Rita membuat dirinya tak begitu memperhatikan penampilannya. Seketika ia teringat jika istrinya itu tidak senang dengan rambut pria yang gondrong apalagi jika rambut kurusnya menjuntai mengenai alis.dan kerah kemeja. Namun kali ini ia bisa meremasnya karena jengkel. Yuda dengan lancang telah datang dan mengambil semua benda yang dibeli oleh Rita tanpa terkecuali. Ia menatap ponselnya yang hancur. Apriyanto membantingnya bertepatan dengan Yuda yang pergi membawa semua barang dan dirinya yang tidak bisa menghubungi Rita. Sudah lima hari dan wanita itu tidak bisa dihubungi.“Kamu harus minta kembali semuanya,” ujar Rakmi dingin dengan mata merah. Ia kembali mengedarkan pandangan di sisi rumahnya yang awalnya ditempati oleh Apriyanto dan Rita. Rumahnya sangat luas jadi Yusuf Suhardiman membagi menjadi lima bagian dengan sebagai pusat adalah bangunan tempat Rakmi tinggal seka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Pembalasan Rita    Chapter 15 Berhutang Budi

    Daya sedang merapikan tas jinjingnya saat Andre, putra sulungnya menghampiri. "Sudah ada kabar dari Rita, Ma?""Belum. Biarkan saja dulu, yang penting kita sudah tahu jika dia keluar dari rumah itu.""Sudah satu minggu, Ma.""Nggak usah khawatir. Mama sudah siapkan dia tempat tinggal.""Rita mau?"Daya terkekeh. "Tidak. Kau seperti tidak tahu adikmu saja.""Lalu di mana dia tinggal?""Dekat tempat kerjanya.""Aku sudah menyuruhnya untuk keluar dan membantu saja di restoran tetapi dia nggak mau.""Dasar keras kepala. Tapi, dia mau 'kan cerai dengan Apri?""Jelas dong. Gila apa anak Mama nggak mau cerai sama cecunguk seperti itu. Persis dengan ….""Hayo … cecunguk yang Mama maksud ada tuh di luar," tunjuk Andre dengan menelengkan kepalanya."Ngapain dia ke sini?"Andre mengedikkan bahunya. "Mau pamer kali. Anaknya sudah merebut menantu Mama.""Ih, ngaco. Tukang pungut sampah ya begitu.""Lah, Mama dulu nikahin dia."

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Pembalasan Rita    Chapter 16 Pulang

    "Kapan kamu akan segera mengurus penyelesaian perceraian dengan Apri?" tanya Daya melalui panggilan telepon.Rita mendesah panjang sebagai reaksi pertanyaan mamanya itu hingga terdengar dari seberang sambungan telepon tersebut. Saat ini Rita baru saja selesai mandi di kediaman barunya di kota dan dirinya masih menolak untuk bertemu dengan mama dan siapapun kecuali Eli dan Yuda yang tinggal bersamanya.“RITA …. Jangan mengulur waktu, selesaikan urusan dirimu dengan Apri,” ujar Daya gemas.“Segera Ma. Ada hal yang harus Rita urus dahulu.”“Urusan apa lagi yang lebih penting dari perceraian?!” sergah Daya terdengar sangat tidak sabar. “Jangan bilang kamu sekarang ragu menceraikan suamimu itu dan rela di poligami?” Sambungnya lagi.‘Tidak Ma. Mereka saja sudah menginjak-injak harga diri Rita, hingga menyebarkan gossip.”“Nah, itu dah paham. Jangan membuang waktu segera selesaikan hal itu.” Ada jeda dan kemudian Daya menambahkan, “maafkan Mama tidak bisa mencegah Asmi masuk kembali dalam h

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • Pembalasan Rita    Chapter 17 Perkataan

    Rita memarkirkan kendaraannya dan segera menuju lobby lewat pintu samping. Langkahnya terhenti saat melihat keberadaan pria jangkung yang sedang berbicara dengan atasannya itu. Tak disangka seolah memiliki sinyal tertentu pria yang ia tatap menoleh ke arahnya. Satu alis pria itu terangkat dan kemudian meninggalkan lawan bicara dan mendekatinya.Drew, sedang berbincang dengan Arka saat merasa ada yang memperhatikan dirinya dan segera menoleh. Tebakannya benar, wanita yang sedari tadi ia sudah tunggu muncul juga. Nostalgia masa lalu, melihatnya tampak anggun dan sehat saja sudah cukup bagi Drew yang sesungguhnya merasa penasaran dengan penampakan Rita saat ini. Wanita dewasa yang cantik dan sangat mandiri. Drew tidak mungkin salah dalam penilaiannya. Hanya sepertinya ada yang sedang dipendam oleh wanita di depannya ini. Drew akan mencari tahu nanti jika sudah ada kesempatan.Rita mengerutkan dahinya tak menyangka jika Arka lebih memilih mengacuhkan dirinya yang kini berhadapan dengan Dr

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Pembalasan Rita    Chapter 18 Kamu Percaya

    "Sepertinya aku tadi melihat pak Apri," kata Evi seraya memanjangkan leher dan melihat ke arah belakang Rita.Rita yang sedang mengunyah nasi spontan tersedak dan menyemburkan sebagian nasinya ke arah Evi dengan mata membelalak."RITA .... Jorok ih. Udah jomlo kenapa jadi slebor gini sih?!" protes Evi seraya mengelap ceceran nasi yang hampir saja mengenai tubuh dan wajahnya. Untung saja dirinya sudah selesai makan.Rita tersedak dan cepat-cepat menegak air minumnya banyak-banyak. Siska yang duduk tepat di sebelahnya lantas mengusap-usap punggungnya dan membalas Evi. "Ih .... Mbak Evi nih. Kasihan Mbak Rita sampai kaget gitu. Bahas si mantan nanti 'kan bisa."Drew yang sedari tadi diam dan hanya menatap lekat-lekat ke arah Rita akhirnya angkat bicara. "Mantan. Kamu sudah bercerai dengan suamimu?"Rita yang sedang mengusap mulut dengan tisu menghentikan kegiatannya dan membalas tatapan Drew. "Belum." Jawabnya datar."Akan. Segera, ya 'kan Rit?!" ucap Evi menegaskan."Yup. Aku harus mela

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06

Bab terbaru

  • Pembalasan Rita    PEMBALASAN RITA

    Arka terdiam di dalam mobil saat sebuah mobil polisi berhenti di belakangnya. Dadanya bergemuruh hebat, ia sungguh yakin tidak ada seorangpun yang menghubungi polisi. Nathan juga tadi sudah tidur di kamar tamu. Sorot senter mengenai kaca mobil hingga membuat matanya silau. Arka berusaha mengangkat kedua tangannya guna menghalau sinar senter tersebut agar bisa melihat siapa orang yang berada di luar sana.Kunci pintu terbuka tiba-tiba secara otomatis bersamaan dengan pintu belakang mobilnya terbuka tiba-tiba dan sosok serba hitam menjerat lehernya dengan kabel ulir.Arka berusaha meronta dan menghalau kabel tersebut, menahan dengan tangannya seraya tangannya yang lain berusaha meraih sosok yang berada di belakang. Saat ia berusaha meloloskan diri, tak berselang lama terdengar suara tembakan dari belakang mobilnya. Orang yang memegang senter menyilaukan itu roboh dan suara langkah tergesa yang sangat dikenalnya mendekat ke arah mobilnya."Lepaskan jerat itu atau a

  • Pembalasan Rita    KEBAKARAN PANTI

    "Engh … engh … engh …!" Deru napas Ambro menggebu dengan geliat tubuh yang terbatas. Ambro tahu ada suara mendesis hewan melata tak jauh darinya.'Jangan biarkan ularnya dekat-dekat Ambro, Tuhan! Ambro takut digigit!'Kaki dan tangan anak itu dalam keadaan telanjang dan menggigil terikat di sebuah kursi dengan mulut pun juga terikat. Ia tak bisa berteriak karena juga tak tahu di mana kini berada. Hanya terdengar tetes suara air dari keran yang tak tertutup rapat dan suasana di sini senyap, gelap dan sangat dingin, serta badan pun terasa nyeri ditambah lagi ia haus dan lapar.Sejak ia sadarkan diri lima jam yang lalu, dirinya sendirian. Takut pasti, tapi bagaimana lagi. Ia tahu sang ibu dan saudara-saudaranya pasti tak ada di sini.'Tuhan, Ambro takut. Mamak mana, Tuhan? Ambro nggak mau mati. Kasihan Mamak.'Sementara itu di luar bangunan gudang terbengkalai itu. Narto duduk di bawah pohon menatap kosong ke arah langit malam. Ra

  • Pembalasan Rita    DOA AMBRO

    Pengintaian di beberapa titik dan rumah yang sering disinggahi oleh Narto masih tidak membuahkan hasil. Pria itu seperti tertelan bumi bersama dengan Ambro si bocah kecil."Bagaimana apa terlihat pergerakan di dalam rumah?" tanya Michael Alsaki pada anak buahnya."Tidak ada, Ndan. Sudah pasti anak itu dibawa pergi.""Geledah rumahnya.""Siap, laksanakan."🌺Arka duduk termenung di teras belakang rumah Daya. Malam semakin menua, seharian ini ia hanya di rumah menemani kekasih hati yang terguncang hebat. Selain Ambro yang belum diketahui keberadaannya, Arka juga harus menahan diri untuk mencari Narto yang sampai detik ini belum menghubungi entah apa maunya, sementara Entin dan anak-anaknya sekarang berkumpul di sini. Biarkanlah polisi yang bekerja walau hatinya tak tenang.Ingin ikut membantu pun, hati tak tega meninggalkan Rita dan Eshan yang sangat terpukul. Putranya tampak sangat kehilangan sang sahabat. Eshan mengurung diri di kama

  • Pembalasan Rita    AKHIR DARI RAKMI

    "Kamu tidak mengerti, tidak akan pernah bisa mengerti karena apa? Karena otakmu yang kecil itu hanya berisi tentang bule bangsat itu. Bisa-bisanya kamu masih memikirkan dia setelah jadi istriku. Kamu pikir aku nggak tahu, jika kamu sering menyebut namanya selama kita menyatu?! Hah!Jawab aku Rakmi! Kamu pikir aku nggak tahu kamu nggak pernah setia! Buktikan kalau aku salah. Aku yang sudah terzolimi di sini maka dari itu aku harus memiliki semuanya, aku sudah bekerja sangat keras untuk memajukan perkebunan ini. Dia hanya pemilik tanah. Kamu dengar itu Rakmi, laki-laki pujaanmu itu hanya pemilik tanah, aku akan hancurkan dia bahkan Daya dan anak keturunannya tidak akan mendapatkan apapun," tukas Yusuf Suhardiman."Mas, jangan begitu. Kasian dia, Mas.""Halah … sok aja kamu hanya mencoba menarik simpatinya saja. Dia tidak akan pernah berpaling kepadamu. Kalau bukan aku yang menikahi kamu, nggak ada orang yang mau sama kamu. Das

  • Pembalasan Rita    MATI DITANGANKU

    Satu hari sebelumnya"Aku mau kamu membawa pergi jauh Ambro. Jangan sampai Rita menemukan anak itu. Kalau perlu kamu matikan saja dia."Percakapan Rakmi yang membelakangi Apriyanto membuat pria itu yang awalnya melamun tentang penyesalan kedatangan Rita dan bagaimana akhir dari wanita yang dicintai malah berseteru dengan sang ibunda sadar dari lamunannya."Iya habisi saja dia. Seharusnya kamu sudah lakukan itu sejak dulu. Aku tidak mau punya cucu penerus dari rahim Rita.""Ibu apa maksudnya itu?" tanya Apriyanto yang kini duduk di bangku, "apa aku masih punya anak? Bukankah anakku sudah mati?""Iya anakmu sudah mati," jawab Rakmi tenang seraya menyimpan kembali ponselnya."Ibu bohong! Aku tahu anakku masih hidup. Maka dari itu aku akan membuat perjanjian dengan Rita.""Kamu sudah gila!" bentak Rakmi dengan mata melotot ke arah Apriyanto."Ibu yang gila," balas Apriyanto dengan gerakan."Lancang kamu Apri

  • Pembalasan Rita    PENCULIKAN

    Rita bersedekap duduk di kursi anyaman rotan yang berada di dalam kamar Arka. Pikirannya mengembara pada kejadian seharian kemarin yang sangat menguras fisik dan mentalnya sekaligus mengguncang batinnya dengan segala peristiwa yang terjadi. Perseteruan dengan Rakmi sampai pada pengakuan Yesi yang sudah ia perkirakan dan tetap membuat dirinya sangat kecewa serta berita baik yang membuktikan bahwa Ambro adalah buah hatinya dengan Apriyanto.Lalu kembalinya Arka dengan raut wajah letih walau terbalut dengan senyum tetapi hal itu tidak bisa menutupi kepekaan Rita, ia sudah berjanji untuk memberikan perhatian untuk pria tercintanya. Rita tak bisa tidur nyenyak, bahkan semalam ia hanya bisa memejamkan mata selama 3 jam setelah kembalinya Arka pada pukul 1 dini hari karena itulah pada jam 4 pagi ini ia duduk menyendiri di kamar Arka."Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang? Kamu nggak tidur?" Suara serak Arka, ciri khas bangun tidurnya memenuhi malam yang hening.Rita y

  • Pembalasan Rita    RUMAH DAYA

    "Jika kamu memang masih ingin membantu Yesi dan anak-anaknya, tolong jauhkan mereka dari cucuku. Mama nggak mau sampai Eshan terpengaruh omongan yang tidak-tidak. Bagaimanapun ada gen Rakmi di tubuh mereka," tegur Daya begitu Rita selesai menemani Eshan tidur siang.“Cucuku masih sangat polos untuk direcoki urusan orang dewasa. Sebaiknya kamu pindahkan mereka atau Mama yang mencarikan tempat tinggal lainnya,” tambah Daya.Rita melirik ke arah dapur tempat Yesi berada sedang bercengkrama dengan Eli dan pengurus rumah tangga sebelum meraih tangan Daya dan mengajaknya masuk ke kamar mamanya.“Ma, sebelum Rita menjawab hal itu sebetulnya ada apa? Kenapa Mama meminta kami ke sini?”“Janu yang menyuruh.”“Abang Janu? Kenapa?”“Kamu tahu tidak di mana Arka?”“Sedang meninjau gudang yang terbakar bersama Abang Kenzo.”“Itulah sebabnya, Janu meminta kalian ke

  • Pembalasan Rita    KUMPUL KEBO

    "Brengsek! Bisa-bisanya Apri menuduhku sengaja kecelakaan. Otaknya memang sudah tidak beres," sungut Rita dalam perjalanan pulang dengan Erwin.Erwin tak mengucapkan sepatah katapun melihat sendiri kondisi Apriyanto memang bisa dikatakan demikian. Bisa jadi pria itu memang sudah mengalami depresi mendalam. Apalagi ada ibunya tadi datang, Apri sempat mematung tidak percaya jika sang ibu akan kembali berhadapan dengan Rita dan juga Rita yang ia ketahui selama ini sebagai wanita pengalah bisa begitu berani membalas Rakmi.“Apa yang akan kamu lakukan pada mertuamu itu?”“Kami masih mengumpulkan bukti dan sepertinya nanti Mama dan Abang yang akan turun tangan langsung.”Erwin mengangguk. “Ya, sebaiknya kamu berkonsentrasi dulu untuk masalah perceraian dan anak. Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan si Arka?”Rita mendesah dan menunjukkan raut wajah bersalah. “Jujur aku sampai lupa waktu membangun kemesraan denganny

  • Pembalasan Rita    TAK ADA BEDA

    Deru napas semakin memburu, kedua tangan mengepal erat di samping tubuh."Siapa kaki tanganmu?" tanya Rita, dingin sedikit bergetar karena emosi yang semakin membumbung tinggi, sementara batinnya tidak karuan."Kaki tanganku? Yang menyingkirkan anakmu atau calon suamimu dulu?" balas Apriyanto tak kalah datar dan dingin.'Anak?!'Punggung Rita sudah lembab bukan gerah tetapi karena keringat dingin yang mengalir. Matanya melotot tajam terlihat jelas kecewa, sakit hati dan amarah hingga titik peluh menghiasi wajahnya."Jadi kamu tahu siapa yang menabrakku sampai anakku mati, hah?!"Gelegar tawa membahana dari kamar khusus di mana Apriyanto ditempatkan. Apriyanto yang awalnya memunggungi Rita segera berbalik tapi tidak beranjak dari tempatnya duduk bersila di atas ranjang.Seraya menunjuk ke arah Rita, ia berkata, "Kamu yang ceroboh sampai bisa tertabrak! Kamu yang sok mandiri supaya mendapatkan perhatian lebih dari ibuku, sengaja melakuk

DMCA.com Protection Status