[ Si Kecil Kesayangan: Dengan kemampuanmu, kenapa kamu nggak langsung habisi bajingan-bajingan yang berani menindas Nat-ku! Menyebalkan banget mereka! ][ Si Besar Tak Terkalahkan: Cih! Kamu kira aku nggak pengen? Tapi, mana seru kalau aku menghabisi mereka secara langsung? Oh iya, si idiot dari Keluarga Laoli itu sudah jadi tameng Yanisa. Kali ini, bahkan Keluarga Laoli juga harus menanggung akibatnya. Sebelum aku turun tangan, sepertinya sudah ada yang duluan bertindak. ][ Si Kecil Kesayangan: ? ][ Si Besar Tak Terkalahkan: Harrison sudah diam-diam bertindak. Kali ini, tamatlah riwayat Keluarga Laoli. Tapi, aku nggak ngerti kenapa Harrison berbuat begitu. Dalang utama masalah ini Yanisa. Sebagai pendukung Yanisa, dia malah sama sekali nggak berniat untuk melindungi Yanisa. Tindakannya itu cukup baik, aku acungkan jempol untuknya. Apa hubungannya dan Yanisa nggak sesuai seperti yang dirumorkan? ][ Si Kecil Kesayangan: Kamu masih berani acungkan jempol untuknya? Apa kamu lupa kamu
“Kesempatan itu harus diciptakan sendiri. Siapa pun juga nggak akan bisa menghalangi apa pun yang ingin kamu lakukan.” Merry menekankan kata-katanya, “Harrison itu pria terbaik, juga satu-satunya harapanmu. Selama kamu pegang erat harapan ini, kamu pasti bisa berdiri di puncak.”Setelah mendengar ucapan ibunya, Yanisa mulai membayangkan dirinya yang akan bersinar suatu hari nanti. Jika bisa menghadapi semua orang dengan status nyonya besar Keluarga Cendana, tidak akan ada orang yang bisa mengkritiknya lagi. Bahkan Natalie juga harus berlutut di hadapannya.“Ibu, Natalie terlalu berbahaya. Kita nggak boleh beri dia kesempatan untuk dekati Harrison ataupun kembali ke Keluarga Kurniawan.” Yanisa teringat masalah di pesta tadi, lalu melanjutkan, “Chandra itu ayah kandungnya. Melihatnya menderita, Chandra pasti bisa sakit hati. Kalau Chandra menjemputnya kembali karena kasihan padanya, kita jadi harus menghadapinya setiap hari!”Saat teringat Natalie, ekspresi Merry terlihat sangat mengerik
Di kantor pusat Grup Thea.Natalie sedang menggambar draf awal untuk koleksi terbaru dengan penuh konsentrasi. Gerakannya terlihat sangat cekatan dan terampil. Tidak lama kemudian, sebuah gambar cincin yang indah pun terbentuk di kertas itu. Setelah beberapa menit, dia akhirnya menyelesaikan draf awal itu. Kemudian, dia memandang draf itu dengan ekspresi puas.“Bu Natalie, tampangmu saat menggambar cantik banget! Dari tadi, aku mengintipmu dari depan pintu, tapi nggak berani mengganggumu. Bahkan draf awal yang kamu gambar juga begitu bagus. Nanti, produk jadinya pasti akan jadi produk hits!” puji Gia sambil menatap wajah cantik Natalie dengan agak malu.Melihat Gia yang begitu gugup, Natalie pun tersenyum tipis dan menjawab, “Kamu nggak usah begitu kaku, juga nggak usah memanggilku dengan begitu formal. Langsung panggil namaku saja.”Gia buru-buru menggeleng dan menjawab, “Nggak, nggak. Kalau langsung panggil nama, itu justru akan terkesan lebih formal. Umm ... aku boleh panggil kamu K
Gia tidak menyangka Natalie akan tiba-tiba mengelus pipinya. Dia pun tertegun sejenak, lalu wajahnya memerah karena tersipu.“Emm, aku akan berusaha yang terbaik.” Saat ini, seluruh hati Gia benar-benar terasa hangat.Saat pintu lift terbuka, Natalie pun masuk ke lift. Gia masih berdiri di tempat sambil menatap pintu lift yang menutup secara perlahan. Dia juga melambaikan tangannya dan berseru, “Dah, Kak Nat! Bermain dengan gembira ya!”Setelah itu, Gia berbalik dan hendak pergi ke kantor Natalie untuk beres-beres. Namun, baru saja dia berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ada orang yang menghentikannya.“Gia, apa yang sudah dilakukan Natalie sampai kamu begitu lengket sama dia? Apa kamu nggak merasa malu dengan mengekorinya bagaikan seekor anjing kecil?” Orang yang berbicara adalah Christine Kongadi, seorang karyawan lama dari departemen desain. Christine mengamati Gia, lalu mengejek, “Jangan salahkan aku nggak memperingatimu. Kamu itu orang baru yang perlu memanfaatkan kesempatan den
Baru saja Natalie berjalan keluar dari gerbang Grup Thea, Liam sudah meneleponnya. Dia pun melirik ke arah mobil di jalan. Pada saat ini, ada sebuah mobil hitam yang melaju perlahan ke arahnya. Berhubung mobil itu sudah berhenti, dia menyeberangi jalan sambil mengangkat telepon.“Aku sudah menunggu di samping jalan. Kamu nggak usah buru-buru. Klubnya juga belum tentu sudah buka secepat ini. Kamu nyetirnya pelan-pelan saja, aku akan menunggumu,” ujar Natalie.Saat ini, sopir baru menghentikan mobil. Felix yang duduk di kursi penumpang depan melihat Natalie yang berjalan melewati mobil mereka dan berkata, “Eh, itu Bu Natalie.”Begitu mendengar nama Natalie, Harrison tanpa sadar mendongak. Natalie sedang menerima telepon sambil menyeberangi jalan. Dia bisa mendengar suara Natalie dari dalam mobil. Saat berbicara, Natalie juga tidak berhenti tersenyum. Dinilai dari ucapannya, dia seharusnya sudah punya janji.Kenapa Natalie begitu buru-buru menyeberangi jalan? Kenapa senyumannya begitu cer
Harrison yang tiba-tiba datang ke departemen desain membuat semua orang heboh dan tegang. Terutama, manajer utama yang masih sedang mengumpulkan desain para desainer. Bagaimanapun juga, batas waktu yang ditentukan masih belum tiba dan para desainer masih sedang berusaha untuk merampungkan desain masing-masing. Namun, presdir mereka malah tiba-tiba datang menanyakan perkembangannya.Setelah mendengar laporan manajer utama, Harrison hanya mendengus, lalu langsung kembali ke kantor presdir yang terletak di lantai tertinggi.“Apa ini hari istimewa? Kenapa Bos tiba-tiba muncul tanpa pemberitahuan? Sepertinya, departemen kita akan berkembang pesat kelak!”...Liam yang mengendarai Maserati berwarna biru berhenti pelan di hadapan Natalie.“Maaf sudah membuatmu menunggu lama. Sebagai bentuk permintaan maaf, ada hadiah yang mau aku berikan untukmu.” Seusai berbicara, Liam turun dari mobil dan berjalan ke tempat duduk belakang. Kemudian, dia membuka pintu mobil dan mengeluarkan sebuket bunga ma
Apa target Natalie kali ini adalah Liam? Mereka baru kenal berapa lama? Kenapa mereka begitu terburu-buru bersama? Di mata Harrison, kemampuan berbisnis Liam masih belum termasuk yang terbaik di Kota Burka. Sepertinya, kemampuan Natalie dalam memilih pria masih perlu dipertanyakan.Dari percakapan Natalie di telepon sebelumnya, Natalie mengatakan mereka akan pergi ke klub. Berhubung memiliki status yang tinggi, klub yang bisa didatangi Liam tentu saja terbatas. Sementara itu, hanya ada satu klub yang bisa didatanginya dengan membawa orang, yaitu Happy Palace, klub pribadi yang dibuka oleh Joshua Farham.Sebelumnya, Joshua sudah menelepon Harrison secara langsung untuk mengundangnya ke klub. Joshua juga menyuruh orang untuk mengantarkan undangannya dan berharap dia bisa membawa teman lain pergi ke Happy Palace. Pada saat itu, Yanisa juga menatapnya dengan ekspresi penuh harap. Jadi, dia pun memberikan undangan itu kepada Yanisa. Setelah itu, dia tidak pernah peduli pada hal ini lagi.L
“Pak Liam, dari mana kamu temukan si cantik ini? Dia cantik banget!” ujar seorang pria yang sedang duduk dengan dikelilingi oleh dua wanita cantik. Dia adalah Nicky Danuar.“Nicky, perhatikan kata-katamu. Bu Natalie itu orang yang datang bersama Liam,” ucap seorang pria yang sedang bersandar di pelukan seorang wanita cantik sambil tersenyum mesum. Dia terlihat layaknya seorang playboy.Pria itu tidak lain adalah Yuvan Pangga. Maksud dari ucapannya sudah sangat jelas. Natalie adalah wanita yang dibawa datang Liam, juga tamu Happy Palace, bukan karyawan Happy Palace.Begitu mendengar ucapan Yuvan, Nicky mengamati Natalie sekali lagi.“Tapi, dia tetap sangat cantik. Selera Pak Liam memang tinggi!” jawab Nicky. Kemudian, dia merangkul pinggang kedua wanita di sampingnya dan berbisik, “Cantik, apa kalian merasa tertekan setelah melihat wanita cantik di hadapan kalian itu?”Kedua wanita cantik itu menjawab dengan suara manja.“Pak Nicky, kamu jahat banget!”“Iya, kamu benar-benar jahat!”Mes