"Apa aku akan bebas dari kurungan ini?" tanya Ernesto.Tapi tatapan Luca berubah menyalak pada sang putra. "Kau meminta lebih dari porsimu, Ernesto."Ernesto langsung menunduk. Tak lagi berani menatap pria yang digadang-gadang sebagai pemimpin organisasi mafia yang tak ada lawannya."Maaf, Papa. Seperti ini sudah cukup buat Ernesto."Bagaimana pun, Ernesto merasa lega karena akhirnya, bola panas sudah tidak berada ditangannya.Tanggung jawab untuk menjaga Visha dari Bianca sudah berpindah ke tangan Luca.Luca langsung berdiri dari sofa pendek itu dan berjalan menuju ke arah pintu. Namun, ia sempat berpesan, "Ern, jangan harap aku memberikan kursi organsisasi Cavallo secara cuma-cuma untukmu!"Mendengar itu, Ernesto pun langsung berdiri. Wajahnya pucat. Ingin protes, tapi ia baru saja membuat Luca kesal.Luca pun menambahkan, "Aku masih akan duduk di sana, sampai kau layak. Namun, kalau sampai waktunya kau tidak juga sanggup mengambilnya dariku, aku akan memberikan posisi itu pada kak
Setelah bicara dengan Claire, Visha segera dibawa oleh sekretaris Svonzeus itu ke ruang kerja sang pemilik perusahaan Vonci Corporation.Hari ini mereka akan langsung datang ke pabrik Vonci dan Visha bisa melihat sendiri seperti apa kegiatan produksi mereka.Dari hotel, mereka sama-sama berangkat menuju area pergudangan baru, di mana pabrik Vonci Corporation beroperasi.“Saya sudah tidak sabar bekerja sama dengan Anda, Tuan Vonci,” ungkap Visha dengan senyum lebar yang sangat menyenangkan, membuat Vonci merasa kalau semua jerih payah dalam hidupnya terbayarkan dengan kepuasan pelanggan maupun rekan kerjanya.Ia tergelak. “Terima kasih, Nona Visha. Saya rasa Kerjasama ini akan sama-sama menguntungkan.”Mereka baru saja tiba di pabrik dan sedang berjalan menyusuri koridor dari lobi ke ruang produksi. Lalu Visha mengambil kesempatan berkata, “Maafkan saya, Tuan Vonci. Saya tidak bisa menerima tawaran Anda perihal menikahi Tuan Vonzastin.”Senyum di wajah Svonzeus tidak lenyap. Pria tua i
“Papa?!”Visha terlihat panik mendengar pertanyaan Dante. Selama ini yang menjadi Papa adalah Javier. Lalu beberapa hari lalu Visha meminta Dante untuk berhenti memanggil Javier dengan sebutan ‘Papa’.Jadi, semua kembali ke kondisi awal. Di mana Dante tidak punya ‘Papa’.‘Aku bisa gila!’ keluh Visha dalam hati.“Mh-hm. Uncle Javier tidak bisa lagi kupanggil Papa. Aku harus cari kemana Papaku?” tanya Dante dengan penuh semangat.“Madoka, kau jangan tertawa saja. Apa ada yang bisa bikin robot Papa?” tanya Visha yang sudah kehilangan akal.“Saya rasa hanya Javier yang cocok memerankan tokoh ‘Papa’, Nona Visha,” ujar Madoka menyarankan dengan cengiran lebar menghiasi wajahnya.“Diamlah, Madoka. Apa yang kau bicarakan dengan Javier, hm?” tanya Visha yang bisa menebak kalau kemungkinan besar kedua rekan sekerja itu sempat membicarakan sesuatu terkait dirinya.“Well … hanya curhatan lelaki, Nona. Tidak ada yang penting.”Madoka menggerakkan jemarinya di lengkung bibir, seolah ia mengunci mul
“Wha—”“Ha! Ha! Ha!” Tawa Madoka pun pecah. Lucas tak lagi bersusah payah menyembunyikan kekehannya yang berujung pada ledakan tawa ramai.Sementara, Javier panik mendapat pertanyaan dari Dante yang mendadak. Ia buru-buru mencari Visha di tempat duduknya, tapi ternyata wanita itu tidak ada di sana.‘Pantas saja, anak ini bisa ke meja kami. Di mana Nona Visha?!’ batin Javier mengeluh.“Kenapa Uncle Madoka tertawa? Aku tak mau kalau Uncle Madoka yang jadi Papaku. Kecuali Uncle memotong rambut,” keluh Dante sambil mengangkat bahu.Menggemaskan.“Aw! Tuan muda punya standar yang sangat tinggi, eh? Madoka tidak mau potong rambut. Ini mahkota Madoka.” Madoka langsung mengambil rambut panjangnya dan mendekap bagian yang bisa terjangkau, seolah rambutnya adalah anak kucing kesayangan.Dante terkekeh melihat kelakuan Madoka. Detik kemudian, pandangannya kembali lagi pada Javier yang masih tidak tahu harus menjawab apa.“Jadi … apa Uncle bisa datang?”“Erm … itu … akan kubicarakan dengan Nona V
“Mama!” Ernesto menegur sang mama sambil berbisik.Seolah tersadar kalau ia sudah berbuat hal yang tak semestinya, Bianca tersentak, lalu mencicit, “Maafkan aku—”“Tidak ada yang bilang bahwa aku tidak akan memberi Ernesto kesempatan,” potong Luca pelan.Bianca pun langsung mengangguk beberapa kali, yang memberi isyarat bahwa wanita itu paham bahwa tuduhannya terhadap Luca, salah besar.Luca menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “Seperti yang juga kau tahu, bahwa kesempatan yang dibutuhkan Ernesto bukanlah kesempatan menjadi CEO secara langsung. Ia harus belajar dari bawah, untuk memahami bagaimana sebuah bisnis berdiri dan dijalankan.”Tak memberi Bianca kesempatan bicara, Luca menambahkan, “Dan sudah kutegaskan pada Ernesto, hal ini berlaku sama atas kursi kepemimpinan organisasi keluarga Cavallo. Aku akan memberikannya kepada yang layak. Bahkan jika tidak ada yang kunilai layak menanggung tampuk pemerintahan atas klan Cavallo, aku akan memberikannya pada Javier—orang yang
“Javier? Jadi papa? Ha! Ha! Ha!” Luca tertawa tak habis-habis.Baru saat Ernesto masuk ke ruang rapat itu, Luca mulai meredakan tawanya.Pria tua itu mengetuk ujung hidung Dante dengan telunjuknya sambil berkata, “Maafkan Granpa, Dante. Kita bicara lagi setelah ini, boleh? Dante main dengan Madoka dulu.”“Oke!” seru Dante sambil beranjak turun dari atas meja dengan melompat.Ia kemudian menambahkan, “Mama bilang akan bicara serius dengan Grandpa. Dante akan main dengan Uncle Madoka dan Papa Javier. Bye, Grandpa! Bye, Uncle Ernesto!”Dante pun segera keluar and disambut oleh Madoka.Sementara di dalam ruang rapat yang sudah tertutup rapat, Ernesto terlihat kaget dan bingung. “Apa maksudnya ‘Papa Javier’?” tanya Ernesto sambil terkekeh.“Nah, bicarakan itu setalah ini, Ern. Dengarkan Papa, terkait pergantian CEO, akan ada rapat pemegang saham lagi bulan depan. Persiapkan diri kalian.” Luca langsung masuk pada inti pembicaraan, di mana wajah kedua bersaudara itu mulai serius.“Ayah, tapi
Acara keluarga di sekolah pun dimulai.Visha sudah siap dengan kamera di tangannya, sementara Javier dengan penuh semangat menjalankan perannya sebagai 'Papa'."Ayo! Dante! Kamu pasti menang!" seru Javier yang tidak peduli pada Visha yang menatapnya dengan terpesona.Bukan hanya terpesona dengan penampilan pria itu, tapi juga pada totalitasnya, ketika mengerjakan sebuah tugas.'Baginya, ini hanya tugas. Tapi bagi Dante, ini adalah kebahagiaannya,' ungkap Visha dalam hati.Diam-diam Visha bersyukur karena sang ayah tidak jadi datang sekarang.Luca bermaksud untuk datang di awal acara, tapi apa daya, pria tua itu malah harus menghadiri pertemuan dengan klien penting yang tak bisa dibatalkan.Demikianpun sebagai gantinya, Luca masih berharap bisa datang sebelum acara berakhir.Kegiatan awal adalah perlombaan-perlombaan yang dilakukan oleh para murid. Jadi, untuk orangtua bisa menjadi pendukung anak-anak mereka di pinggir lapangan."Papa Javier! Aku menang!" seru Dante, sambil berlari me
'Hah?! Tapi aku belum punya istri! Aku harus gendong siapa?' tanya Javier dalam hatinya. Detik berikutnya, Javier baru ingat kalau ia sedang menjabat sebagai papa dari anak majikannya.'Aku adalah Papa Dante ... berarti aku ... harus menggendong Nona Visha?! Apa sekolah ini sudah gila?!' raung Javier sambil berbalik dan berlari ke arah Visha seperti banteng yang melihat kain merah di hadapannya. Di seberang lapangan, Visha yang melihat Javier berlari cepat ke arahnya, mulai panik.Visha tidak tahu apa yang sedang dilakukan Javier, karena wajahnya terlalu serius, sehingg visha tidak bisa membaca raut wajahnya.Tiba di depan Visha, Javier pun berkata dengan napas tersengal, "Maaf, Nona. Percaya saja pada saya."Kerutan di dahi Visha mulai muncul. Namun, wanita itu tidak sempat bertanya, karena Javier sudah mengangkat dan membopongnya dalam dekapan erat. "Javier?! Apa yang kau lakukan?!" pekik Visha dengan nada tertahan.Alih-alih menjawab pertanyaan Visha, Javier meminta pada wanita