Share

BAB 3

Penulis: Desy Cichika Harish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku nggak paham apa maksud kamu, Azzalyn!”

“Kita putus Abyl. Seharusnya kita memang nggak boleh punya hubungan apa-apa sejak awal. Seharusnya kita nggak usah bertemu dan nggak usah saling kenal.”

“Kau menyesal sudah mengenalku? Apakah yang telah kita lewati selama ini tidak ada artinya apa-apa bagimu?” suara Abyl terdengar lemah. Ia tak menyangka semudah ini Azzalyn memutuskan hubungan mereka.

Azzalyn diam. Biar bagaimanapun Abyl adalah orang yang ia cintai. Orang yang sangat ingin dia miliki seumur hidupnya. Sampai Azzalyn mengetahui kenyataan kalau dia dan Abyl bersaudara, dan Ibu Abyl yang menjadi penyebab ia dan ibunya menderita selama ini.

“Bisakah kita bicarakan semuanya pelan-pelan? Jangan ambil keputusan terlalu cepat Azzalyn,” pinta Abyl.

“Nggak akan ada yang berubah Abyl. Apa pun yang menjadi pembicaraan kita nanti keputusanku akan tetap sama. Aku nggak mau ada hubungan apa-apa lagi denganmu.”

Azzalyn berbalik hendak menaiki sepeda motornya. Tapi Abyl cepat menangkap tangan Azzalyn dan memutar badan gadis itu hingga berhadapan langsung dengannya.

“Apa semudah itu cintamu hilang? Atau sejak awal kau memang tidak mencintaiku? Beberapa hari yang lalu kita berjanji untuk akan tetap bertahan meski semua orang di dunia ini menentang kita. Kita sudah berjanji akan menghadapi semua tantangan ini bersama. Tapi kenapa sekarang kau bilang akan mengakhiri semuanya?”

Azzalyn tak menyahut. Jarak mereka yang begitu dekat membuat dadanya berdebar. Tak bisa dipungkiri, Azzalyn sangat mencintai Abyl. Dan tak mungkin semudah itu ia menghapus cintanya dalam semalam, meski alasan untuk menghilangkan perasaan itu sangat kuat.

Tapi Azzalyn tak mungkin untuk terus mencintai orang yang bisa disebut kakak lelakinya itu. Kemarin-kemarin dia memang tak akan peduli dengan orang-orang yang tak merestui mereka, tapi sekarang dia yang memang harus menyerah.

“Iya, aku memang nggak pernah mencintaimu, aku mendekatimu karena hanya ingin hartamu!” Azzalyn berbohong. Dia hanya ingin Abyl menyerah dan membiarkan dia pergi.

“Tuh kan, aku bilang juga apa? Kak Abyl nggak percaya kalau kemarin aku bilang cewek itu cuma mau harta doang!” suara seorang gadis mengejutkan mereka berdua. Kompak Abyl dan Azzalyn menoleh ke arah suara. Dwita, adik perempuan Abyl terlihat berdiri di samping seorang lelaki muda dan tampan.

“Ngapain kamu ada di sini?” Abyl gondok. Adik perempuannya itu suka sekali ikut campur urusannya. Dan Abyl tahu kalau Dwita tidak menyukai Azzalyn.

“Aku minta antarin Kak Bintang ke sini. Papa telepon tadi, nyuruh liatin Kak Abyl ada nggak di kantor. Papa khawatir tadi Kak Abyl bawa mobil kayak orang kesetanan.”

“Aku nggak pa-pa. Udah, pulang sana!” Abyl mengusir Dwita. Ia ingin Dwita dan Bintang segera pergi. Ia tak mau urusannya dengan Azzalyn terganggu dengan kehadiran adik dan sahabatnya itu.

“Nggak mau! Pengen dengar kalian berantem lagi! Kalian putus ya?” tanya Dwita menyebalkan.

“Nggak ada urusan sama kamu! Ngapain repot-repot ke sini?

“Yeee... Ni orang dibilangin aku ke sini di suruh Papa. Pikun, masih muda juga.”

“Kamu lihat kan? Aku nggak pa-pa! Bisa pergi sekarang?!” Abyl mulai emosi. Adiknya itu benar-benar pembangkang. Padahal usia mereka terpaut lumayan jauh, hampir tujuh tahun. Tapi sikap Dwita padanya terlalu santai, bahkan kadang terkesan kurang ajar.

“Mbak, kalau mau putus, putus aja yah. Mbak sudah berada pada keputusan yang tepat. Sadar diri biarpun terlambat nggak pa-pa, cari yang selevel sama Mbak. Jangan ketinggian cari tipe calon suami.” Dwita mengejek Azzalyn. Ia senang sekali saat tadi ia mendengar kalau Azzalyn memutuskan hubungannya dengan kakak lelakinya itu. Ibunya pasti sangat senang sekali mendengar berita ini.

“Bisa diem nggak??!!! Bintang, tolong bawa dia pulang sekarang. Tolong!!!” Abyl hampir kehilangan kesabarannya. Saat genting seperti ini, ada saja yang mengganggu.

“Ayo kita pulang, Dwi. Biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka sendiri.” Bintang menarik tangan Dwita, dan ia menurut. Dwita memang menyukai Bintang sejak lama. Tapi tak ada tanda-tanda kalau lelaki itu menyukainya seperti menyukai lawan jenis. Bintang sepertinya hanya menganggap dia seorang adik.

“Dwita, kamu...” suara Azzalyn yang tiba-tiba, menghentikan langkah Dwita dan Bintang. Dwita berbalik badan dan menatap Azzalyn yang kini juga sedang memandangnya dengan tatapan dingin. “Kamu juga seharusnya cepat sadar diri. Jangan terlalu suka mepetin cowok yang jelas-jelas nggak suka sama kamu. Apalagi dengan minta diantar ke sana-sini. Ngerepotin orang aja. Kalau aku, biarpun level yang kucari terlalu tinggi, tapi aku dengan mudah bisa membuat mereka bertekuk lutut. Kamu nggak laku? Sampai-sampai nggak capek ngejar satu cowok doang?”

“Kau....” Dwita panas mendengar kalimat Azzalyn. Badannya sudah bergerak hendak mendekati Azzalyn. Tapi tangan Bintang cepat menahannya.

“Udah ayo pulang!” Bintang memaksa Dwita, memutar badan gadis itu agar pergi menjauh.

“Jangan sok hebat! Sok menaklukkan cowok kaya, putus juga kan?” Dwita masih tak puas hati. Badannya yang sudah agak menjauh tadi ia lepaskan dari pegangan tangan Bintang.

“Iya aku putus karena aku sudah dapat yang lebih baik. Kakakmu ini nggak ada apa-apanya!” Azzalyn membalas, ia bukanlah tipe orang yang diam saat dihina. Dia tak akan pernah membiarkan orang lain menginjak-injak harga dirinya.

“Apaan...” Dwita hendak membalas lagi, tapi Bintang kembali menangkap badannya, dan menyeret sambil memeluknya. Meski tak puas hati, Dwita terpaksa menurut. Dia begitu menyukai Bintang, sahabat Abyl sejak SMP itu.

Setelah Dwita dan Bintang tak terlihat lagi, Azzalyn kembali sibuk mengikat kardusnya.

“Azzalyn, tolong kita harus bicara,” Abyl memohon.

Tapi Azzalyn tak menjawab sama sekali. Ia menghidupkan mesin kendaraannya dan meninggalkan Abyl yang kini hanya bisa memandang Azzalyn yang kian menjauh.

***

“Papa dengar dari Dwi, katanya kamu putus dengan Azzalyn?” Krisna bertanya pada putranya yang kini sedang mengurut keningnya. Terlihat sekali kalau Abyl sedang frustasi.

“Dasar mulut ember!” ucap Abyl kesal.

“Kenapa?”

“Nggak tahu Pa. Mungkin karena di keluarga ini nggak ada yang merestui hubungan kami,” kata Abyl dengan nada sedih. Krisna pun jadi ikut sedih mendengarnya.

“Papa menyukai Azzalyn, tapi nggak tahu kenapa, ada suatu hal mengganjal yang membuat Papa nggak mau kamu menikahinya.”

“Sama aja, Pa!”

“Sebenarnya, ada sesuatu tentang Azzalyn yang mengganggu pikiran Papa,” Krisna berkata dengan ragu. “Tapi Papa nggak berani mikir terlalu jauh. Udah lama Papa ingin kamu mengatur pertemuan untuk Papa dan Azzalyn. Ada yang mau Papa ketahui tentang dia. Tapi tahu kan, Mama kamu itu selalu aja ngikutin Papa ke mana-mana. Sejak Papa pensiun dari perusahaan, Papa makin nggak bisa bebas.”

“Papa mau nanyain apa? Kenapa nggak bilang dari dulu?”

“Kamu tahu kan kalau Mama dan Dwita nggak suka sama Azzalyn, Oma juga. Jadi Papa nggak berani bilang kalau ada mereka. Papa nggak mau bertengkar.”

“Pa, sebenarnya kemarin Abyl ke rumah Azzalyn. Maafkan Abyl Pa. Tapi Abyl sangat mencintai Azzalyn. Abyl ingin menikah dengannya. Jadi Abyl pikir nggak akan peduli sekalipun di rumah ini tak ada yang merestui kami, asal Ibu Azzalyn menyetujui hubungan kami.”

Mata Krisna membulat. Ia tak menyangka putranya senekat itu. “Lalu?” tanyanya, masih berusaha untuk bersikap bijak.

“Ternyata Ibu Azzalyn pun tak merestui kami. Bahkan dia mengusirku dan meminta untuk menjauhi Azzalyn selamanya. Papa tahu, apa alasannya?”

“Apa?”

“Dia bilang, karena aku anak Papa dan Mama. Dia bilang dia mengenal keluarga kita.”

Kening Krisna berkerut. “Kamu tahu siapa nama Ibunya Azzalyn?” tanyanya kemudian. Ada yang ingin ia pastikan. Dan jawaban dari Abyl membuat jantungnya hampir copot.

“Renita Frastika.”

Bab terkait

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 4

    Wajah Krisna pucat. Jantungnya mendadak berdebar cepat, membuat dadanya terasa menyempit. Susah payah ia mengambil napas. Abyl yang melihat ayahnya kepayahan ikut panik. Cepat ia masuk ke dalam dan mengambil obat milik ayahnya. Krisna memang punya penyakit jantung, karena itu ia pensiun dini dari perusahaannya. “Papa kenapa?” Abyl khawatir melihat wajah dan tangan ayahnya yang sama sekali seperti tak dialiri darah. “Nggak pa-pa,” Krisna menelentangkan badannya. Setelah meminum obat, keadaannya mulai pulih. “Maaf kalau Abyl buat Papa sakit,” kata Abyl menyesal. “Di mana rumah mereka?” tanya Krisna. “Di pinggiran kota. Di perkampungan nelayan. Sekitar dua jam dari sini. Papa mau ke sana?” Krisna tak menjawab. “Mau apa Pa?” tanya Abyl penasaran. “Tolong kamu rahasiakan ini. Papa ada urusan yang harus Papa selesaikan. Ada sesuatu yang mau Papa pastikan,” ujar Krisna. “Kapan Papa mau pergi? Apa perlu Abyl antar?” “Jangan! Tolong bantu saja Papa untuk mencari alasan supaya Papa b

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 5

    Azzalyn menata rapi nasi dan lauk pauk di meja makan. Sebentar lagi mereka akan makan malam bersama. “Bu, udah siap semua,” katanya pada sang ibu yang sedang memijit kaki Abidin, kakeknya. “Iya. Bantu Ibu gandeng Mbah ke dapur ya.” Azzalyn hanya mengangguk dan langsung mengambil posisi di sebelah kiri sang Kakek. Bersama dengan ibunya ia memapah Abidin yang tampak kesulitan berjalan. Usianya yang sudah terlampau tua, ditambah lagi kesehatannya yang semakin menurun sejak kepergian istrinya 2 tahun lalu membuatnya sering sakit-sakitan. “Udah masukkan lamaran kerja ke mana aja kamu?” tanya Renita sambil menyuapi Abidin. “Azzalyn udah coba masukkan di tempat Meta sekarang kerja. Katanya lagi ada lowongan Sales Marketing.” “Udah ada panggilan interview ?” “Belum Bu. Baru juga dua hari yang lalu.” “Ibu kasihan lihat kamu yang sekarang jadi kerja sama Bi Ina,” suara Renita terdengar sedih. “Emangnya kenapa Bu?” Azzalyn menghentikan suapannya. “Ya kamu jadi jualan sayur di pasar. Pa

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 6

    “Kacau sekali penampilanmu Reni. Aku heran kenapa Mas Kris bisa sangat menyukaimu, bahkan tak pernah bisa melupakanmu. Padahal kau nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganku.” Riska berkata dengan nada yang begitu merendahkan. “Bagaimana kau bisa ada di sini?” “Kenapa? Kau pikir kalau Mas Kris bisa datang ke sini diam-diam di belakangku, aku tak bisa melakukan hal yang sama?” “Mau apa kamu?!” Riska berjalan mendekati Renita. “Aku mau bertemu dengan sahabat lamaku. Nggak boleh?” tanya Riska sambil mendekatkan wajahnya, menatap tepat ke manik mata Renita. Renita mundur beberapa langkah. Hatinya ciut. Bola matanya bergerak ke sana kemari, memindai keadaan sekitar, berharap ada orang lain selain mereka berdua. Namun tak ada siapa pun. Mungkin karena jam makan siang membuat para Anak Buah Kapal tak berada di tempat. “Pulanglah Riska. Aku nggak mau ada hubungan apa-apa lagi denganmu dan keluargamu!” Riska mendengus. “Oh ya? Tapi sepertinya kau masih ingin punya hubungan dengan M

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 7

    Azzalyn berkali-kali melihat layar HP. Ia sangat gelisah menunggu perkembangan kabar ibunya yang masih belum ditemukan hingga sekarang. Sudah lebih dari 16 jam ibunya hilang, sejak jam 1 siang kemarin. Dan sekarang sudah hampir jam 6 pagi. Paman Bandi memaksanya untuk pulang ke rumah karena tidak ada yang menjaga Abidin. Meski berat Azzalyn terpaksa menuruti. Kepalanya terasa sakit sekali karena menangis semalam-malaman dan tak sedetik pun ia bisa tidur memejamkan mata. Ia begitu cemas, takut terjadi apa-apa pada ibunya. Dengan malas ia beranjak dari tempat tidur dan keluar menuju kamar Abidin. “Mbah udah bangun? Mau sarapan dulu Mbah?” tanya Azzalyn saat melihat Abidin yang terbaring dengan mata terbuka menatap langit-langit kamar. Terdengar suara kecil dan serak Abidin yang mengiyakan. Azzalyn membetulkan selimut Abidin dan mengecup kening kakeknya itu dengan perasaan sedih. Gegas ia menuju dapur, hendak membuat bubur untuk sarapan. “Makan di sini aja ya Mbah, Azzalyn nggak bisa

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 8

    “Azzalyn, apa yang telah terjadi pada ibumu?” tanya Krisna dengan nada suara yang lemah. “Apa urusannya denganmu? Kehadiranmu di sini tak diharapkan. Aku bilang pergi dari sini!” pekik Azzalyn. Krisna diam, dia mengerti mengapa Azzalyn begitu sangat marah padanya. Azzalyn pasti sudah tahu hubungan mereka. “Azzalyn, tolong jangan seperti ini. Bagaimanapun aku adalah Papamu.” Azzalyn mengangkat bibir atasnya. “Cih, Papa? Apa kau pikir kau pantas disebut Papaku?” “Aku Papa kandungmu, entah kau suka atau tidak.” Tangan kiri Azzalyn kini menunjuk ke arah jasad Renita yang tertutup kain. “Lihatlah ke sana. Orang yang terbaring itu adalah Ibu sekaligus Papaku. Yang selama ini selalu ada di sampingku, berkorban dan memberikan yang terbaik untuk kehidupanku. Tapi sekarang sayangnya ia tak akan lagi bisa bersamaku.” Air mata Azzalyn mengalir deras. Hatinya kembali terluka. “Reni....” Krisna menjatuhkan kedua lututnya yang tiba-tiba terasa lemas. Berlutut di depan Azzalyn. Air matanya kini

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 9

    “Ini dari CCTV di salah satu rumah warga di sekitar pelabuhan. Di video ini sekitar jam setengah 12 siang. Kamu lihat kan, itu Karyo yang baru aja pergi naik motornya mau cari makan siang. Nggak lama setelah Karyo pergi, ada mobil berwarna hitam yang berhenti. Coba kamu perhatikan, Azzalyn. Apa kamu kenal sama perempuan yang ada dalam video ini?” Bandi menjelaskan panjang lebar. Azzalyn mengamati dengan serius. Matanya membulat saat melihat sesosok wanita dalam video yang turun dari kendaraan roda empat tersebut.“Bintang, coba lihat. Itu bukannya Tante Riska?” Azzalyn memanggil Bintang yang berada di belakangnya. Pemuda itu memang meminta izin untuk ikut saat Karyo tadi menjemput Azzalyn di rumahnya.Bintang mendekat dan melihat wanita dalam video yang ditunjuk Azzalyn.“Eh, iya bener. Itu Tante Riska. Buat apa Tante Riska ke sini?”“Buka cuma itu aja,” Bandi mempercepat video. “Kalian lihat, nggak lama setelah dia berjalan ke arah pelabuhan, dia kembali lagi dengan langkah yan

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 10

    “Bukankah Paman Bandi tadi bilang kalau kita nggak usah gegabah? Untuk apa kamu mau ketemu Tante Riska?”“Kamu tenang aja, aku nggak akan melakukan hal bodoh. Aku hanya ingin bicara berdua dengannya.”“Buat apa, Azzalyn? Lebih baik kita tunggu perkembangan kasus ini. Kalau kau bertemu dengannya, aku takut dia akan lebih waspada dan berusaha untuk memanipulasi barang bukti. Maaf, aku mengenal Tante Riska. Dia bukan orang yang mudah untuk dijatuhkan. Dia punya orang-orang bayaran yang tak segan untuk menyakiti musuh yang tak disukai.”Azzalyn tampak terkejut dengan pernyataan Bintang. “Apa dia punya banyak musuh sampai-sampai harus punya orang bayaran?”Bintang tertawa kecil. “Kamu pikir orang seperti mereka bisa hidup normal kayak kita? Keluarga Abyl memiliki perusahaan besar yang punya banyak saingan bisnis. Bahaya bisa mengintai mereka setiap saat. Dan selama ini yang aku tahu, Tante Riska itu yang berperan penting dalam menjaga keamanan keluarganya, terutama Abyl dan Dwita. Mere

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 11

    “Katakan padaku, Riska! Jawab dengan jujur. Apa benar kau yang menjadi penyebab kematian Reni?!” tanya Krisna dengan gigi gemeretuk menahan marah.“Kalau iya kenapa? Mas mau marah? Mas mau melaporkan aku ke polisi dan memenjarakan aku? Atau Mas mau membalas dendam dengan membunuhku? Jawab Mas! Apa aku begitu tak ada artinya dibandingkan dia? Mas marah karena aku melakukan hal jahat padanya. Tapi gimana dengan Mas yang juga udah berbuat jahat padaku?! Jawab Mas!!” Riska memekik dengan penuh emosi.“Apa maksudmu? Kapan aku berbuat jahat padamu, Riska? Kapan?!” emosi Krisna makin tersulut.“Selama lebih dari 20 tahun Mas masih mencintai Reni, memikirkannya, dan saat bertemu, Mas memeluknya, mengajaknya untuk kembali. Padahal ada aku yang selama ini berada di sampingmu, menjagamu, mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Apa itu menurut Mas nggak jahat?! Itu nggak kejam buatku?! Jawab aku Mas?! Apa aku memang nggak bisa dibandingkan dengan Reni? Kau anggap aku apa selama ini?!”Riska menang

Bab terbaru

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 102

    Tiga tahun kemudian “Sayang, kau sudah siap?”Bintang membuka pintu kamar dan melihat Azzalyn yang sedang sibuk mengganti popok bayi lelaki mereka yang baru berumur 5 bulan.“Tunggu sebentar lagi. Ezra agak rewel hari ini.” Azzalyn tampak mengantuk, bisa dilihat dari kantung matanya yang menghitam.Merawat seorang bayi memang sungguh sangat tidak mudah.“Ezra mau dibawa juga? Bukannya dia sedang pilek?” Bintang kini duduk di samping ranjang, memperhatikan istrinya yang sedang memakaikan celana baru untuk Ezra.“Dia tetap di rumah. Batuknya bisa semakin menjadi karena kalau sudah sesiang ini banyak debu jalanan. Oma kan di rumah, jadi ada yang menjaga Ezra.”Azzalyn membersihkan tangannya yang terkena sedikit bedak bayi saat tadi memakaikan pada sang anak.“Harum sekali,” Azzalyn menghirup bau tangannya. “Coba kamu cium,” ia mendekatkan telapak tangan pada Bintang.“Biasa saja. Lebih harum aku.” Bintang tersenyum dengan penuh percaya diri.“Jangan terlalu tinggi menilai dirimu,” ejek

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 101

    Dwita kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela. Azzalyn bernafas lega karena apa yang ia khawatirkan tak terjadi.“Dwita, sungguh aku tak pernah berniat untuk menyakitimu ataupun Abyl. Kepergian Abyl, juga merupakan pukulan berat buatku.” Azzalyn menyeka air mata yang sempat jatuh setitik. “Hatiku juga hancur saat melihat orang yang aku sayangi meninggal dengan tragis di depan mataku sendiri.” Sambungnya.Kini Azzalyn juga ikut menatap keluar jendela.“Apa kau tahu, saat awal-awal menjalin hubungan dengan Abyl, aku ingin sekali mendekatimu? Sejak dulu aku ingin sekali punya adik perempuan, karena aku adalah anak tunggal. Tapi sikapmu yang tak pernah menampakkan rasa bersahabat membuatku tak berani berharap banyak. Ketika tahu kalau aku dan Abyl bersaudara, hatiku menjerit karena merasa hidup ini sungguh tak adil. Saat itu, aku benar-benar sangat mencintainya. Bahkan sampai kini pun, bagiku Abyl memiliki tempat khusus di dalam hati ini. Posisinya tak bisa dijelaskan dengan ka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 100

    Bu Narti berjalan perlahan dengan secangkir teh manis hangat di tangannya. “Minum teh dulu.” Ia menyerahkan cangkir itu pada Azzalyn yang sedang termenung di depan jendela terbuka yang menghadap langsung ke pekarangan di samping rumah.“Terima kasih.” Azzalyn langsung meminum sedikit teh yang diberikan padanya. Sesaat terjadi kecanggungan antara nenek dan cucu itu. Mereka sama-sama ingin memulai percakapan, hanya tak tahu harus memulai dari mana.“Apa kamu mau duduk?” Bu Narti menawarkan. Azzalyn hanya mengangguk dan langsung mengekor di belakang Bu Narti.“Akhirnya kau datang juga ke sini menjengukku. Terima kasih.” Bu Narti seakan tak kuasa menahan rasa harunya. Ia sibuk menyeka air mata yang jatuh tanpa henti.Azzalyn menunduk sambil menggigit bibir. Ia sendiri pun sedang berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis. Hidungnya sudah terasa perih dan kelopak matanya mulai panas.“Apa selama ini Oma sendirian?” Azzalyn bertanya, meski ia sendiri sudah tahu jawabannya.Bu Nart

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 99

    “Aku tidak tahu, Bintang. Seharusnya aku merasa senang dan bahagia dengan pernikahan ini. Tapi kenapa, hatiku seakan terasa kosong? Seharusnya, saat aku bersanding di pelaminan nanti, ada Ibu atau Mbahku. Atau Ayah. Atau mungkin Paman Bandi. Tapi--- di hari bahagiaku nanti, tak ada siapa-siapa yang akan menjadi saksi kebahagiaan kita. Bukankah, nasibku begitu malang dan kasihan?”Air mata Azzalyn tumpah tak tertahankan. Berulang kali ia menelan saliva, agar tangisnya tak pecah. Namun hal itu justru membuat tenggorokannya sakit. Hidungnya perih dan kelopak matanya memanas. Bintang meraih Azzalyn ke dalam pelukannya. Hatinya juga ikut sakit mendengar kalimat yang keluar dari mulut gadis yang ia cintai itu.“Jangan terlalu bersedih, Azzalyn. Jangan merasa kalau hanya hidupmu yang begitu menyedihkan. Meski tak ada satu pun dari mereka yang hadir, tapi ada Om Reinhart, ada Om Rudi, Misty dan Koma. Kita saling memiliki, Azzalyn. Kita bahagia meski anggota keluarga kita tak lengkap. Buka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 98

    “Azzalyn....”Bintang memeluk Azzalyn yang kini sedang duduk dengan sebuah selimut tebal membungkus tubuhnya. Hati pemuda itu senang sekali karena melihat Azzalyn dalam keadaan baik-baik saja.“Bintang...” Azzalyn membalas pelukan pria yang sedang dekat dengannya itu.“Syukurlah kau tak apa-apa Azzalyn. Aku senang sekali begitu mendapat telepon dari kantor polisi. Aku dan Misty langsung kemari.”“Misty juga ke sini?”“Iya, tapi dia masih ada di mobil, menunggu Koma yang menyusul di belakang bersama Om Rudi. Kami semua mengkhawatirkanmu.” Bintang kembali memeluk Azzalyn. Seakan tak ingin kehilangan gadis itu lagi.“Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja.” Azzalyn tersenyum.“Apa kau terluka?” Bintang memindai tubuh Azzalyn, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Memastikan kalau tak ada luka sedikit pun di sana.“Tidak. Mungkin hanya luka kecil atau tergores. Tapi aku sungguh tidak apa-apa.”“Tapi kudengar Tante Riska sempat berusaha untuk menembakmu.”“Mema

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 97

    “Di mana ini?” Azzalyn berjalan terhuyung-huyung sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tempat ia berdiri sekarang terasa asing. Ia baru saja siuman dari tidur panjang akibat pengaruh sesuatu yang disuntikkan oleh Riska, setiap kali ia tersadar.Azzalyn tahu, kalau Riska telah membawanya ke suatu tempat yang sangat jauh. Namun ia tak tahu pasti di mana keberadaannya kini.Sementara Riska, sejak ia terbangun dan keluar dari mobil, tak terlihat sama sekali. Entah apa maksud wanita itu membawanya sampai sejauh ini. Bukankah kalau memang Riska berniat untuk membunuh, sekarang ia sudah pasti berada di alam yang berbeda?Tapi Azzalyn dapat memastikan kalau dia masih hidup. Hanya saja ia sekarang berada di daerah antah berantah yang sepi dan hanya dikelilingi oleh pepohonan. Apa mungkin ini adalah sebuah hutan?Kepala Azzalyn pusing, namun ia tetap harus melangkahkan kaki untuk mencari pertolongan. Mobilnya tak bisa hidup sama sekali, seakan sengaja dirusak. Sementara hari seben

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 96

    “Apa yang terjadi? Bagaimana bisa Azzalyn menghilang?” Bintang terlihat panik, padahal ia baru saja turun dari mobilnya dan menemui Misty yang menunggu di teras rumah mewah Azzalyn. “Misty sendiri tidak yakin, Kak Bintang. Semalam Mbak Azzalyn pergi keluar sebentar, mau beli makanan buat kami. Tapi Misty tunggu sampai malam dia tak pulang-pulang.” Misty menangis, karena takut terjadi apa-apa dengan Azzalyn. Andai saja semalam dia tak menolak untuk ikut, pasti Azzalyn tak akan menghilang. Sementara itu, Bintang yang bingung hanya bisa mondar-mandir. “Aku khawatir hilangnya Azzalyn ada hubungan dengan Tante Riska yang kabur dari penjara.” Bintang berkata pelan, seolah sedang berbicara sendiri. “Apa sebaiknya kita tanya dengan Om Rudi?” Misty memberikan ide. “Mungkin saja sebagai orang yang pernah dekat dengan keluarga Tante Riska, dia tahu di mana biasanya Tante Riska menyembunyikan musuh-musuh yang diculik.” “Benar juga. Kenapa aku tak bisa berpikir samp

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 95

    Dwita mengamuk dan melempar apa pun yang berada di dekatnya. Suara tangisannya bercampur jerit histeris, cukup memekakkan telinga.“Dwita, Oma mohon jangan seperti ini. Sadarlah! Berhentilah berteriak.” Bu Narti menangis sambil berusaha memeluk tubuh Dwita yang terlihat kurus.Penampilan gadis itu sungguh sangat berbanding terbalik dengan yang dulu. Hal itu juga yang membuat Bintang kini tercengang tak percaya.Dwita yang dulu ia kenal sebagai seorang gadis ceria yang cantik dan berbadan berisi, kini terlihat tinggal tulang yang dibalut kulit. Badannya pun tak lagi cerah bercahaya seperti dulu. Rambutnya apalagi, entah sudah berapa lama rambut panjang itu tak disisir.“Bintang, bisakah kau membantu Oma mendiamkannya? Tolonglah, mungkin kalau mendengar suaramu dia bisa sedikit tenang. Sejak pindah ke rumah ini malam itu, Dwita selalu menyebut namamu.” Suara Bu Narti mengejutkan Bintang yang sejak tadi seakan terhipnotis.Spontan ia mengangguk dan mendekati Dw

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 94

    “Sudah, jangan menangis lagi, Misty. Om pasti akan datang ke sini sesekali untuk menjengukmu.”Reinhart masih berusaha membujuk Misty yang menangis sejak tadi dalam pelukannya. Gadis itu seakan tak mau melepaskan tubuhnya.“Om tidak pernah bilang kalau akan pergi keluar negeri.” Suara Misty nyaris tak tertangkap dengan jelas, namun Reinhart masih bisa mendengarnya.“Maafkan Om, Misty. Om harus menemui anak istri di Amerika. Mereka tak mau pulang ke Indonesia karena tak ingin berurusan lagi dengan Riska. Meski dia sudah dipenjara, tak ada yang bisa menjamin kalau dia tak membalas dendam dan berbuat ulah. Om akan tetap menjagamu meski kita berjauhan, Misty. Setiap bulan Om akan mengirimi kamu uang, bukankah kamu bilang ingin lanjut kuliah?”Misty menggeleng. “Misty Cuma ingin Om tetap di sini. Kalau Om pergi, tidak ada yang menjaga Misty lagi.” Rengeknya.Reinhart hanya tersenyum sambil mengelus pucuk kepala Misty.“Siapa bilang? Masih ada Bintang dan jug

DMCA.com Protection Status