Share

BAB 6

Penulis: Desy Cichika Harish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kacau sekali penampilanmu Reni. Aku heran kenapa Mas Kris bisa sangat menyukaimu, bahkan tak pernah bisa melupakanmu. Padahal kau nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganku.” Riska berkata dengan nada yang begitu merendahkan.

“Bagaimana kau bisa ada di sini?”

“Kenapa? Kau pikir kalau Mas Kris bisa datang ke sini diam-diam di belakangku, aku tak bisa melakukan hal yang sama?”

“Mau apa kamu?!”

Riska berjalan mendekati Renita. “Aku mau bertemu dengan sahabat lamaku. Nggak boleh?” tanya Riska sambil mendekatkan wajahnya, menatap tepat ke manik mata Renita.

Renita mundur beberapa langkah. Hatinya ciut. Bola matanya bergerak ke sana kemari, memindai keadaan sekitar, berharap ada orang lain selain mereka berdua. Namun tak ada siapa pun. Mungkin karena jam makan siang membuat para Anak Buah Kapal tak berada di tempat.

“Pulanglah Riska. Aku nggak mau ada hubungan apa-apa lagi denganmu dan keluargamu!”

Riska mendengus. “Oh ya? Tapi sepertinya kau masih ingin punya hubungan dengan Mas Kris.”

“Apa maksud kamu? Jangan bicara sembarangan!”

“Mau kutunjukkan buktinya?” tantang Riska.

“Bukti apa? Kau terlalu mengada-ngada.”

“Kau sedang berbohong atau memang pelupa? Atau kau terlalu menikmati pelukan Mas Kris semalam saat ia datang ke sini menemuimu?” nada suara Riska mulai meninggi.

“Aku... Aku...” Renita tergagap.

“Apa? Kamu mau bilang kalau dia yang memaksa memelukmu, dan kau tak bisa melepaskan diri? Begitu?!” Riska mengikuti langkah Renita yang berjalan mundur. Renita yang berbadan kecil dan kurus merasa kalau ia tak akan mungkin menang melawan Riska.

“Tolong pergilah dari sini. Aku dan Azzalyn akan pindah dari tempat ini.

Langkah Riska terhenti. “Aahh... Azzalyn ya? Aku hampir lupa kalau ada dia. Dari sejak pertama melihatnya aku udah nggak suka. Dia terlalu mirip denganmu. Mood ku langsung berantakan setiap bertemu dengannya. Aku heran kenapa Abyl bisa punya selera yang sama dengan Mas Kris. Mereka sama-sama menyukai gadis rendahan,” ejek Riska.

“Tutup mulutmu Riska! Kau boleh menghinaku, tapi jangan berkata hal-hal buruk tentang Azzalyn.”

“Aku nggak cuma akan menghinanya. Tapi aku akan membuat anak perempuanmu itu sangat menyesal telah mengenalku. Aku kaget kau punya anak, Reni. Jadi wajar kan kalau aku khawatir bila suatu saat nanti Azzalyn merusak posisi Abyl dan Dwita di hati Papanya?!”

“Jangan coba-coba kau menyentuh Azzalyn dengan tanganmu yang kotor! Aku akan...”

PLAKK!!

Belum sempat Renita menyelesaikan kalimat, Riska mendaratkan tamparan di pipinya.

“Kau bilang tanganku kotor? Hah?! Bilang sekali lagi?! Bilang!!! Kenapa kalian nggak mati aja sih selama ini? Kau sengaja membesarkan anakmu agar suatu saat nanti bisa merebut kembali Mas Kris dariku?” ujar Riska sambil menampar pipi Renita tanpa henti.

“Sudah cukup!!” Renita menghalau tangan Riska. “Seharusnya kau yang mati, dasar perempuan perebut suami orang! Aku sudah berniat akan pergi dari sini dan kembali mengalah, tapi kau tetap tak mau melepaskan kami? Kau benar-benar tak punya harga diri, Riska! Kalau kau begitu hebat, seharusnya tak takut Mas Kris akan berpaling darimu!”

Riska menggeram. Hatinya panas sekali mendengar kalimat terakhir dari Renita. Ia menjambak rambut Renita dan menamparnya beberapa kali. Renita melawan dengan kekuatan yang ia miliki. Namun Riska bukanlah tandingannya.

Tanpa disangka Renita tergelincir dan tercebur ke dalam air. Kepalanya sempat terbentur bagian badan kapal, mengeluarkan darah, dan seketika Renita pingsan dengan keadaan tubuh yang mulai melayang ke bagian dasar perairan yang dingin.

Riska terdiam. Ia sendiri pun tak menyangka akan terjadi seperti ini. Pertengkaran tadi membuat mereka berdua sama sekali tak menyadari kalau mereka sampai ke tepi badan kapal, yang menyebabkan Renita jatuh dan tenggelam.

Berkali-kali Riska melongok ke bawah dengan perasaan takut. Ia melihat ke sekeliling, tak ada orang. Terburu-buru ia meninggalkan kapal, menuju ke mobilnya. Sebelum ada orang yang memergoki perbuatannya.

***

“Bibi sedih loh kamu mau berhenti kerja sama Bibi. Padahal sejak kamu bantu jaga lapak, kerjaan Bibi jadi nggak terlalu berat,” Bi Ina berkata sambil mengikat sayur bayam menjadi beberapa bagian.

Azzalyn hanya tersenyum. “Makasih ya Bi udah mau nerima aku kerja. Maaf kalau selama di sini aku buat salah.”

“Nggak ada lah kamu buat salah,” Bi Ina mengibaskan tangannya. “Biarpun masih muda ternyata kamu cekatan juga kalau kerja. Bibi senang. Makanya Bibi sayang banget kamu mau berhenti. Emang ada apa sih kamu dan ibumu tiba-tiba mau pindah dari kampung ini? Udah puluhan tahun di sini. Udah enak punya banyak kenalan, eh malah mau pindah.” Bi Ina nyerocos.

“Nggak ada apa-apa Bi. Cuma mau cari pengalaman baru aja. Ingin lihat dunia luar.”

“Kapan kamu mulai pindah?”

“Secepatnya Bi. Kalau bisa dalam minggu-minggu ini.”

“Buru-buru amat. Emang udah dapat rumah di tempat tinggal yang baru?”

“Belom sih. Aku aja masih nggak tahu mau pindah ke mana.”

Bi Ina melotot dan mulutnya menganga lebar, wajahnya jadi lucu dan membuat Azzalyn tergelak.

“Hus... Anak perempuan nggak boleh ketawa kayak gitu! Nanti susah dapat pacar.”

“Habis muka Bibi lucu.” Azzalyn masih terkekeh. Perutnya sampai terasa sakit. Bi Ina terlihat semakin cemberut.

“Kamu itu yang lucu! Masa’ mau pindah tapi nggak tahu pindahnya ke mana.” Bi Ina bersungut.

“Lagi cari tempat yang sesuai Bi. Semoga aja cepat ketemu.”

“Kalau memang masih belum berangkat, tolongin Bibi dulu ya beberapa hari ke depan,” pinta Bi Ina.

“Emang Bibi nggak mau cari anak buah lagi buat gantiin aku?” tanya Azzalyn.

“Nggak! Takut nggak jujur. Takut nggak cekatan. Takut nggak sesuai harapan Bibi.”

“Dih, banyak amat kriterianya.” Azzalyn kembali tertawa.

“Biarin. Kalau mau cari orang yang mau bantu kita kan emang harus gitu. Kalau nggak, bisa bikin masalah ke depannya.”

Azzalyn terdiam. Mereka kembali disibukkan oleh kedatangan para pembeli. Meski sudah hampir sore, pasar masih sangat ramai.

Terdengar bunyi nada dering HP milik Azzalyn. Karena sedang sibuk melayani pembeli, Azzalyn tak sempat mengangkat dan memilih untuk mengabaikannya sejenak. Namun ia terlupa untuk mengecek HP nya. Padahal ia sudah berniat akan menelepon balik setelah keadaan pasar agak sepi. Pembeli yang berdatangan terus-menerus membuatnya lupa sama sekali.

Setelah selesai membantu Bi Ina berkemas, Azzalyn membuka HP dan mengecek panggilan terakhir yang masuk. Tak ada yang mengangkat saat ia mencoba menelepon. Ia pun membuka aplikasi pesan.

Mendadak badannya gemetar dan langsung berlari seperti orang kesetanan, meninggalkan Bi Ina yang terheran-heran. Sebuah pesan dari Paman Bandi hampir saja membuatnya pingsan.

[ Azzalyn kenapa telepon dari Paman nggak diangkat? Ibumu hilang sejak tadi siang. Sepertinya terjatuh ke sungai. Tolong cepat datang. Sampai sekarang kami masih mencarinya ]

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Srigustini
penasaran seperti apa yah mohon di lanjutkan
goodnovel comment avatar
Bahagia Aku Kamu
penasaran... kira kira endingnya gimana yaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 7

    Azzalyn berkali-kali melihat layar HP. Ia sangat gelisah menunggu perkembangan kabar ibunya yang masih belum ditemukan hingga sekarang. Sudah lebih dari 16 jam ibunya hilang, sejak jam 1 siang kemarin. Dan sekarang sudah hampir jam 6 pagi. Paman Bandi memaksanya untuk pulang ke rumah karena tidak ada yang menjaga Abidin. Meski berat Azzalyn terpaksa menuruti. Kepalanya terasa sakit sekali karena menangis semalam-malaman dan tak sedetik pun ia bisa tidur memejamkan mata. Ia begitu cemas, takut terjadi apa-apa pada ibunya. Dengan malas ia beranjak dari tempat tidur dan keluar menuju kamar Abidin. “Mbah udah bangun? Mau sarapan dulu Mbah?” tanya Azzalyn saat melihat Abidin yang terbaring dengan mata terbuka menatap langit-langit kamar. Terdengar suara kecil dan serak Abidin yang mengiyakan. Azzalyn membetulkan selimut Abidin dan mengecup kening kakeknya itu dengan perasaan sedih. Gegas ia menuju dapur, hendak membuat bubur untuk sarapan. “Makan di sini aja ya Mbah, Azzalyn nggak bisa

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 8

    “Azzalyn, apa yang telah terjadi pada ibumu?” tanya Krisna dengan nada suara yang lemah. “Apa urusannya denganmu? Kehadiranmu di sini tak diharapkan. Aku bilang pergi dari sini!” pekik Azzalyn. Krisna diam, dia mengerti mengapa Azzalyn begitu sangat marah padanya. Azzalyn pasti sudah tahu hubungan mereka. “Azzalyn, tolong jangan seperti ini. Bagaimanapun aku adalah Papamu.” Azzalyn mengangkat bibir atasnya. “Cih, Papa? Apa kau pikir kau pantas disebut Papaku?” “Aku Papa kandungmu, entah kau suka atau tidak.” Tangan kiri Azzalyn kini menunjuk ke arah jasad Renita yang tertutup kain. “Lihatlah ke sana. Orang yang terbaring itu adalah Ibu sekaligus Papaku. Yang selama ini selalu ada di sampingku, berkorban dan memberikan yang terbaik untuk kehidupanku. Tapi sekarang sayangnya ia tak akan lagi bisa bersamaku.” Air mata Azzalyn mengalir deras. Hatinya kembali terluka. “Reni....” Krisna menjatuhkan kedua lututnya yang tiba-tiba terasa lemas. Berlutut di depan Azzalyn. Air matanya kini

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 9

    “Ini dari CCTV di salah satu rumah warga di sekitar pelabuhan. Di video ini sekitar jam setengah 12 siang. Kamu lihat kan, itu Karyo yang baru aja pergi naik motornya mau cari makan siang. Nggak lama setelah Karyo pergi, ada mobil berwarna hitam yang berhenti. Coba kamu perhatikan, Azzalyn. Apa kamu kenal sama perempuan yang ada dalam video ini?” Bandi menjelaskan panjang lebar. Azzalyn mengamati dengan serius. Matanya membulat saat melihat sesosok wanita dalam video yang turun dari kendaraan roda empat tersebut.“Bintang, coba lihat. Itu bukannya Tante Riska?” Azzalyn memanggil Bintang yang berada di belakangnya. Pemuda itu memang meminta izin untuk ikut saat Karyo tadi menjemput Azzalyn di rumahnya.Bintang mendekat dan melihat wanita dalam video yang ditunjuk Azzalyn.“Eh, iya bener. Itu Tante Riska. Buat apa Tante Riska ke sini?”“Buka cuma itu aja,” Bandi mempercepat video. “Kalian lihat, nggak lama setelah dia berjalan ke arah pelabuhan, dia kembali lagi dengan langkah yan

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 10

    “Bukankah Paman Bandi tadi bilang kalau kita nggak usah gegabah? Untuk apa kamu mau ketemu Tante Riska?”“Kamu tenang aja, aku nggak akan melakukan hal bodoh. Aku hanya ingin bicara berdua dengannya.”“Buat apa, Azzalyn? Lebih baik kita tunggu perkembangan kasus ini. Kalau kau bertemu dengannya, aku takut dia akan lebih waspada dan berusaha untuk memanipulasi barang bukti. Maaf, aku mengenal Tante Riska. Dia bukan orang yang mudah untuk dijatuhkan. Dia punya orang-orang bayaran yang tak segan untuk menyakiti musuh yang tak disukai.”Azzalyn tampak terkejut dengan pernyataan Bintang. “Apa dia punya banyak musuh sampai-sampai harus punya orang bayaran?”Bintang tertawa kecil. “Kamu pikir orang seperti mereka bisa hidup normal kayak kita? Keluarga Abyl memiliki perusahaan besar yang punya banyak saingan bisnis. Bahaya bisa mengintai mereka setiap saat. Dan selama ini yang aku tahu, Tante Riska itu yang berperan penting dalam menjaga keamanan keluarganya, terutama Abyl dan Dwita. Mere

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 11

    “Katakan padaku, Riska! Jawab dengan jujur. Apa benar kau yang menjadi penyebab kematian Reni?!” tanya Krisna dengan gigi gemeretuk menahan marah.“Kalau iya kenapa? Mas mau marah? Mas mau melaporkan aku ke polisi dan memenjarakan aku? Atau Mas mau membalas dendam dengan membunuhku? Jawab Mas! Apa aku begitu tak ada artinya dibandingkan dia? Mas marah karena aku melakukan hal jahat padanya. Tapi gimana dengan Mas yang juga udah berbuat jahat padaku?! Jawab Mas!!” Riska memekik dengan penuh emosi.“Apa maksudmu? Kapan aku berbuat jahat padamu, Riska? Kapan?!” emosi Krisna makin tersulut.“Selama lebih dari 20 tahun Mas masih mencintai Reni, memikirkannya, dan saat bertemu, Mas memeluknya, mengajaknya untuk kembali. Padahal ada aku yang selama ini berada di sampingmu, menjagamu, mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Apa itu menurut Mas nggak jahat?! Itu nggak kejam buatku?! Jawab aku Mas?! Apa aku memang nggak bisa dibandingkan dengan Reni? Kau anggap aku apa selama ini?!”Riska menang

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 12

    “Aku udah bilang, untuk sementara aku akan tetap di sini, Bintang. Aku nggak bisa kerja jauh-jauh, Mbahku nggak ada yang jaga. Apalagi harus kerja di kota. Aku... Nggak mau ke sana lagi,” kata Azzalyn sambil meletakkan gelas jus yang baru saja ia teguk airnya. Kini mereka sedang duduk berdua di sebuah kafe kecil di tepi air, menikmati semilir angin sore, setelah Azzalyn menyelesaikan pekerjaannya di pasar tadi. “Tapi ini kesempatan bagus, Azzalyn. Sedang ada lowongan di salah satu hotel milik kenalanku. Aku bisa merekomendasikanmu untuk kerja di Departemen Sales & Marketing. Mereka sedang mencari pengganti Sales Executive mereka yang nggak lama lagi mau resign.” Azzalyn diam. “Tapi aku nggak enak kalau harus masuk kerja karena rekomendasi darimu lagi. Bisa-bisa orang bilang kalau aku mendapat kerja karena punya orang dalam.” “Aku cuma memberi rekomendasi Azzalyn. Sementara yang melamar kerja, sampai interview dan segala macam itu murni karena kemampuanmu sendiri. Kau dulu diterima b

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 13

    “Angkat telfonnya, bilang kalau ada bukti baru dan kau sedang berusaha untuk mendapatkannya,” titah Azzalyn.Lelaki itu tak merespon. Sementara dering HP terus terdengar. Azzalyn gusar. Kalau dibiarkan bisa-bisa Riska akan curiga dan melarikan diri sebelum ia sempat tertangkap.Clakk!!!Bandi mengeluarkan pisau lipat dan mengarahkannya ke leher lelaki itu. “Angkat, kalau tidak pisau ini akan menancap di lehermu,” ancam Bandi, membuat tawanannya itu menelan ludah karena takut.Lelaki itu mengambil HP nya.“Bicaralah dengan suara senormal mungkin. Awas kalau kau membuat dia curiga,” Azzalyn menghidupkan pengeras suara dan menempelkan telepon genggam itu ke telinga orang suruhan Riska.“Ya Nyonya.” “Kamu ke mana aja? Lama sekali angkat telfonku. Mau cari mati?!” suara Riska terdengar mengomel.“Maaf Nyonya. Saya tadi sedang berada di dekat kapal Bosnya Renita. Ada barang bukti baru yang saya rasa bisa memberatkan Nyonya. Karena itu saya sedang mengintai, menunggu kesempatan un

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 14

    “Kamu nggak pa-pa?” tanya Bintang sambil menyerahkan sebotol air mineral dingin pada Azzalyn.Azzalyn hanya bisa menggeleng sambil tersenyum dan meneguk segarnya air yang kini membasahi kerongkongannya. “Maaf ya, aku ngerepotin kamu lagi,” kata Azzalyn. “Kali ini aja Bintang. Lain kali aku akan minta antar Paman Bandi aja kalau ada panggilan lagi dari kantor polisi. Hari ini Paman Bandi sibuk karena satu lagi kapalnya baru datang dari melaut.”Azzalyn merasa tak enak hati. Hari ini ada panggilan sebagai saksi untuk kasus pembunuhan sang ibu. Sudah dua hari sejak kemarin ia datang ke rumah Abyl dan membawa polisi untuk menangkap Riska. Masih diingatnya, makian Bu Narti dan sumpah serapah Riska saat tangannya diborgol dan dibawa paksa menuju hotel prodeo.“Aku nggak keberatan. Tiap kamu mau turun ke kota aku siap kok jemput kamu,” kata Bintang dengan senyum mengembang. Tentu saja hatinya sangat senang bisa selalu berdekatan dengan Azzalyn, meski badannya lelah karena harus menempuh

Bab terbaru

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 102

    Tiga tahun kemudian “Sayang, kau sudah siap?”Bintang membuka pintu kamar dan melihat Azzalyn yang sedang sibuk mengganti popok bayi lelaki mereka yang baru berumur 5 bulan.“Tunggu sebentar lagi. Ezra agak rewel hari ini.” Azzalyn tampak mengantuk, bisa dilihat dari kantung matanya yang menghitam.Merawat seorang bayi memang sungguh sangat tidak mudah.“Ezra mau dibawa juga? Bukannya dia sedang pilek?” Bintang kini duduk di samping ranjang, memperhatikan istrinya yang sedang memakaikan celana baru untuk Ezra.“Dia tetap di rumah. Batuknya bisa semakin menjadi karena kalau sudah sesiang ini banyak debu jalanan. Oma kan di rumah, jadi ada yang menjaga Ezra.”Azzalyn membersihkan tangannya yang terkena sedikit bedak bayi saat tadi memakaikan pada sang anak.“Harum sekali,” Azzalyn menghirup bau tangannya. “Coba kamu cium,” ia mendekatkan telapak tangan pada Bintang.“Biasa saja. Lebih harum aku.” Bintang tersenyum dengan penuh percaya diri.“Jangan terlalu tinggi menilai dirimu,” ejek

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 101

    Dwita kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela. Azzalyn bernafas lega karena apa yang ia khawatirkan tak terjadi.“Dwita, sungguh aku tak pernah berniat untuk menyakitimu ataupun Abyl. Kepergian Abyl, juga merupakan pukulan berat buatku.” Azzalyn menyeka air mata yang sempat jatuh setitik. “Hatiku juga hancur saat melihat orang yang aku sayangi meninggal dengan tragis di depan mataku sendiri.” Sambungnya.Kini Azzalyn juga ikut menatap keluar jendela.“Apa kau tahu, saat awal-awal menjalin hubungan dengan Abyl, aku ingin sekali mendekatimu? Sejak dulu aku ingin sekali punya adik perempuan, karena aku adalah anak tunggal. Tapi sikapmu yang tak pernah menampakkan rasa bersahabat membuatku tak berani berharap banyak. Ketika tahu kalau aku dan Abyl bersaudara, hatiku menjerit karena merasa hidup ini sungguh tak adil. Saat itu, aku benar-benar sangat mencintainya. Bahkan sampai kini pun, bagiku Abyl memiliki tempat khusus di dalam hati ini. Posisinya tak bisa dijelaskan dengan ka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 100

    Bu Narti berjalan perlahan dengan secangkir teh manis hangat di tangannya. “Minum teh dulu.” Ia menyerahkan cangkir itu pada Azzalyn yang sedang termenung di depan jendela terbuka yang menghadap langsung ke pekarangan di samping rumah.“Terima kasih.” Azzalyn langsung meminum sedikit teh yang diberikan padanya. Sesaat terjadi kecanggungan antara nenek dan cucu itu. Mereka sama-sama ingin memulai percakapan, hanya tak tahu harus memulai dari mana.“Apa kamu mau duduk?” Bu Narti menawarkan. Azzalyn hanya mengangguk dan langsung mengekor di belakang Bu Narti.“Akhirnya kau datang juga ke sini menjengukku. Terima kasih.” Bu Narti seakan tak kuasa menahan rasa harunya. Ia sibuk menyeka air mata yang jatuh tanpa henti.Azzalyn menunduk sambil menggigit bibir. Ia sendiri pun sedang berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis. Hidungnya sudah terasa perih dan kelopak matanya mulai panas.“Apa selama ini Oma sendirian?” Azzalyn bertanya, meski ia sendiri sudah tahu jawabannya.Bu Nart

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 99

    “Aku tidak tahu, Bintang. Seharusnya aku merasa senang dan bahagia dengan pernikahan ini. Tapi kenapa, hatiku seakan terasa kosong? Seharusnya, saat aku bersanding di pelaminan nanti, ada Ibu atau Mbahku. Atau Ayah. Atau mungkin Paman Bandi. Tapi--- di hari bahagiaku nanti, tak ada siapa-siapa yang akan menjadi saksi kebahagiaan kita. Bukankah, nasibku begitu malang dan kasihan?”Air mata Azzalyn tumpah tak tertahankan. Berulang kali ia menelan saliva, agar tangisnya tak pecah. Namun hal itu justru membuat tenggorokannya sakit. Hidungnya perih dan kelopak matanya memanas. Bintang meraih Azzalyn ke dalam pelukannya. Hatinya juga ikut sakit mendengar kalimat yang keluar dari mulut gadis yang ia cintai itu.“Jangan terlalu bersedih, Azzalyn. Jangan merasa kalau hanya hidupmu yang begitu menyedihkan. Meski tak ada satu pun dari mereka yang hadir, tapi ada Om Reinhart, ada Om Rudi, Misty dan Koma. Kita saling memiliki, Azzalyn. Kita bahagia meski anggota keluarga kita tak lengkap. Buka

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 98

    “Azzalyn....”Bintang memeluk Azzalyn yang kini sedang duduk dengan sebuah selimut tebal membungkus tubuhnya. Hati pemuda itu senang sekali karena melihat Azzalyn dalam keadaan baik-baik saja.“Bintang...” Azzalyn membalas pelukan pria yang sedang dekat dengannya itu.“Syukurlah kau tak apa-apa Azzalyn. Aku senang sekali begitu mendapat telepon dari kantor polisi. Aku dan Misty langsung kemari.”“Misty juga ke sini?”“Iya, tapi dia masih ada di mobil, menunggu Koma yang menyusul di belakang bersama Om Rudi. Kami semua mengkhawatirkanmu.” Bintang kembali memeluk Azzalyn. Seakan tak ingin kehilangan gadis itu lagi.“Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja.” Azzalyn tersenyum.“Apa kau terluka?” Bintang memindai tubuh Azzalyn, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Memastikan kalau tak ada luka sedikit pun di sana.“Tidak. Mungkin hanya luka kecil atau tergores. Tapi aku sungguh tidak apa-apa.”“Tapi kudengar Tante Riska sempat berusaha untuk menembakmu.”“Mema

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 97

    “Di mana ini?” Azzalyn berjalan terhuyung-huyung sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tempat ia berdiri sekarang terasa asing. Ia baru saja siuman dari tidur panjang akibat pengaruh sesuatu yang disuntikkan oleh Riska, setiap kali ia tersadar.Azzalyn tahu, kalau Riska telah membawanya ke suatu tempat yang sangat jauh. Namun ia tak tahu pasti di mana keberadaannya kini.Sementara Riska, sejak ia terbangun dan keluar dari mobil, tak terlihat sama sekali. Entah apa maksud wanita itu membawanya sampai sejauh ini. Bukankah kalau memang Riska berniat untuk membunuh, sekarang ia sudah pasti berada di alam yang berbeda?Tapi Azzalyn dapat memastikan kalau dia masih hidup. Hanya saja ia sekarang berada di daerah antah berantah yang sepi dan hanya dikelilingi oleh pepohonan. Apa mungkin ini adalah sebuah hutan?Kepala Azzalyn pusing, namun ia tetap harus melangkahkan kaki untuk mencari pertolongan. Mobilnya tak bisa hidup sama sekali, seakan sengaja dirusak. Sementara hari seben

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 96

    “Apa yang terjadi? Bagaimana bisa Azzalyn menghilang?” Bintang terlihat panik, padahal ia baru saja turun dari mobilnya dan menemui Misty yang menunggu di teras rumah mewah Azzalyn. “Misty sendiri tidak yakin, Kak Bintang. Semalam Mbak Azzalyn pergi keluar sebentar, mau beli makanan buat kami. Tapi Misty tunggu sampai malam dia tak pulang-pulang.” Misty menangis, karena takut terjadi apa-apa dengan Azzalyn. Andai saja semalam dia tak menolak untuk ikut, pasti Azzalyn tak akan menghilang. Sementara itu, Bintang yang bingung hanya bisa mondar-mandir. “Aku khawatir hilangnya Azzalyn ada hubungan dengan Tante Riska yang kabur dari penjara.” Bintang berkata pelan, seolah sedang berbicara sendiri. “Apa sebaiknya kita tanya dengan Om Rudi?” Misty memberikan ide. “Mungkin saja sebagai orang yang pernah dekat dengan keluarga Tante Riska, dia tahu di mana biasanya Tante Riska menyembunyikan musuh-musuh yang diculik.” “Benar juga. Kenapa aku tak bisa berpikir samp

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 95

    Dwita mengamuk dan melempar apa pun yang berada di dekatnya. Suara tangisannya bercampur jerit histeris, cukup memekakkan telinga.“Dwita, Oma mohon jangan seperti ini. Sadarlah! Berhentilah berteriak.” Bu Narti menangis sambil berusaha memeluk tubuh Dwita yang terlihat kurus.Penampilan gadis itu sungguh sangat berbanding terbalik dengan yang dulu. Hal itu juga yang membuat Bintang kini tercengang tak percaya.Dwita yang dulu ia kenal sebagai seorang gadis ceria yang cantik dan berbadan berisi, kini terlihat tinggal tulang yang dibalut kulit. Badannya pun tak lagi cerah bercahaya seperti dulu. Rambutnya apalagi, entah sudah berapa lama rambut panjang itu tak disisir.“Bintang, bisakah kau membantu Oma mendiamkannya? Tolonglah, mungkin kalau mendengar suaramu dia bisa sedikit tenang. Sejak pindah ke rumah ini malam itu, Dwita selalu menyebut namamu.” Suara Bu Narti mengejutkan Bintang yang sejak tadi seakan terhipnotis.Spontan ia mengangguk dan mendekati Dw

  • Pembalasan Pada Keluarga Mantan Calon Suamiku    BAB 94

    “Sudah, jangan menangis lagi, Misty. Om pasti akan datang ke sini sesekali untuk menjengukmu.”Reinhart masih berusaha membujuk Misty yang menangis sejak tadi dalam pelukannya. Gadis itu seakan tak mau melepaskan tubuhnya.“Om tidak pernah bilang kalau akan pergi keluar negeri.” Suara Misty nyaris tak tertangkap dengan jelas, namun Reinhart masih bisa mendengarnya.“Maafkan Om, Misty. Om harus menemui anak istri di Amerika. Mereka tak mau pulang ke Indonesia karena tak ingin berurusan lagi dengan Riska. Meski dia sudah dipenjara, tak ada yang bisa menjamin kalau dia tak membalas dendam dan berbuat ulah. Om akan tetap menjagamu meski kita berjauhan, Misty. Setiap bulan Om akan mengirimi kamu uang, bukankah kamu bilang ingin lanjut kuliah?”Misty menggeleng. “Misty Cuma ingin Om tetap di sini. Kalau Om pergi, tidak ada yang menjaga Misty lagi.” Rengeknya.Reinhart hanya tersenyum sambil mengelus pucuk kepala Misty.“Siapa bilang? Masih ada Bintang dan jug

DMCA.com Protection Status